Selasa, 14 Juni 2011

Tentang Jiwa

Seribu jiwa memeluk awan

Dengan sendu ia melangkah sendiri...
Katanya suatu hari dikala hujan turun...
Awan disana kelabu...
Kelabu yang pekat ...
Hingga air itu jatuh mengaliri tanah yang harum.

Ia hanya seorang sepi...
Ia takut akan gulita...
Walaupun gulita itu telah menyelimuti untuk kesekian kali...

Katanya suatu hari di saat pelangi muncul...
Setelah hujan beranjak menuju polanya yang baru...
Kehidupan akan terang...
sinar keemasan yang ditunggu akan menghampiri...

Dalam pekat kehidupan ia pun berjalan...
Rinai bekas hujan tak menyurutkan langkah...
Pohon cemara dengan harum bak zat pembersih lantai...
Membersihkan hati dengan harumnya...

Sekian kali ia tenggelam, sekian kali pula ia yakin untuk timbul kembali...

(Puteriamirillis, Mei 2011)

7 komentar:

Kamal Hayat mengatakan...

Ketika pelangi datang hiudp kita penuh warna dan makna...

OEN-OEN mengatakan...

menunggu matahari terbit

Mood mengatakan...

Suka sama puisinya, semoga semangat yang tertulis bisa kita rasakan juga saat membacanya.

Salam.. .

sayyidahali mengatakan...

Indahnya pelangi akan kita rasa
Bl ada rasa syukur dalam jiwa..(hehe.maaf.lg belajar ngepuisi)
Salam kenal..

idana mengatakan...

jangan takut sama pekatnya kelabu
karena pasti ada satu titik yang bersinar

idana mengatakan...

jangan takut sama pekatnya kelabu
karena pasti ada satu titik yang bersinar

Anonim mengatakan...

gulita mendung berujung hujan,
ditambah riuhnya halilintar,
namun tak jadi halangan tuk gentar,
walau kadang bibir bergetar, berujar...
Pelangi pasti kudapati, esok, atau mungkin lusa...
tapi ku mohon agar tubuh tak ringkih
meski tertatih...