Rabu, 03 Agustus 2011

Edisi Ramadhan 3: Budaya Tertib

Alhamdullillah sudah hari ketiga kita menjalani puasa di bulan Ramadhan, masihkah semangat itu ada teman?? Semoga masih ya. Untuk edisi Ramadhan 3 ini mari kita bicara tentang Budaya Tertib. Ramadhan identik dengan Budaya Tertib, tertib untuk menjalani ibadah puasa sesuai dengan ajaran yang dibawa Rasullullah yaitu menjalankan puasa dari waktu imsak hingga waktu maghrib tanpa makan, minum serta diiringi dengan menahan hawa nafsu. Tertib ketika sahur dengan cara bangun sahur sebelum waktu imsak tiba agar kita sempat untuk mengganjal perut kita dengan makanan dan minuman sebagai bekal tenaga ketika berpuasa. Tertib ketika berbuka dengan cara makan dan minum setelah waktu adzan Maghrib tiba. Itulah hukum-hukum agama telah mengajarkan kita supaya muslimin memiliki kesamaan tata cara ketika menjalankan ibadah puasa bayangkan apabila aturan itu tidak ada maka muslimin akan makan dan minum pada waktu sesuka hatinya.

Ramadhan sebagai waktu kita sekolah, sebagai waktu kita mendapat pelajaran langsung dari Allah secara bersama-sama satu bulan penuh, yang sesungguhnya berujung pada menjadikan kita manusia bertaqwa dan menjunjung tinggi budaya tertib dalam kehidupan. Apabila kita telusuri lebih dalam pengertian sekolah disini kurang lebih sama dengan sekolah dalam arti sesungguhnya. Ada tahun ajaran baru yang ditandai dengan kedatangan bulan Ramadhan, ada masa belajar yaitu dengan kita melakukan persiapan menuju bulan Ramadhan, ada ujian yaitu ketika kita diuji untuk bisa berpuasa di bulan Ramadhan ditambah dengan ujian menjalani ibadah-ibadah lain seperti sholat tarawih, tilawah AlQuran, bersedekah, dan lain sebagainya.

Ketika kita melihat supir bus yang kebut-kebutan demi mengejar setoran, penumpang yang berdesak-desakan dan saling sikut demi mendapatkan tempat di kendaraan umum macam bus dan kereta, koruptor yang menggunakan uang negara secara gelap dan bukan sesuai tujuan anggaran dibuat, pedagang yang mengelabui pembeli melalui timbangan yang diberi pemberat, mahasiswa pada salah satu Provinsi di Indonesia yang membakar kampusnya sendiri, apa yang ada di perasaan kita??? Tentunya kesal, gemas, marah dan tak suka. Bayangkan bagaimana jadinya jika di tengah-tengah seorang supir sedang ugal-ugalan lalu lewat seorang anak jalanan dan tanpa sengaja tertabrak bus dan meninggal seketika. Apa jadinya jika di tengah-tengah penumpang yang berdesakan ada wanita hamil atau membawa anak kecil, bahkan aturan di bus way yang jelas-jelas terpampang bahwa wanita hamil dan membawa anak kecil diprioritaskan duduk terkadang tak dipedulikan. Apa jadinya jika uang korupsi itu sebenarnya harus diperuntukkan bagi sebuah perbaikan jembatan yang hampir rusak. Itulah sekelumit contoh terpinggirkannya budaya tertib di negara kita tercinta Indonesia.

Berdasarkan data statistik Rakyat Indonesia mayoritas beragama Islam. Tentunya mayoritas menjalankan ibadah puasa serta ibadah lainnya di bulan Ramadhan ini. Sesungguhnya dan seharusnya budaya tertib sebagai salah satu ciri orang yang bertaqwa sudah ada di negara kita. Tapi kok kenyataannya belum ya??? Salah siapakah??

Adakah yang salah dengan masyarakat muslimin di Indonesia, apakah ramadhan benar hanya sebatas seremoni tanpa ada penghayatan yang nyata dan mampu diimplemetasikan di kehidupan. Betapa menyedihkan jika itu yang ada, karena sesungguhnya dari tahun ke tahun pun pembahasan tentang masalah ini sudah ada. Dan kembali berada di titik nol ketika ramadhan telah berakhir. Jadi budaya tertib yang dilakukan selama ramadhan tak berwujud di ranah aktivitas sesungguhnya hanya sebatas ritual ibadah. Padahal sudah dikatakan bahwa ibadah itu tak hanya ritual, ibadah itu juga termasuk aktivitas nyata kita yang jika diniatkan untuk beribadah makan akan menjadilah ibadah.

Seorang supir bus yang menjalankan busnya dengan tertib dan ia meniatkan itu untuk ibadah maka menjadilah itu ibadah yang berujung pada pahala. Apabila seorang pejabat menjalankan anggaran negara dengan baik dan sesuai peruntukannya tentunya jika ia meniatkan itu untuk ibadah menjadilah juga hal tersebut ibadah di mata Allah. Ya, ibadah tidak sempit dan budaya tertib jika kita niatkan untuk ibadah juga akan bernilai pahala yang tak terhingga di mata Allah. Apalagi jika dampaknya luas seperti seorang guru yang menjalankan profesinya secara tertib dalam arti ia mengajar dengan ikhlas dan tak hanya mengharapkan uang LKS, uang bimbingan privat tentunya jika anak didik sukses kelak dan mungkin bisa menjadi seorang pejabat negara yang menjunjung tinggi budaya tertib pahalanya akan terus mengalir pada guru tersebut bahkan sampai ia wafat sebagai pahala amal jariah.

Budaya Tertib mari kita upayakan dengan sebaik-baiknya dimulai dari diri kita sendiri. Dimulai dari Ramadhan ini dan seterusnya kedepan. Demi kehormatan kita sebagai bangsa yang bermartabat dan bermoral. Artikel ini diikutsertakan dalam acara ADUK.





8 komentar:

Dhymalk dhykTa mengatakan...

hidup lebih indah dengan budaya tertib

Anonim mengatakan...

Budayakan hidup tertib yak mbak..
semoga sukses kontesnya...

achoey el haris mengatakan...

Moga Ramadhan melatih kita utk tertib :)

Pakde Cholik mengatakan...

Saya telah membaca artikel diatas dengan cermat
Akan langsung saya catat
Terima kasih atas partisipasi sahabat.
Tak lupa saya mohon maaf atas segala kesalahan lahir dan batin. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Dari Surabaya saya kirim salam hangat

Lidya mengatakan...

semoga menang ya mbak

elang mengatakan...

semoga sukses

Mama KInan mengatakan...

wah ramadhan emang selalu membawa berkah..semoga kita mengikuti budaya tertib di bulan ramadhan ini untuk kedepannya..smapai kita ketemu ramadhan lagi tahun depan *insyaallah - Amien

vizon mengatakan...

Ritual ibadah dalam Islam sesungguhnya mengajarkan kita untuk tertib. Jika kita bisa menghayati dengan sebaik-baiknya, insya Allah akan berdampak banyak terhadap kehidupan kita...