Minggu, 18 September 2011

Atheis Vs. Aturan

Bicara soal Atheis ga ada habisnya. Ini juga bikin tulisan tentang Atheis karena pengen aja ikutan give awaynya mbak Fanny. Tapi mau nulis apaan ya? He, terus terang Saya mah ga paham-paham amat ama soal per Atheis an. Saya tahu mereka berhak atas pilihannya tapi tentu pilihannya itu harus dipertanggungjawabkan bukan?

Soal review buku Menjawab Atheis Indonesia, terus terang Saya belum baca tuh buku (makanya ikutan kuis ini, biar dapat gratisan, huehehe). Tapi yang jelas orang Atheis pernah bikin Saya pusing. Jadi ceritanya (Saya cerita dikit yaa, boleh kaan?) waktu penerimaan Mahasiswa Baru dulu jaman Saya jadi mahasiswi baru Saya pernah dapet mentor yang ternyata seorang Atheis (wedew). Ga banget kaa? terang-terang Saya sangat mempercayai keberadaan Tuhan, lah ini dapet mentor Autis berlagak Atheis (istilah apa pula ini). Hanya semingguan sih (tiap minggu mentor diganti). Si mentor atheis yang rambutnya panjang dan rada gimbal itu bercerita panjang lebar, heh..kita itu ada dengan sendirinya. Hanya berupa material. Dalam hati Saya mikir, beeh material aja ada penciptanya (pasir, tanah, itu semua kan ada yang menciptakan).

Kenapa sih harus ga percaya Tuhan? Sedangkan manusia itu butuh sesuatu untuk menjadi tambatan hidupnya, penyerahan doa-doanya. Berarti kalo seorang Atheis yang ga percaya keberadaan Tuhan, hidupnya betapa sunyinya. Dia hanya berupa material sunyi yang suatu saat akan lepas dan tak memiliki Sesuatu. Dengan Tuhan sebagai pencipta maka kita mempertanggungjawabkan semua hidup yang kita jalani ini dengan sebaik-baiknya. Karena itu ada aturan, aturan Tuhan. Kalo ga percaya Tuhan berarti ga ada aturan Tuhan. Hasilnya adalah berupa kekacauan.

Lalu lintas saja jika tidak diatur bisa kacau, lah ini manusia yang notabene banyak kesalahan dan dosa, tak ada aturan maka hasilnya adalah sebuah kehidupan rimba. Bebas dan tak terkendali. Sebagai pemilik hati, jiwa dan raga yang sempurna lalu hasilnya hanya berupa kekacauan, mau jadi apa dunia ini, sedangkan tak ada sesuatu pun yang sia-sia. Semua pasti ada manfaatnya. Begitupun keberadaan kita di dunia ini pasti ada manfaatnya dan manfaat itu akan maksimal jika manusia memahami aturan yaitu aturan Tuhan.

Pastilah si Atheis itu akan bilang, ya buat aja aturan ciptaan manusia, beres. Heh,,logikanya begini. Suatu aturan itu diciptakan untuk mengatur (iyalah) intinya supaya segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya, agar tak terjadi kekacauan. Nah, jika yang buat aturan hanya manusia (meskipun untuk hal-hal yang sifatnya teknis sehari-hari tetap ada aturan yang dibuat manusia seperti UU) dan itu sebuah aturan dalam sikap dan perilaku yang lebih dalam (maksudnya tuh apaan yak, Saya bingung), menyangkut hati manusia, menyangkut benar dan salah dalam pemikiran, tentu sudah harus dibuat aturan oleh sesuatu yang lebih tinggi dari manusia itu sendiri. Lihat aja contohnya korupsi, sudah lama kan UU Korupsi itu ada tapi tetap aja korupsi merajalela di Indonesia, karena apa? itu karena peraturannya yang buat manusia. Gampang dibolak-balikkan dan gampang di putus nyambung putus nyambung (istilah Saya untuk bongkar pasang peraturan sesuai keinginan). Kalau aturan itu dibuat oleh Tuhan misalnya larangan mengambil barang milik orang lain, dan diyakini oleh setiap manusia dengan iman bahwa akan ada balasan atas perbuatannya itu tentunya setiap orang dengan kesadaran dan tanpa protes akan menerima dan menjalani hal itu bukan.

Si atheis akan bilang lagi, loh kalo dilanggar kan bisa aja. Ya, bisa tapi dengan melanggar maka akan ada pula akibatnya. Kalau ga di dunia ya nanti setelah kita mati. Itu pasti dan meskipun seluruh manusia tidak mau menurutinya Tuhan sebagai penguasa alam raya takkan berkurang sedikitpun kekuasannya. Itu real. Penguasa dunia semisal Presiden saja kerapkali ada kesalahan. Bahkan mungkin tidak tegas dalam menjalankan peraturan dalam kehidupan bernegaraa. Karena apa? Ya itu karena Presiden juga manusia bung sama seperti diri kita. Kalau Tuhan kekuasaannya absolute karena Tuhan berbeda dari manusia. Tidak ada kesamaan sesuatupun antara Tuhan dan makhluk.

Heh, itu baru dari sisi aturan ya bung...cape Saya terus terang.Sudahlah Saya akhiri saja semuanya.^^

Baca juga daftar isi





3 komentar:

Unknown mengatakan...

terima kasih sudah ikut serta. saya catat dulu ya.

btw, boleh saja kalau mau kopdar. Asal waktunya tidak sore dan malam hari dan lokasinya di daerah kelapa gading. He he he..maunya yg deket2 aja nih.

Lidya Fitrian mengatakan...

semoga menang ya mbak. aku lagi ga semangat ikut kontes nih mbak, mau posting juga males :)

Orin mengatakan...

Kebayang ngejengkelin ngadepin si mentor ini Pu hihihi... masih ateis kah dia skrg? *pertanyaan ga penting*

Gudlak ngontesnya ya Neng ;)