Jumat, 30 September 2011

(Bukan) Oh Mama Oh Papa


Kisah ini hanya kisah biasa, kisah tentang seorang anak gadis yang sedang berjuang dengan cita-citanya di tengah-tengah kondisi ekonomi keluarga yang pas-pas an. Di tengah kekalutannya tentang apa yang terjadi dengan masa depannya, di saat ia sedang mulai menjalani masa remaja yang indah, kelas 1 SMP saat itu. Ya, orang tuanya berpisah saat itu. 

Apalah seorang anak gadis yang mulai beranjak remaja dengan cita-cita di genggamannya, dengan impian beranjak remaja ditemani kedua orangtua yang bersatu, musnah sudah. Sudah beberapa hari yang lalu dan hari-hari sesudahnya seringkali ia memang mendengar suara-suara dari kamar sebelah, kamar mama dan papanya. Ia tenggelam dalam tangisannya, di saat itu adiknya yang paling kecil berada di kamar itu pula masih berumur 3 tahun. Pertengkaran mama dan papa yang membuat impian itu larut dalam kesedihan yang mendalam.
Saat itu ia belum memikirkan akan perpisahan Mama dan Papa, yang Ia pikirkan hanyalah mereka sedang ada masalah itu saja. Hingga suatu hari Minggu yang sebenarnya cerah Papanya pergi meninggalkan rumah, Ia tak ingat tanggal berapa kejadian itu. Tapi hatinya mengatakan sesuatu firasat yang buruk. Benarlah hal itu karena setelah Papa pergi meninggalkan rumah Ia diajak berbicara oleh Mamanya. Kata Mamanya saat itu, "Mama dan Papa tidak bisa bersama lagi nak, ini adalah jalan yang terbaik. Kami hanya ingin yang terbaik bagi anak-anak". Saat itu pula tangis si anak gadis pecah, kekalutan dan kegalauannya selama ini menjadi kenyataan yang tak pernah ia impikan sama sekali. Benar ia mengetahui kisah Oh Mama Oh Papa di televisi tapi tak pernah berharap itu akan terjadi pada dirinya. Tapi kata Mamanya, "Kamu harus kuat nak, kamu anak tertua dan adik-adikmu pastilah mencontoh dirimu. Jika kamu kuat dan bisa tetap semangat menjalani hari pasti adik-adikmu akan ikutan semangat juga".

Ya, Ia harus kuat. Ia takkan jadi anak gadis yang cengeng dan seolah hanya menyalahkan Mama dan Papanya. Ia tak mau larut dalam kesedihan. Cita-citanya tetap setinggi langit disana. Dengan biaya yang pas-pas an jika ada usaha meraihnya tentu akan bisa teraih juga. Allah tak pernah tidur, dan Allah maha tahu akan hamba-hamba Nya. Itu yang selalu ada di hatinya. Neneknya selalu memotivasinya agar tetap berusaha menjadi gadis yang normal. 

Tapi tetap saja di hati masih ada sakit itu, ada saat-saat tertentu Ia menangis, merindukan saat-saat kebersamaan yang indah dengan Mama dan Papa di sisi. Sungguh sampai hari ini Ia masih saja suka menangis. 

Masa SMP Ia jalani dengan keceriaan. Selalu berusaha meraih yang terbaik di sekolah walaupun Ia tak rangking satu tapi selalu 10 besar. Di saat itu anak gadis itu hanya berpikir hidupku tak ditentukan oleh siapapun tapi diusahakan oleh diriku sendiri. Tapi semua memang tak berjalan mulus saja. Pernah ketika SMU kelas dua dia menjalani beberapa minggu yang kelam dalam jiwanya. Entahlah apakah karena di saat itu teman dekatnya meninggalkannya, ataupun di saat itu dia stress dengan kondisi lingkungan sekolah yang sangat borju, ataupun dia pusing dengan pelajaran di sekolah. Tapi satu hal saat itu, dia butuh Mama dan Papa. Dia punya cita-cita tinggi ingin masuk Universitas Negeri agar bisa membanggakan Mama dan Papa. Aku hanya ingin bilang pada dunia, Aku bisa. 

Saat itu selama 2 minggu dalam hidupnya Ia tak bisa menjalani tidur yang pulas, ya insomnia mulai menggelayuti dirinya. Hampir setiap malam ke kamar Mama, ia merasa ketakutan. Ia selalu perlu untuk bercerita dengan Mamanya. Tentang masalahnya. Papanya jauh di Padang, sedangkan saat itu hape belum lagi ia punya karena hape saat itu belum semurah dan sefamiliar saat ini. Untuk menelepon kemanakah? Di kampung tak ada telepon. Ah susah payah ia usir galau dalam hati. Berminggu-minggu Ia seperti tak bisa konsentrasi dalam belajar maupun menjalani hari. Sahabat yang lain jadi bingung dibuatnya. Hingga suatu hari nenek menasihati dirinya agar tak lemah, menangis boleh tapi tak boleh jadi cengeng. Raih cita-cita, rajin-rajin belajar. Sejak saat itu Ia bertekad berubah, berubah pelan-pelan. Ia pun mulai menggenakan jilbab. Ia mulai membangkitkan kembali rasa percaya dirinya yang pernah timbul tenggelam. 

Ya Ia bangkit. Ia mau masuk UI. Allah maha adil, siapa yang berusaha maka Ia akan memperoleh hasil sesuai usahanya itu, itu nasihat Mamanya. Tidak peduli bagaimana keadaan orang tua nya Allah maha tahu. Hal itu semakin meyakinkan dirinya untuk terus berusaha dan berusaha hingga akhirnya kelulusan SMU pun di capai dan Alhamdullillah bisa masuk UI juga setelahnya. Walau mungkin ke depan harus lebih banyak lagi usaha dalam meraih segala cita-citanya. Bayangan memiliki orangtua lengkap di rumah mulai tak lagi terlalu mempengaruhi harinya. Yang Ia yakini, Allah akan selalu memberi rahmat yang terbaik bagi semua hamba Nya.

Untuk Ananda Razan dan Farhan yang akan berulangtahun, itu adalah kisah Ummi sendiri. Ummi berharap Razan dan Farhan tak pernah mengalami seperti yang ummi alami ya. Tapi biar bagaimanapun Razan dan Farhan harus punya cita-cita setinggi langit, baik ada orangtua maupun ketika mereka tiada. Yakinlah Allah sangat cinta dengan anak-anak yang semangat dan tak kenal menyerah. Yakin Allah melihat usaha kita. Rajin belajar selalu ya sayang.

Note: seperti diceritakan oleh diriku kepada diriku sendiri.
Salam PU, salam persahabatan untukmu.
Sebuah kisah untuk "Bingkisan dari Kami"


Baca juga daftar isi

6 komentar:

ketty husnia mengatakan...

terima kasih atas partisipasinya ya Mbak Pu,...
ga nyangka, ceritanya sesedih itu..:)

Nia mengatakan...

aku nagis baca postingan ini...hmm seharian ini aku nangis baca postingan di blog temen2...lagi sensitif kayaknya ehhehe....

tapi Alhamdulillah yach..meskipun papa berpisah sm mama...tapi Pu masih bisa tetap kuliah dan berhasil dalam studi dan karier.....mudah2an ini bisa dicontoh oleh anak2 yg lain utk tetap semangat meskipun dirundung masalah yg berat...krna hidup harus terus berjalan...

Orin mengatakan...

Puuuuuu....story pudding-ku (yg msh berupa draft) juga isinya tentang cerita ini lhoooo. What a tough woman you are, Pu. So proud of you ;)

Nia Angga mengatakan...

wah, mbak puteri emang hebat...
pantes kemaren bisa bertahan di ternate selama beberapa tahun. ternyata kau emang punya background menjadi wanita yang kuat.

tetap menjadi wanita yang kuat ya mbak, biar bisa menginspirasi kami :)

Una mengatakan...

Pukpuk...
Tetep semangat yaa mbak Pu.
Hm, sekarang masih komunikasi sama papa kan mbak?
Aku sepertinya lebih beruntung, ortuku ga pernah berantem di rumah. Makanya aku juga bingung kenapa mereka pisah wkwk.

Obat Kanker usus 12 Jari mengatakan...

Cintai aku karena alloh