Minggu, 11 Desember 2011

No Heart 4

no heart 3

"Kamu harus hadir, Saya sudah mempercayakan semua padamu!", Bos berbicara dengan keras.
"Apa tidak bisa digantikan yang lain pak?", aku bertanya.
"Tak bisa, aku tak percaya dengan yang lain. Kau harus kau. Apa sebab kau tak mau hah?", tanya Bos.

Diam lama. tuk tak tuk tak, suara high heals milik Deasy memecah sunyi mendadak. Aku pergi dari ruangan itu. Damn! Terkadang menjadi kepercayaan itu menyusahkan.

Bau asap rokok milik Bryan membuat suasana hatiku makin tak nyaman. Huh, sudah lama aku mencoba berhenti merokok, 1,5 tahun. Tapi mengapa asap rokok masih saja perlahan membunuhku. Seperti bersahabat sekali dengan kegalauanku.

Kuturuni tangga. Agak berkelok bentuk tangga itu dengan cat berwarna hitam dan pegangan tangga berbentuk seperti naga. Jika malam-malam kau belum pulang dan lampu dimatikan maka tangga berbentuk naga itu seperti akan menerkammu. Aku pernah, seminggu yang lalu. Kala itu aku harus pulang pukul 24.00. Dan satpam sialan itu mematikan seluruh lampu kecuali lampu ruanganku.

Ibu. Aku berpikir akan Ibu. Sudah 2 bulan aku tak pulang. Sibuk. Terlalu memang, padahal jarak Jakarta-Semarang tak seberapa jauh. Namun kesibukanku seperti mengalahkan segalanya tentang ibu. Dasar aku anak durhaka. Aku segera menuju ke parkir, menuju benda hitam mulus beroda empat itu. Sudah siang, aku lapar.

Si Bos, apakah untuk kali ini aku harus mencoba menjinakkan hatinya. Tak lain tak bukan agar aku diijinkan untuk kali ini tak pergi. Apa ruginya pula jika untuk kali ini biar Rudi yang menggantikan Aku. Huf, aku ingat saat itu Rudi dijadwalkan akan ke Palembang. Proyek yang sedang berjalan harus selalu ia kontrol.

Ibu, aku sudah berjanji pada ibu. Apakah kali ini harus kubatalkan lagi. Teringat saat dahulu, seminggu sekali paling lama 2 minggu sekali, aku pasti pulang. Makan masakan ibu adalah hal yang kurindukan. Namun bos? yah, dunia ini ada dalam genggamannya tentu karena jasa si bos juga yang telah mendidikku hingga menjadi seperti sekarang. Tapi kupikir-pikir lagi, tak ada salahnya menolak penugasan. Tapi kudengar dari Deasy kemarin ini proyek 5 milyar bung! Dan tak sembarang orang akan ditugasi oleh bos. Kejadian 6 bulan yang lalu saat seorang temanku akhirnya menggagalkan jatuhnya proyek ini pada perusahaan kami hanya karena dia tak paham 100% soal konstruksi. Hah! mengapa tak semua orang bisa. Mengapa hanya aku dan Rudi. Tapi aku ingat lagi, saat ini kerjaan adalah satu hal yang menjadi momok sebagian besar orang. Bos bisa saja mencari pegawai baru jika aku tak mau menerima proyek ini dan menjalankan sejak awal. No heart.

Kendaraanku berbelok menuju sebuah rumah makan. Seorang gadis cantik menungguku disana. Sinta, kawanku yang paling pandai jika harus kusuguhi dengan kegalauan demi kegalauan yang menyerang. Dia bukan pacar, namun ia mengerti aku.

Bersambung ke No heart 5 ya ....

no heart 1no heart 2








28 komentar:

Bunda sylaa mengatakan...

ini cerpen ya mbak pu,lum baca yang sebelunnya..........

Alaika Abdullah mengatakan...

hanya satu kata mba...

MANTABS!

Una mengatakan...

Jadi maksudnya no heart itu apa ya,,,
Ditunggu lanjutannya~

catatan kecilku mengatakan...

Wah hebat ceritanya... aku jadi ikutan galau bacanya.

BTW, kolaborasi dg mbak Ketty bagus juga mbak. Mantap deh.

muamdisini mengatakan...

ini semacam cerbung yah mba?..
wah seru nih kayaknya,,pake konstruksi segala..hehehehe

Si Belo mengatakan...

Romannye Nay ketinggalan niih,udeh no heart 3 aje.; -__- penasarann... sama kelanjutannya, apa tokoh ini lebih memilih janjinya pada sang ibu atoo...sama si bos ..
lanjutt donk..:)

amel mengatakan...

ibunya dibawa ke Jakarta ajaaa...

amel mengatakan...

ibunya dibawa ke Jakarta ajaaa...

amel mengatakan...

ibunya dibawa ke Jakarta ajaaa...

susisetya mengatakan...

aku baru baca yang bagian ini, jadi penasaran baca yang sebelumnya dan tentunya sambungannya... :)

^omman mengatakan...

~itulah realita hidup didunia ini bahwa 'kepercayaan mahal harganya bahkan 'tiada tara ... salam :D

Jiah Al Jafara mengatakan...

ayo lanjut~
penasaran

al kahfi mengatakan...

apakah ini sejenis PR berantai juga cuma dlm bentuk cerita bersambung yg di sambungkan ke blogger lainnya

Artineke A. Muhir mengatakan...

Wew makin hidup aia ceritanyaa... pake ada tangga naga, ada tokoh Sinta pula, ayooo ditunggu lanjutannya...

Honey mengatakan...

keren :)

puteriamirillis mengatakan...

@Atma muthmainna:silahkan dibaca dulu mbak..

puteriamirillis mengatakan...

@alaika abdullah:trims mbak..

puteriamirillis mengatakan...

@Untje van Wiebs:masih menjajaki jg nih na..tunggu ja ya..

puteriamirillis mengatakan...

@catatan kecilku:waduh mbak reni ikutan galau..^^

puteriamirillis mengatakan...

@muamdisini:semacam itu...iya keingetan audit,hehe..

puteriamirillis mengatakan...

@Naya Elbetawi:ayuk atuh nay dibaca...^^

puteriamirillis mengatakan...

@amel:ibunya lbh suka di kampung mel...

puteriamirillis mengatakan...

@susisetya:silahkan mbak susi..^^

puteriamirillis mengatakan...

@^omman:betul man...

puteriamirillis mengatakan...

@jiah al jafara:siaaap...

puteriamirillis mengatakan...

@Yunda Hamasah:baik bucek...^^

puteriamirillis mengatakan...

@honeylizious:tq...hani

kakaakin mengatakan...

Keren, Mabk...
jadi ingat kecubung 3 warna :D