Selasa, 14 Februari 2012

Agar Tak Ada Lagi Kesendirian Di Dunia Ini

Apa yang ada di pikiran Afriani ketika dia mengolengkan mobilnya ke trotoar? Kemanakah pikirannya, hatinya, bahkan raganya. Raganya di tempat, di belakang stir tapi pikirannya jauh melayang ke angkasa, awang-awang nan tinggi. Tak peduli dengan kesempatan hidup orang lain yang berakhir akibat dari kebodohannya.

Apa juga yang ada di pikiran pelanggan sebuah restauran mahal yang tak menghabiskan makanannya hanya karena kalimat," Sudah kenyang ah, aku kan lagi diet". Kemana hati seorang pejabat ketika bensin mobil anaknya saja dibayarkan oleh kantor, atau yang lebih parah sabun cuci piring, sementara seorang ibu bersusah payah mengais bak sampah besar hanya untuk mendapat sampah-sampah demi rupiah.

Kembali lagi ke diri, apa saja yang sudah kulakukan selama ini. Masihkah seribu dua ribu rupiah rela kuberikan pada tangan peminta-minta, sementara tangan satu lagi memegang 5 ribu dan 10 ribu rupiah. Lebih parah lagi jika yang hanya memberikan seratus dua ratus logaman.

Lalu dimana letak empati?

Empati sebuah kata sederhana, bahkan dengan kesederhanaan membuat empati seringkali terlupakan. Bukan oleh hal-hal yang besar namun oleh hal-hal remeh. Afriani melupakan empati karena pikirannya sedang diracuni hal-hal remah semacam narkoba. 

Ketika seorang pejabat berempati maka uang jatah untuk membeli kebutuhan sehari-hari akan disumbangkan kepada yang membutuhkan. Lebih konkrit dan lebih berempati pada kesulitan orang tak punya. Lebih dari itu empati sesungguhnya menghidupkan hati.

Empati sendiri sebenarnya tak harus jauh-jauh kok dan tak melulu berkaitan dengan materi. Ketika pulang kerja, melihat anak merengek-rengek minta main sesuatu dengan kita, maka sebagai seorang ibu yang berempati akan meluangkan waktu sejenak dengan anak untuk bermain. Hanya 5 menit saja atau 10 menit untuk sekedar membacakan sebuah cerita, kemudian baru kita mandi dan mengerjakan hal lain. Tapi hal itu seringkali terlupa bukan? Capeknya  raga saat pulang kantor membuat kita lebih memilih istirahat dulu. Ga empati banget deh dengan anak.

Cara lain adalah kepada orang tua. Empati disini berarti kita memahami psikologi orang tua. Sudahkah kita memahami orang tua kita. Usianya belaiau semakin tua dan semakin membutuhkan kehadiran kita yang boleh jadi dari hari ke hari semakin sibuk saja. Bahkan hanya sekedar mengantarkan cucu nya ke rumah kakek nenek saja segan, yang membuat kakek nenek yang harus datang berkunjung ke rumah cucu. Menyedihkan, dan kurang empati. Bukankah kita bisa menjadi seperti sekarang ini karena usaha mereka bukan?

Empati juga berarti mampu mendengarkan. Kita mendengarkan keluh kesah sahabat dan teman kita. Berupaya memahami apa maksudnya, bagaimana ia berpikir dan apa yang menjadi kehendaknya. Semisal seorang teman sedang kesulitan dengan urusan rumah tangganya, mungkin anaknya sakit, sementara pekerjaan kantor sedang melimpah. Sebagai teman, dalam kewajaran, membantunya melepaskan masalahnya atau menerima sedikit tugas-tugasnya. Empati menghadirkan sinergi dan melahirkan perasaan bersama. Agar tak ada lagi kesendirian di dunia ini.

Berempati yuk teman!

17 komentar:

RanggaGoBloG mengatakan...

yuk mari kita ber empati... berfikir dengan jernih berbagi dengan sesama tanpa pandang bulu... biarlah tuhan yang menilai ibadah kita dalam berbagi...

Anonim mengatakan...

memang masih banyak orang yang sudah tidak lagi berhati benar2 tulus, dikarenakan hidupnya hanya mementingkan dirinya sendiri.
yang bagus itu, yang nggak pernah berfikir disaat berbuat tolong-menolong antar sesama, nggak pilih kasih.

HP Yitno mengatakan...

jadi malu sendiri dengan kata empati. Serasa belum empati banget ane mbak. Empati terhadap orang tua, nenek, dan sahabat. Makasih mbak atas nasehatnya. Akan berusaha empati dan lebih baik lagi.

Lidya Fitrian mengatakan...

berempati dimulai dari kita sendiri ya mbak

Bunda Kanaya mengatakan...

duh saya banget inih.... masih harus banyak belajar tentang empati.... makasih ya mba tulisannya menginspirasi

Nia Angga mengatakan...

hiks, mbak put, emang empati itu susah bangett yaa

tapi tetep berusaha yang terbaik koq. ayo semangat ber-empatii

penyakit diabetes melitus mengatakan...

kalau cuma simpatik doang gimana mbak????

Alaika Abdullah mengatakan...

yuk...... thanks sudah mengingatkan mba Pu.... apa kabar? lama tak muncul deh kayaknya nih....

Agenda ibu rumah tangga mengatakan...

hari-hari ini, empati yang tulus dan tanpa syarat tuh sesuatu yg langka, semuanya sekarang "about me", jarang yg mempedulikan o lain

Nurmayanti Zain mengatakan...

empati bisa muncul kalo kita selalu bermulasamah dengan lingkungan sekitar :D ayo mengasah peka lebih tajam ^^
mbak puu..
dapat award nih dariku :) diterima ya
--lihat juga pengumuman pemenang giveaway kemilau cahaya emas~
http://www.nurmayantizain.com/2012/02/pemenang-giveaway.html

Fahrie Sadah mengatakan...

Indahnya berbagi, Mbak ^^

entik mengatakan...

memberi empati kepada orang lain emang susah. Kebanyakan orang malah pengen diberi 'empati' oleh orang lain

Orin mengatakan...

mari kita budayakan empati ;)

Hai Pu, lama tak berkunjung, kangen dirimu deh he he.

Gaphe mengatakan...

empati tuh baru bener-bener efektif kalo memang pernah merasakan pada kondisi yang sama persis dengan orang tersebut.

selama ini yang sering terjadi hanyalah "JIKA" berada pada posisi tersebut, bukan benar-benar merasakan..

jadi...
yaaaa kadang nggak nyampe juga empatinya

OOT gak sih??

edratna mengatakan...

Empati ini harus dibudayakan, dilatih terus menerus agar hati kita tersentuh jika melihat hal-hal yang tak benar. Dan harus dimulai dari diri sendiri.

komuter mengatakan...

empati.....
butuh hati yang iklhas untuk bisa berempati...

Nia mengatakan...

bener...empati kata yang mudah diucapkan tapi sulit utk dilakukan....aku pengennya orang yg ber-empati kepadaku...tp aku malah jarang ber-empati kepada orang hiks...