Selasa, 01 Mei 2012

Emansipasi Wanita Dalam Islam

Assalaamualaikum...
Apa kabar teman-teman?

Maafkan ya, pu dah lama ga ngeblog, ga blogwalking, ga menyapa, banyak banget nggaknya. Kesibukan pu lagi penuh banget. Sebenarnya banyak yang mau diceritain. Namun untuk kali ini pu ingin sekali berbagi cerita. Tadi pu baru aja mendengarkan ceramahnya Ibu Khofifah Indar Parawansa mengenai emansipasi wanita dalam Islam. Ibu Khofifah diundang oleh Mesjid kantor pu dalam rangka peringatan hari kartini. Identik sepertinya Kartini dengan emansipasi yaaa?
Ceramah ibu Khofifah sungguh mengena di hatiku, dia pintar dan cerdas dalam memberikan pengajaran. Diawali dengan penjelasan bahwa dalam Islam wanita itu juga diberi kesempatan untuk memegang peran-peran publik. Contohnya adalah Khadijah yang berjuang sebagai seorang pedagang wanita yang mahsyur, dimana Rasullullah bertindak sebagai utusannya dalam berdagang (sebelum Rasullullah diangkat sebagai Rasul). Khadijah sebagai seorang pedagang tentu saja harus berhubungan dengan dunia luar, di luar lingkungan rumahnya. Ada juga Asma Binti Abu Bakar dimana pada saat Rasullullah dan Abu Bakar hendak hijrah ke Madinah mereka diserang oleh musuh hingga harus berdiam diri di gua tsur beberapa saat lamanya. Gua Tsur ini merupakan gua dengan perjalanan menujunya yang berbatu dan terjal. Asma Binti Abu Bakar kala itu sedang hamil. Ia bertugas mengantarkan ransum kepada Rasullullah dan  Abu Bakar. Asma menempuh jarak menuju gua tsur dengan mengendarai kuda. Sungguh seorang penunggang kuda tentunya ahli dalam mengendarai kuda. Ia tentu harus berlatih supaya disebut ahli. Asma tentu saja harus berlatih di luar rumahnya. Dengan demikian terbukti bahwa dalam Islam, yang dalam hal ini dicontohkan oleh wanita dekat dengan Rasullullah tersebut, mendukung aktivitas perempuan di luar rumah. Bahkan mesjid kuba, dimana jika kita sholat di mesjid ini, maka pahalanya sama seperti pahala umroh, diwakafkan oleh seorang wanita. Begitu Sumayyah seorang wanita perkasa yang merupakan syahid pertama dalam Islam. Bagaimana mungkin mereka mampu memiliki prestasi demikian jika hanya terpaku pada urusan-urusan domestik rumah tangga.

Dari contoh tersebut kita bisa menentang omongan orang-orang yang membenci Islam dan senantiasa berdalih bahwa Islam mengekang kebebasan wanita. Tidak terbukti pada kenyataannya bukan? 

Ibu Khofifah mengatakan bahwa selama ini selalu didengungkan adalah peran ganda wanita. Tapi tak ada sebutan peran ganda pria. Padahal pada QS. Luqman ayat 13-19, Luqman telah mencontohkan bahwa ia memberi nasihat kepada putranya. 

Qs. Luqman ayat 13:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, Wahai anakku! janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.

Qs. Luqman ayat 14:
Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia 2 tahun.  Bersyukurlah kepada- Ku dan kepada kedua orangtuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.

Qs. Luqman ayat 15:
Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beri tahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Qs. Luqman ayat 16:
(Luqman berkata), "Wahai anakku! sungguh jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah maha halus, maha teliti.

Qs. Luqman ayat 17:
Wahai anakku! laksanakanlah sholat dan suruhlah manusia berbuat yang makruf dan cegahlah mereka dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.

Qs. Luqman ayat 18:
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.

Qs. Luqman ayat 19:
Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.

Dari ayat-ayat di atas bisa kita dapatkan pelajaran bahwa seorang Bapak itu memiliki kewajiban pula dalam urusan domestik rumah tangga. Selama ini yang kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari yang lebih banyak diserahi tugas-tugas domestik dalam pendidikan anak adalah ibu. Yang mengingatkan makan, sholat, istirahat biasanya ibu. Ayah seringkali melimpahi tugas begitu saja pada para ibu. Ayah dianggap hanya memiliki tugas mencari nafkah, tugas luar rumah. Padahal seharusnya tidak begitu. Pada Quran Surat At Tahriim dijelaskan sebagai berikut:

Qs. At- Tahriim  ayat 6 "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Jelas sekali pengasuhan anak bukan mutlak tanggungjawab ibu, tapi juga ayahnya.

Hal ini menandakan pula bahwa Islam juga memberikan peran domestik dan peran publik yang seimbang antara wanita dan pria, bagi ibu dan ayah.

Ibu Khofifah sebagai muslimat NU pernah diajak mendiskusikan RUU kesetaraan gender. Dimana dalam salah satu pasalnya disebutkan bahwa, " setiap wanita berhak menentukan dengan siapapun dia akan menikah". Dan reaksi ibu Khofifah ketika melihat RUU itu sangat menentang. Baginya kesetaraan gender bukan berarti kita bebas berbuat apappun, bebas menikah dengan siapapun (dibolehkan lesbian, homosekssual, trans gender). Baginya tetap saja kesetaraan itu bukan dalam hal seperti itu. Secara fitrah, wanita menikah dengan pria, begitupun sebaliknya. Justru dengan pengaturan yang kebablasan seperti itu membuat tatanan kehidupan akan kacau. 

Negara kita bukan seperti negara Uni Soviet yang membolehkan perkawinan sesama jenis. Negara kita adalah negara beragama. Dan tidak ada satu agama pun yang mengijinkan perkawinan sesama jenis. Seringkali kalangan aktivis wanita terlalu berlebihan dalam memandang emansipasi wanita. Terlalu berlebihan. Ketika dahulu RUU Pornografi dan Pornoaksi sedang dibahas juga seperti itu. Pengaturan mengenai pornografi dan pornoaksi dianggap membatasi wanita dalam berekspresi dan lagi-lagi pandangan seperti melayang pada Islam. Islam dianggap membatasi wanita. Padahal bukan seperti itu, pengaturan itu justru menjaga harkat dan martabat wanita. 

Setelah mendengarkan ceramah ibu Khofifah terus terang aku menjadi semangat kembali dengan adanya keputusan untuk menjadi ibu bekerja. Hal ini juga akan menjadi semangat bagi para ibu yang memilih menjadi FTM. Di setiap bidang kita bekerjalah.

Trims teman sudah ikutan membaca tulisan sederhana pu kali ini.

Wassalam.




9 komentar:

Lidya Fitrian mengatakan...

Allhamdulillah suamiku mau ikutan urusan domestik juga :)

Blog Keperawatan mengatakan...

Orang-orang yang tidak menyukai Islam menggunakan hal ini untuk memojokkan Islam.
Tetapi mereka tidak tahu akan hikmah di bail semuanya itu.Islam bila telah membuat syariat tentunya hal tersebut akan bermanfaat bagi dunia dan juga akherat.

Yakinlah itu, karena itu adalah merupakan keimanan.
Terima kasih telah share sahabat

Millati Indah mengatakan...

Semoga para suami yang membaca ini menjadi tersentil dan tidak melimpahkan segala urusan domestik pada istrinya. Dan semoga para feminis yang membaca tulisan ini bisa menyadari bahwa kesetaraan dan kebebasan bukan berarti semaunya, salah satunya dalam menutup aurat. Dan jangan sampai pernikahan sesama jenis dilegalkan!

An mengatakan...

:) nice articel :)
salam kenal, mbak
www.aniamaharani,blogspot.com

Nchie Hanie mengatakan...

Puuu..kangen..
Kemana aja seh..
Sibuuk terus ya..

Duh pagi-pagi enak banget baca tulisan ini..
Alhamdulillah si PApa mau ikut urusan domestik jugaa..!!

Ne mengatakan...

Apa kabar mbak Pu :-)

sebenarnya jika laki-laki dan perempuan bersatu dan kompak dalam rumah tangga pasti jadinya hebat ya mbak, tidak ada rasa siapa yang lebih berkuasa.. :-)

pakaianindonesia mengatakan...

sebelumnya salam kenal...
di jaman sekarang banyak kaum wanita yg tdk mau kalah dengan sang suaminya dalam hal karir....
nice artikel :)

nopha kartika mengatakan...

nice posting....
ada pepatah " setinggi derajatnya perempuan setelah sudah berumah tangga,ujung"y pasti ke dapur juga"..
tetapi beda untuk di jaman sekarang..
dua"y saling bekerja :)
di tunggu kunjungan baliknya yaaaa :)

Della mengatakan...

RUU Kesetaraan Gender, baru minggu kemaren dibahas di kantor ;)