Selasa, 22 Mei 2012

Si Pendiam Dan Pemalu Itu

Ketika mbak Thia mengajak untuk membuat tulisan tentang anak-anak yang ketika masa kecilnya mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan karena dianggap kuper, pemalu, tidak pintar, dll, aku jadi mengingat diri sendiri. Aku dulu adalah seorang anak kecil yang pemalu, pendiam, dan cenderung pasif jika berada di luar lingkungan rumah. Istilahnya jago kandang. 
Faktor penyebab aku seperti itu adalah pada tahun 1983 papa pindah tugas ke Makasar ketika itu aku berumur 1 tahun. Makasar saat itu masih sepi. Kami tinggal di rumah dinas. Kami tentu saja harus meninggalkan keluarga besar dan jauh dari ibukota. Tempat terpencil dan tetangga yang sedikit membuatku tumbuh menjadi anak yang sangat bergantung dengan orangtua. Setiap hari bertemunya hanya dengan Papa dan Mama. Di Makassar, aku juga mempunyai seekor kucing kampung yang amat kusayang dan menjadi teman bermain di rumah. Entah itu bermain dengan coklat yang kubalur ke meja kaca di ruang tamu atau hanya main umpet-umpetan di balik meja dan kursi.

Itulah sekelumit awalan mengenai faktor yang menyebabkan aku tumbuh menjadi anak yang pendiam dan pemalu. Ketika aku berumur 2 tahun kami pindah ke Jakarta.  Mama ketika itu hamil adikku, Akbar. Di Jakarta aku mulai beradaptasi lagi dengan lingkungan. Lingkungan Jakarta yang ramai dan berbeda dengan lingkungan Makassar yang saat itu masih sepi.

Sifatku memang agak lamban dalam beradaptasi dengan lingkungan dan situasi yang baru, hal ini membuat aku malu dan diam jika dihadapkan dengan saudara-saudara, baik dari pihak papa maupun dari pihak mama. Aku seringkali menangis dan tidak mau bertemu dengan saudara-saudara ketika awal kami bertemu. Hal ini menyebabkan  saudara-saudaraku harus bersusah payah membujuk aku agar mau digendong dan diajak main oleh mereka.

Kondisi pribadiku yang pendiam dan pemalu ketika bertemu orang baru berbeda dengan kondisi pribadiku ketika aku berada di rumah. Di rumah aku menjadi bebas bereksplorasi. Aku suka menyanyi, aku suka menari. Tapi hanya di rumah. Aku pernah berekspresi dengan payung yang kubuka di rumah lalu aku menari sambil menyayikan lagu. Aku juga suka bermain-main dengan adikku, membuat rekaman suaraku di kaset (yang merekam mama), dan bermain dengan oma. Tapi ya itu tadi, itu semua hanya terjadi ketika aku berada di rumah. Jika berada di luar rumah aku kembali menjadi pribadi yang pemalu dan pendiam.

Umur 4 tahun aku pun mulai bersekolah di TK. TK Aisyiyah Rawamangun sekolahku saat itu. Hal pertama yang harus dilakukan sebelum masuk TK adalah tes masuk TK. Saat itu aku diminta untuk berjalan di kayu titian. Aku tidak mau dan setelah dibujuk akhirnya aku mau namun aku tidak bisa melakukannya. Tubuhku saat itu memang terbilang bongsor untuk anak seusiaku. Aku terjatuh terus di kayu titian sehingga akhirnya aku berputus asa dan tidak mau mencoba kembali. Ketika tes yang diujikan adalah melompat karet, aku pun kembali melancarkan aksi tidak mau namun sebenarnya itu karena aku malu. Aku merasa takkan mampu melakukannya, aku takut terjatuh dan sebagainya. Alhamdullillah di tes yang lain aku bisa menjawabnya seperti ketika ditanya gambar-gambar, ini gambar apa, itu gambar apa, lumayanlah aku bisa. Mungkin ini yang membuat TK tersebut berani menerimaku sebagai anak didiknya.

Hari-hari pertamaku di TK tentu saja menjadi hari yang tak menyenangkan bagiku. Aku tidak mau ditinggal mama. Mama harus selalu ada di jendela kelasku. Setiap saat aku menengok ke jendela untuk memastikan mama masih ada di tempatnya. Aku hanya duduk di tempat dudukku. Aku masih malu untuk memulai perkenalan dengan teman baru. Aku beranggapan mereka lincah-lincah dan supel dengan teman baru. Tapi aku tidak, aku malu dan merasa tak tahu harus bicara apa dengan teman baru. Ketika jam istirahat tiba, teman-teman baruku bermain di halaman sekolah. Ada permainan ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, panjat-panjatan, dll. Aku? Hmm, aku hanya diam saja duduk di tempat duduk yang posisinya di depan kelas. Ketika itu mamaku mengatakan, "Ayo Put, main sama teman-teman". Tapi anjuran mamaku tak membuatku berani bermain bersama teman-teman, hingga akhirnya mama meminta temanku untuk mengajak aku bermain. Setelah diajak teman barulah aku mau bermain. Tapi aku tak terlalu larut dengan permainan itu.

Ketika belajar di kelas, aku juga lebih banyak diam. Bahkan dengan kediaman itu membuatku ngompol di kelas pada suatu hari. Air ompol itu menggenang di lantai kelas. Tentu saja hal ini membuat guruku harus membersihkan aku di kamar mandi. Aku memakai seragam pengganti dari sekolah. Namun untuk pelajaran di kelas aku suka mengikuti tapi ga aktif bertanya. Ibu guru lebih banyak mengajari secara privat kepadaku.

Namun seiring waktu, aku mulai berubah. Aku mulai mau berinteraksi lebih baik dengan teman-teman sekelas. Seringkali kami ditampilkan dalam lomba-lomba menari. Begitupun ketika perpisahan kami menari di panggung. Kostum yang indah sangat kusukai. Meskipun kostum itu sering kekecilan. Ya lagi-lagi karena tubuhku bongsor dibandingkan dengan teman-teman sekelasku. Aku sering membandingkan pahaku kok dua kali paha temanku ya. Aku membandingkannya ketika kami duduk bersama, dengan paha-paha kami berdempetan.

Selepas TK, aku masuk SD. Aku sekolah di SD Muhammadiyah 24 Rawamangun. SD ku ini masih satu komplek dengan TK ku. Aku suka sekali dengan pelajaran di kelas satu. Disamping mamaku juga rajin menyemangati aku agar belajar dengan rajin. Dan tak disangkanya ternyata aku mendapat rangking 2 di kelas. Ketika mamaku memberitahu guru TK ku, mereka tak percaya. Namun juga bersyukur karena kekhawatiran mereka aku tak mampu mengikuti pelajaran SD tak menjadi kenyataan. Aku bisa dibilang mampu mengikuti pelajaran SD.

Namun semua itu tak berarti sifat pendiam dan pemaluku sudah berubah. Aku tetap anak pendiam dan pemalu itu. Tapi aku sudah lebih percaya diri dengan diriku sendiri. Aku suka pelajaran bahasa Indonesia. Terutama pelajaran mengarang. Kemudian hasil karangan itu diceritakan di depan kelas. Aku juga suka pelajaran IPS, IPA, dan matematika. Tetapi untuk matematika tidak begitu menyukai. Aku susah sekali belajar matematika. Ketika kelas dua SD aku belajar pembagian dengan papa, dan aku tak cepat bisa.

Di kelas-kelas berikutnya, karena sudah lebih nyaman dengan lingkungan sekolah, aku mulai memiliki teman-teman dekat. Aku juga ikutan madrasah pada sore harinya. Alhamdullillah meskipun prestasiku di sekolah hanya sebatas mendapat rangking 10 besar tapi aku sudah memiliki teman-teman yang membuatku nyaman. Aku juga menjadi tim upacara di sekolah dan tim lomba baris berbaris. Meskipun sederhana, namun aku senang dan ada rasa bangga di hati.

Aku juga diikutkan kursus menari di sanggar sanggrina bunda oleh mamaku. Aku seringkali mengikuti lomba menari, pertunjukkan, dan menjadi penari tarian pembuka pada pernikahan Minang. Lumayan, honor menari yang kuperoleh bisa ditabung. Aku sudah membuka tabungan sendiri saat itu di Bank Muamalat Indonesia yang membuka cabang di sekolahku.

Lulus dari SD aku masuk SMP. Kehidupanku sudah terlihat lebih normal sekarang. Aku tumbuh menjadi gadis remaja yang wajar dengan kehidupannya masing-masing. Semua menjadi hancur ketika kudapati orangtuaku berpisah pada saat usiaku menjelang 14 tahun. Saat itu aku kelas 1 SMP. Keceriaan masa remaja sedikit ternodai dengan kejadian itu. Namun mamaku selalu memotivasiku, bahwa masa depanku masih terbentang luas dan aku tak boleh jatuh, tak boleh kalah.

Boleh dibilang masa SMP adalah masa sensitifku dengan papa dan mama. Masa aku bertanya, mengapa mereka harus berpisah. Tapi aku tak melulu berada dalam kesedihan. Kuisi hari-hariku dengan belajar dan berteman. Aku ikut ekskul, ikut les bahasa Inggris, ikut les pelajaran, dll. Aku hanya berpikir, aku mau jadi orang yang sukses di masa depan.

Masa SMU adalah masa yang labil. Masa pertama kali, aku memutuskan untuk memakai jilbab. Di masa ini aku mulai memikirkan masa depan. Aku rajin belajar. Bukan karena aku merasa pintar, justru karena merasa tidak bisa maka aku harus rajin belajar. Aku meninggalkan teman-temanku yang masih suka main-main. Aku merasa, mama dan papa sudah berpisah, maka aku tidak boleh menggagalkan hidupku sendiri. Aku berusaha menjadi orang terbaik bagi diri sendiri, bagi suamiku kelak, bagi anakku kelak, dan tentu saja bagi orang tuaku.

Aku berusaha meraih yang terbaik. Baik itu di kehidupan akademis maupun non akademis. Namun dengan rasa percaya diri. Alhamdullillah, saat ini aku bersyukur. Aku berada pada keluarga yang baik-baik dan semoga baik selamanya hingga maut memisahkan kami. Aku memiliki pekerjaan yang baik dan insya Allah kusenangi. Ternyata anak pendiam dan pemalu itu telah memiliki kehidupan yang baik saat ini.

Untuk mbak Thia, bunda Vania jangan bersedih dan bingung dengan keadaan Vania saat ini ya mbak. Keadaan akan merubah semuanya. Perkembangan anak memang unik dan penuh imajinasi. Yakinlah bahwa Allah memberi potensi bagi setiap anak. Semoga kita bisa sama-sama berjuang membesarkan anak-anak kita dengan baik ya mbak. Amiin.

With Love
Pu

Artikel ini diikutsertakan dalam our pensieves 1st giveaway









14 komentar:

Lyliana Thia mengatakan...

Ah Pu... Mengharukan sekali kisahnya... Iya yg penting qta twtap optimis insya Allah anak2 bs mengeluarkan segala potensi yg mereka miliki.. Amin...

Makasih atas partisipasinya ya Pu... Sudah kami catat sbg peserta... :-)

Nchie Hanie mengatakan...

Ahh,,Pu..aku juga pendiam dan pemaluu..

Sukses ya ,,
Aku belom beres masih di draft..

Alaika Abdullah mengatakan...

mba Puuu.... aku juga pendiam dan pemalu... malah pernah malu2in lho.... hehe....

sukses untuk kontesnya yaaa....

Noorma Fitriana M. Zain mengatakan...

ikutan GA ku jugaa yaa say :D

hehee


hampir sama yahh :D

pemalu...

Ririe Khayan mengatakan...

wah...jelang DL pada semangat neh? Sukses ya Mbak...

basically saya juga lemalu lho duluu..

outbound di malang mengatakan...

Kunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal - hal yang Anda takuti.
tetap semangat tinggi untuk jalani hari ini ya gan ! ditunggu kunjungannya :D

puteriamirillis mengatakan...

@Lyliana Thiaterimakasih ya mbak thia...

puteriamirillis mengatakan...

@Nchie Hanieiya ya chi,,sama dong kita...

puteriamirillis mengatakan...

@alaika abdullahwah malu2innya seperti apa itu mbak alaika..:)

puteriamirillis mengatakan...

@cah_kesesi_ayuteaaku juga ikutan GA mu ya cah ayu...

puteriamirillis mengatakan...

@Ririe Khayansama kita rie..ayo ikutan juga...

puteriamirillis mengatakan...

@outbound di malangsip...

n_endra mengatakan...

terharu, tapi kenapa aku baru tau sekarang ya. kalo tau waktu kita masih ketemuan dlu kan, kita bisa peluk peluk, ni put.
semangat ya...
salam untuk Azkiya Umar dan abinya. juga salam buat Mbak Retno

Obat Kanker usus 12 Jari mengatakan...

salam kenal gan ,