Jumat, 24 Mei 2013

[BeraniCerita #13] Kisahku


"Aku tak suka kau jalan dengan laki-laki itu !"
"Mas sendiri mengapa tidak pernah di rumah"
 "Aku kerja, dasar wanita jalang"
"Kau pikir aku itu robot yang bisa kamu atur seenaknya, yang bisa kamu campakkan, yang bisa kamu sampingkan, setelah kamu butuh baru kamu pulang ke rumah. Kau pikir aku tak tahu apa yang kamu lakukan dengan sekretaris centilmu itu hah?"
"Tapi aku kerja juga cari duit, buat kamu dan anak-anak. Siapa yang suka mendesakku untuk membeli berlian, siapa yang maksa banget minta mobil mewah, siapa yang menuntut untuk selalu diberikan uang belanja lebih, kamu kaaan?, kamu sendiri jalan dengan mantan pacarmu itu".
Bertahun-tahun aku menunggumu berubah. Aku menanti dan terus menanti. Tapi apa, sekali, dua kali, tiga kali, hingga sepuluh kali kau ganti sekretaris dan sepuluh-sepuluhnya kau tiduri. Dasar suami khianat. Aku benci.
Adi dan Ida menangis tersedu melihat pertengkaran orangtuanya. Sejurus Adi si remaja tanggung pergi dari rumah, meninggalkan Ida sendiri di pojokan dapur.
"Mama Papa, nggak kasihan sama Ida dan abang? kami dilahirkan bukan untuk mendengar hal ini, bukan untuk melihat pertengkaran setiap Mama Papa bertemu"
"Abang pergi barusan, apakah Mama Papa lihat? Abang sudah benci dengan kondisi rumah ini, abang sudah tercebur dalam pergaulan tak benar, abang terkena narkoba. Tapi Mama Papa masih juga tak peduli. Mama Papa hanya bertengkar dan terus bertengkar"
"Urus itu anakmu, seharusnya kau bisa urus anak tanpa jalan dengan laki-laki lain!"
"Huh, seperti kamu peduli saja dengan anak-anak"
Ida tergugu dalam tangis yang pecah seketika. Ia pingsan di pojok dapur. 


"Ah lelahnya, Inaaah!!"
"Ya bu"
"Aku lelah, tolong simpan laptop ini. Aku mau istirahat"
"Baik bu"
"Kisahku 57 tahun yang lalu, baru terpikirkan untuk kutulis saat ini. Cerita ini selalu menguras emosiku. Mudah-mudahan bisa selesai dengan baik tulisan ini sebelum aku mati. Dengan kondisiku saat ini, aku tak yakin, dokter bilang kanker ini semakin menjalar penuh ke tubuhku". 
"Ah, ibu jangan bicara mati".
"Ya, kamu sendiri biar masih muda juga bisa mati"
"Iya ya bu, tapi ibu harus yakin bisa menyelesaikan tulisan ini. Ibu harus yakin bisa sembuh"
"Tapi aku tak yakin, air mata mulai mengalir"
Dalam dekapan Inah Ibu Ida menangis tersedu-sedu.


Baca juga daftar isi
Better three hours too soon than a minute too late.
~ William Shakespeare

14 komentar:

Anonim mengatakan...

dan kisahnya berakhir begitu saja...
saat pembaca (aku) belum sempat merasakan emosi cerita.
Karena ini adalah kisah flash back, aku mengharapkan adanya konflik dalam cerita yang dituliskan konflik. Cerita si tokoh seperti sebuah rangkuman. Kesimpulan. Alangkah baiknya jika diambil satu cuplikan saja. Mungkin tentang pergulatan batin tokoh remaja itu setelah orantuanya berpisah. Pembaca dengan sendirinya akan tahu, orangtua tokoh berpisah karena ada masalah tanpa penulis harus menceritakannya panjang lebar di awal.
Itu aja sih opiniku, maaf kalo nyinyir. :)

Anonim mengatakan...

Aku selalu gak punya ide untuk fiksi..huhuhu

ami mengatakan...

huummmm...belum bisa menangkap kaitan cerita dg quote-nya...^^?
hehehe

Lidya Fitrian mengatakan...

idenya ada aja ya mbak, gak kaya aku gak bisa menlis fiksi :)

RJunioranger mengatakan...

Terlepas dari dialog yg belum konsisten menggunakan tanda petik. aku masih meraba2 jalan ceritanya. Adakah perpindahan sudut pandang?? *Aduhai, lola sekali saya. :(-- Permisi. Mohon Maaf sekadar komentar*

eksak mengatakan...

Muter-muter, asyik juga nih jalan ceritanya! Tapi sumpah! Pala gue puyeng... ;-)

puteriamirillis mengatakan...

@attarsandhismindsudah dirubah yaaa...

puteriamirillis mengatakan...

@lieshadieayo mbak, harus banyak latihan

puteriamirillis mengatakan...

@eDeLwEiss^_^pelan2 aja bacanya ya...

puteriamirillis mengatakan...

@Lidya - Mama Cal-Vinayo mbak sama2 latihan...

puteriamirillis mengatakan...

@RJterimakasih...

puteriamirillis mengatakan...

@eksaknggak bermaksud bikin puyeng yaa...

Mimin Berani Cerita mengatakan...

tetap perhatikan tanda baca yang dipakai yah. karena itu mempengaruhi emosi tokoh yang ingin disampaikan :)

Anonim mengatakan...

Saya meraba-raba, kira-kira umurnya Ida sekarang berapa ya?
Kalau kejadiannya 57 tahun yang lalu, kenapa nggak minta anaknya Ida saja yang menuliskannya? IMHO