Sabtu, 29 Juni 2013

Aku Ingin Menjadi PNS


Aku selalu tersenyum sendiri jika mengingat masa-masa SMU, terutama ketika kelas 1 SMU. Masa-masa labil dengan pencarian jati diri yang tak jelas. Saat itu Aku memiliki gank teman-teman perempuan berjumlah 6 orang termasuk Aku, selain itu Aku juga memiliki 1 orang sahabat dekat. Namanya juga anak 1 SMU yang merasa mulai gede maunya kemana-mana bareng, sepertinya dengan bersama-sama maka kekuatan kita bertambah. Pada masa ini Aku juga mulai mengenal pacaran, hanya sekitar 2 bulanan. Tapi sesungguhnya ketika Aku bermain dan jalan-jalan dengan teman-teman ada satu pertanyaan mendesakku “mau jadi apa Aku ketika dewasa nanti?”. Sebuah pertanyaan sulit yang semakin bertambah sulit karena diriku sedang labil saat itu.
Ada cerita tersendiri mengapa Aku menjadi anak yang sedikit labil diantaranya karena Mama dan Papa berpisah. Secara lahir mungkin Aku tidak bermasalah, Aku tetap seorang remaja puteri yang ceria dan semangat menjalani hari dan itu terjadi sejak 1 SMP hingga SMU. Namun masalah muncul ketika SMU. Saat itu Aku mulai mengenal suka dengan lawan jenis, sudah mulai suka berpikir tentang masa depan, sudah mulai berpikir tentang sebuah pernikahan, dll. Apakah wajar jika seorang anak kelas 2 SMU sudah mulai memikirkan masalah pernikahan, yang sebenarnya agak sedikit kutakuti. Aku berpikir saat itu tak seperti teman-teman yang lain yang bisa dengan gembira punya teman dekat, punya pacar, punya mama papa lengkap di rumah, dan punya kehidupan yang sepertinya wah. Lingkungan SMU ku memang borju dengan anak-anak yang berasal dari keluarga gedongan membuatku semakin tak percaya diri. Walaupun Aku punya teman gank tapi sepertinya mereka hanya temanku ketika bersenang-senang saja, ya namanya juga anak belasan tahun ketika itu yang seakan hidup adalah untuk bersenang-senang.
Saat itu Aku mulai berpikir ulang tentang diri, tentang kehidupanku, tentang masa depanku. Aku mulai mengalihkan diri dari pergaulan yang penuh dengan suasana ceria dan senang-senang khas anak remaja menjadi pergaulan yang penuh dengan suasana spiritual. Aku mulai menyadari bahwa Aku bukan mereka. Orang tuaku bukan orang gedongan yang dengan mudah akan membiayai anaknya tanpa terlalu kesulitan dan tak terlalu mengharapkan anaknya bisa mewujudkan impian-impian mereka. Aku harus bangkit. Tak boleh lagi hidup hanya diisi dengan hal-hal biasa. Kejadian ini juga dipicu oleh nilai-nilaiku yang turun pada caturwulan ke dua saat Aku kelas 2 SMU. Aku lemas ketika itu dan berpikir apakah masa depanku akan suram. Apakah keinginanku untuk dapat bekerja di salah satu instansi pemerintah akan gagal.
Saat itu yang ada di pikiranku adalah Aku harus melakukan perubahan. Entah mengapa saat itu kesadaran spiritualku juga mulai tumbuh, Aku mulai menimbang-nimbang diri. Apa yang sudah Aku lakukan selama ini. Aku tahu bahwa dunia ini hanya sementara, tapi mengapa Aku seperti telah menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan Allah selama ini kepadaku. Aku mulai menyadari bahwa Aku mulai melupakan Allah dalam hari-hariku, Sholat ku tak khusyuk hanya sekedar menjalankan kewajiban saja. Aku malu dengan diriku sendiri. Dahulu Aku adalah seorang juara di pengajian dan Aku sekolah di sekolah Islam, tapi mengapa saat ini Aku malahan ga bisa mengamalkan apa saja yang Aku pelajari dahulu dalam kehidupan nyata. Baik sisi spiritual maupun sisi intelektual. Aku hanyalah seorang anak remaja yang jatuh pada kehidupan dan pergaulan yang sebenarnya wajar saja tapi sungguh untuk saat itu aku merasa aku telah menyia-nyiakan kesempatan yang ada selama ini.
Saat itu satu yang akhirnya Aku pikirkan untuk sebuah perubahan, bermula dari semangat spiritual yang mulai tumbuh, Aku ingin berjilbab. Sebuah langkah awal, Aku hanya berpikir bahwa semangat itu harus dibantu dengan fisik kita. Merubah baju-baju ku selama ini menjadi baju-baju yang lebih islami ditambah dengan jilbab. Selain penampakan fisik, Aku juga merubah pola hidupku. Diantaranya pola ibadah, pola belajar, pola pergaulan, dan pola hubungan dengan orangtua di rumah. Aku berpikir untuk dapat meraih cita-citaku menjadi PNS. Aku harus memiliki pola hidup yang baru. Harus mempunyai semangat baru dan jangan mudah berputus asa. Jika selama ini Aku selalu khawatir dengan masa depanku yang kira-kira akan seperti apa, kini Aku pun yakin dan bertekad bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan, bahwa jika kita berusaha maka hasilnya serahkan pada jalan Allah dan yakinlah Allah takkan menyia-nyiakan usaha kita. Hal itu yang selalu Aku tanamkan pada pikiran dan hatiku.
Alhamdullillah di kelas 3 SMU Aku mendapatkan lingkungan belajar yaitu kelas yang isinya anak-anak yang rajin belajar, karena ketika di kelas 3 SMU sudah diadakan pembagian IPA dan IPS. Aku kebagian kelas IPA (ya, secara umum anak IPA lebih rajin belajar dari anak IPS di SMU ku saat itu). Hal ini tentu saja sangat berpengaruh pada semangatku yang saat itu baru mulai tumbuh. Aku memang harus mendapatkan lingkungan yang mendukung karena jika tidak maka dikhawatirkan semangatku akan turun lagi.
Di kelas 3 SMU Aku berusaha senantiasa berada pada lingkungan yang baik itu. Aku mengikuti dua bimbingan belajar dan mengikuti bimbel di sekolah, otomatis ada 3 bimbel yang aku ikuti saat itu. Sebagai pembelajar Aku memang seorang pelajar dengan tipe visual dimana setiap pelajaran itu harus sering-sering Aku lihat dan Aku baca serta Aku kerjakan soal-soalnya. Aku berusaha banyak-banyak bertanya pada teman-teman yang pintar di kelas. Terus terang Aku memang lemah di perhitungan tetapi Aku tak mau menyerah dengan kelemahanku. Justru kelemahanku itu memicuku untuk selalu rajin belajar.
Di kelas 3 SMU itu Aku duduk sebangku dengan seorang teman yang sangat rajin sekali. Namanya Vidya. Dia anak yang selain rajin juga disiplin. Sehingga hal itu turut membantuku pula agar senantiasa berusaha meraih yang terbaik walaupun tak bisa mencapai rangking di kelas karena yang lain saingannya berat-berat.
Hingga tibalah saat-saat akhir itu. Saat kelulusan kami. Alhamdullillah nilai-nilai ujianku cukup baik. Saat itu aku berpikir bahwa Aku akan mengikuti UMPTN agar bisa masuk perguruan tinggi negeri. Aku ingin bisa kuliah dengan biaya yang lebih murah. Aku ambil strategi dalam memilih jurusan kupilih IPC (ilmu pengetahuan campuran) sehingga aku bisa mendaftarkan diri pada 3 jurusan baik dari IPA maupun IPS. Saat itu Aku mendaftarkan diri pada jurusan Hukum UI, Biologi UI, dan Sastra Prancis UNJ. Aku berharap dengan strategi itu peluangku untuk mendapatkan universitas negeri semakin terbuka. Hal tersebut diputuskan juga menimbang-nimbang kemampuanku dan pengenalanku tentang minatku sendiri. Aku ingin menjadi PNS. Jika diterima pada jurusan hukum maka peluang untuk bekerja di PNS akan terbuka lebar dimana pada setiap lowongan kerja PNS banyak dibutuhkan Sarjana Hukum. Jika diterima pada jurusan biologi aku bisa melamar PNS di instansi LIPI atau menjadi dosen. Jika diterima pada jurusan Sastra Prancis maka aku bisa melamar PNS pada Departement Luar Negeri ataupun menjadi dosen. Sebuah pilihan yang memang sudah dipikirkan sejak awal walaupun memang Aku sendiri tak begitu menggebu dengan hal itu, Aku hanya berpikir ketika kita menginginkan sesuatu maka ciptakanlah peluang-peluang yang mengarah pada keinginan kita itu. Insya Allah jika peluang-peluang sudah terbuka maka semangat diri untuk mencapainya akan semakin kuat, beda sekali jika peluangnya saja sudah tak ada maka semangat kita pun akan menjadi menurun pula.
Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa Aku ingin menjadi PNS, diantaranya sebagai berikut:
  1. PNS itu memiliki kekuatan yang jelas, alias tak mudah dipecat dari instansinya kecuali jika kita membuat tindakan yang melanggar kedisiplinan;
  2. PNS memiliki waktu kerja yang tetap alias office hour tidak seperti di swasta yang terkadang diharuskan lembur dan jika tidak lembur maka siap-siap digantikan oleh orang lain. Keberadaan sebagai wanita yang mendasari alasan ini. Aku ingin tetap bekerja tapi juga tak mau kehilangan waktu-waktu bersama keluarga. Dengan adanya pola waktu yang tetap ini maka akan lebih mudah bagiku mengatur baik keluarga maupun pekerjaan; 
  3. PNS tak mengharuskan seorang pegawai berpakaian yang wah dan tak mengharuskan berdandan lengkap;
Itulah alasanku sebenarnya walaupun Aku sendiri tahu dan menyadari bahwa untuk melamar menjadi PNS di instansi pemerintah tentu saja bukan hal yang mudah bahkan sulit karena saat itu kabar yang tersiar adalah untuk menjadi PNS itu harus membayar sejumlah uang dengan besaran sekitar puluhan juta rupiah atau harus memiliki koneksi dengan pejabat pada instansi tersebut jika tidak maka siap-siap saja ditolak. Namun dalam hati Aku bertekad jika memang sudah rejeki ku untuk berada di suatu instansi pemerintahan maka tak ada sesuatu pun yang akan mampu menyurutkannya. Karena Allah maha kuasa akan segala sesuatu.
Alhamdullillah ketika UMPTN Aku lulus masuk Fakultas Hukum UI. Sujud syukur seketika Aku setelah membaca pengumuman di Koran pagi itu. Aku merasa saat itu sepertinya peluang itu semakin terbuka lebar walaupun Aku sadar bahwa perjuangan di dunia perkuliahan akan semakin menantang. Aku diterima pada jurusan Hukum yang notabene adalah jurusan IPS. Selama ini Aku belajar pada jurusan IPA. Antara ilmu alam dengan ilmu social tentu saja berbeda. Pada ilmu alam kita menjelskan sesuatu hal yang pasti-pasti saja sedangkan pada ilmu social maka tidak ada yang pasti setiap teori tentu saja ada baik buruknya. Dan terus terang ketika itu Aku kewalahan dalam memahami dasar-dasar ilmu hukum. Aku masih belum bisa memisahkan pemahaman di ilmu alam dengan ilmu social. Aku tak mampu menjabarkan penjelasan dengan panjang lebar dan lengkap. Selama ini kan pada ilmu alam kita hanya mengerjakan soal hitungan atau jawaban yang pasti. Sedangkan pada ilmu social khususnya ilmu hukum pengertian yang kita jabarkanlah yang dinilai dan itu sungguh-sungguh perjuangan yang berat bagiku. IP pertamaku rendah sekali. Rasanya saat itu minder sekali, apalagi jika melihat teman-teman yang IP nya bagus diatas 3. Namun Aku bertekad takkan menyerah walaupun tantangannya akan panjang, ya membiasakan sebuah ilmu baru di dalam diri kita sangat tidak mudah dan perlu adaptasi yang panjang. Aku juga berusaha belajar dari teman-teman tapi memang ilmu itu haruslah kita biasakan dengan banyak membaca dan bertanya.
Keinginanku untuk menjadi PNS semakin menguat ketika kuliah, entah mengapa. Sementara teman-teman yang lain lebih memilih untuk bisa kerja di Lawfirm sebagai pengacara, aku justru tetap dengan pilihan semula menjadi PNS. Ada juga saat-saat keinginanku itu melemah, yaitu pada saat aku tergoda untuk menjadi ibu rumah tangga saja. Tapi ternyata keinginanku untuk menjadi PNS mampu mendobrak keinginan menjadi ibu rumah tangga dengan alasan yang kuat bahwa Aku ingin bekerja untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah.
Ketika jaman kuliah Aku belum memiliki computer pribadi sehingga jika akan mengetik tugas Aku harus merental computer atau meminjam computer milik Saudara. Begitupun dengan buku-buku yang tak semuanya bisa kubeli hingga harus meminjam kepunyaan kakak kelas. Setiap semester pun Aku berusaha untuk mendapatkan keringanan dari kampus dengan mengajukan keringanan. Semua itu kulakukan demi sebuah cita-cita untuk lulus kuliah dan menjadi PNS. Pada masa kuliah keinginanku untuk menjadi PNS pun diperkuat dengan keinginan merubah system yang sudah bobrok dengan korupsinya tapi dengan cara aku harus masuk ke dalamnya dan menjadi agen-agen perubahan yang menolak tradisi korupsi yang turun – menurun. Mungkin itu terlalu mengada-ada tapi setidaknya dimulai dari diri sendiri.
Hingga saat-saat yang ditunggu pun tiba. Pada tahun 2005. Saat-saat akhir Aku berada di kampus ini. Saat Aku mengerjakan skripsi, mengejar-ngejar keberadaan dosen hingga akhirnya lulus siding skripsi dan jadilah aku diwisuda, alhamdullillah. Dan “Welcome to the jungle”.
Ya inilah saatnya, saat Aku berada pada perjuangan yang sebenarnya. Saat-saat melamar pada instansi pemerintahan yang kutahu rasanya saat itu peluangku sedikit sekali. IPK ku hanya 2,78 ketika itu. Ya, pada akhirnya IPK ku hanya segitu. Sebuah hasil yang biasa-biasa aja bukan? Bayangkan rata-rata lamaran PNS itu mencantumkan syarat IPK minimal 3,00. Terus terang Aku udah pasrah ketika itu. Ya, mungkin nasib memang bukan di PNS. Pikirku ketika itu. Hingga aku pun bekerja di kantor notaris ketika itu, hanya sebuah kantor notaries kecil dan hanya menggantikan teman yang cuti melahirkan pula. Tapi sempat pula ada lowongan saat itu di Bapenas yang mensyaratkan IPK 2,75 namun ternyata aku hanya bisa lolos sampai tahap wawancara saja.
Akhirnya aku pun menikah pada tahun 2006. Saat itu dalam pikiranku sudahlah aku ga mau ngoyo, sudahlah jadi ibu rumah tangga saja. Hingga akhirnya ketika aku sedang hamil 6 bulan Suamiku memberikan pengumuman lowongan kerja di BPK RI. Saat itu IPK ku masuk syarat minimal diterima dan saat itu membolehkan wanita yang sudah menikah untuk melamar. Aku pun melamar di BPK RI. Alhamdullillah dari proses pelamaran saat itu rejeki berpihak padaku, Allah memberikan rahmatnya, Aku lulus masuk BPK RI pada saat aku hamil 8 bulan. Alhamdullillah.
Itulah salah satu sebab juga kenapa aku tetap bekerja saat ini, semua memang sudah lama dipikirkan dan aku bekerja bukan karena sekedar ingin aktualisasi diri tapi lebih dari itu ini pencapaian yang telah diproses sejak lama dan aku tak mau menyia-nyiakannya begitu saja. Jadi impianku saat ini tentu saja menjalani hidup dengan sebaik-baiknya saja dengan keluarga sebagai prioritas utama :)
Udah ah...sekian cerita emosional hari ini...
Wassalam 
Baca juga daftar isi

6 komentar:

HP Yitno mengatakan...

jadi lulus kuliah tahun 2005 ya kak.
Sama kayak ane dong, tapi lulus stm hahaha
perjalanan untuk menjadi pns lumayan berat juga ya. Syaratnya harus s1 lagi. ada nggak sih kak pns lulusan stm atau setingkat sma gitu???

Ety Abdoel mengatakan...

Ah sama kayak saya, sempat ikut tes BPK dua kali..bedanya saya gatot dan sampai skrg jadi pengacara, alias pengangguran banyak acara...hehehe

Unknown mengatakan...

Selamat ya mba.. Cita-citanya tercapai.
Saya lulus PNS tahun 2011.. Saat-saat umur udah batas akhir penerimaan.. :)

Artha Amalia mengatakan...

aduuuh saya kepengen jadi PNS, hihi...

ah sennagnya yaaa, waktu hamil ikutan prajab. appa saya harus nikah dan hamil dulu kayak mbaknya yaaa? :p

makasih, udah terdaftar ^^

Artha Amalia mengatakan...

aduuuh saya kepengen jadi PNS, hihi...

ah sennagnya yaaa, waktu hamil ikutan prajab. appa saya harus nikah dan hamil dulu kayak mbaknya yaaa? :p

makasih, udah terdaftar ^^

Info Tips dan Tricks mengatakan...

aku juga pengen kalo jadi PNS... moga moga aja bisa Amiin...