Sabtu, 27 Juli 2013

Memberi Itu Membahagiakan


Harta kita sesungguhnya adalah harta yang sudah kita berikan untuk orang lain, harta yang sudah kita belanjakan, harta yang sudah kita makan.

Pada umumnya, kita menganggap bahwa harta yang disimpan adalah harta kita yang sesungguhnya. Kita berupaya untuk dapat menyimpan harta entah di Bank, dalam bentuk emas atau dengan membelikan barang. Padahal sebenarnya harta kita adalah segala perbuatan yang telah kita berikan ( baca : infaq/sedekah) untuk kebaikan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa di antara kalian yang harta ahli warisnya lebih dia cintai dari hartanya (sendiri)?” Mereka (sahabat) menjawab: “Wahai Rasulullah, tidak ada dari kita seorangpun kecuali hartanya lebih ia cintai.” Nabi bersabda: “Sesungguhnya hartanya adalah yang ia telah berikan, sedangkan harta ahli warisnya adalah yang dia akhirkan.” (HR. Al-Bukhari).

Dulu ketika saya masih gadis, saya masih menganggap harta yang saya miliki itu bukan milik saya sendiri. Ada hak orang lain di sana. Terkadang mama mengatakan,”Kenapa sih Put, kamu itu kok ngga beli baju atau apa gitu untuk mempercantik diri  kan sudah punya duit sendiri”. Ya, saya lebih memilih untuk menyalurkan uang yang saya miliki pada mereka yang membutuhkan daripada untuk membeli kebutuhan saya sendiri. Saya hanya berpikir, ah masih banyak yang membutuhkan. Bayangkan ya teman, setiap naik kendaraan umum dan ada pengamen atau pengemis saya pasti akan memberikan uang minimal Rp500,00. Jika di masjid ada kotak amal, saya pasti mengeluarkan uang minimal Rp1000,00. Jika teman ada yang mengajukan proposal atau hanya ucapan lisan untuk mengirimkan uang ke rekening tertentu saya pasti akan bersegera memenuhinya. 

Sebenarnya ada satu alasan saya untuk memberi yaitu ketenangan jiwa. Entah mengapa setelah selesai memberi maka saya akan merasakan ketenangan yang luar biasa pada jiwa saya. Saya merasakan keberartian saya bagi orang lain. Ya, sedekah adalah salah satu terapi jiwa. Dengan memberi maka nilai diri saya bertambah bagi orang lain. Dengan memberi hubungan horizontal kita dengan manusia lain akan terwujud sebagaimana yang kita tahu bahwa manusia itu memiliki hubungan vertikal dengan Allah dan memiliki hubungan horizontal dengan sesama manusia.

Pengertian memberi ini tak harus dengan harta karena kita bisa memberikan hal-hal lain diluar materi seperti memberikan senyuman, memberikan perhatian, dan juga dengan sholat dhuha. Ya, sholat dhuha pun merupakan salah satu sedekah tubuh kita. Mudah bukan?

Ketenangan yang dirasakan ini tidak main-main karena dengan hati yang tenang maka diri kita bisa bekerja dengan lebih baik, otak kita bisa berpikir dengan lebih baik, bicara kita menjadi lebih teratur, persoalan hidup akan lebih mudah ditangani. Coba bayangkan jika setiap hari kita memberikan uang Rp100, relatif jumlah yang sedikit bukan? Namun kita memberi dengan ikhlas dan penuh niat ketulusan dan dilakukan setiap hari maka setiap hari pula kita merasakan ketenangan itu. Ibaratnya begini, jika setiap harta adalah beban dan beban itu akan menjadi lebih ringan dengan memberi maka hanya dengan memberi beban kita berkurang diganti dengan sesuatu yang ringan, ringan di hati dan ringan di pikiran. Namun jika harta itu tidak diberikan pada orang lain maka seberapapun mewahnya dan indahnya barang yang kita beli tetap akan menimbulkan beban bagi diri kita. Beban itu tentu membuat tak nyaman dan membuat hati menjadi penuh beban. 

Ketidaknyamanan hanya akan membawa kita pada kesulitan dalam hidup, bekerja menjadi malas karena beban berat, otak menjadi lebih sulit berpikir karena beban berat, bicara menjadi lebih sulit karena beban berat, persoalan hidup akan menjadi sulit ditangani dengan beban yang berat. Simple ya sebenarnya, tapi kok masih ada ya orang yang tak suka memberi.

Suatu saat saya mencoba untuk a menjadi orang yang pelit, tidak mau memberi apapun pada orang lain. Saya mencoba untuk mengubah pandangan saya bahwa orang yang tidak memberi maka tidak dapat disalahkan toh masing-masing kita punya kebutuhan sendiri-sendiri. Toh untuk zakat dan sedekah sudah dilakukan hanya tidak mau memberi saja. Saya mencoba untuk bertahan pada pendapat itu.
Tapi apa yang saya dapatkan, ternyata tak seindah yang dibayangkan karena hati menjadi sempit, pikiran tak terbuka, intinya tidak nyaman. Saya merasakan lain dan berbeda dengan keadaan disaat saya memberi. 
Sejak saat itu tak ada lagi kamusnya dalam hidup saya untuk tidak memberi dengan orang lain. Jika tidak ada uang minimal dengan memberikan senyuman, menyediakan telinga untuk mendengarkan curhat teman, saling berbagi kalimat inspiratif lewat sms, dan sebagainya.

Saya pun mengajarkan anak-anak untuk suka memberi. Sedikit demi sedikit anak akan mengerti bahwa memberi itu membahagiakan.

Semoga kita bisa diberi kekuatan selalu untuk mudah memberi ya teman...
Wassalam 
Pu

Baca juga daftar isi

5 komentar:

HM Zwan mengatakan...

indah itu jika kita saling berbagi ^^

ESSIP mengatakan...

Tak cuma harta mbak Put, tapi juga ilmu itu wajib untuk dibagi dan ditularkan

puteriamirillis mengatakan...

@Hanna HM Zwaniya mbak...^^

puteriamirillis mengatakan...

@Lozz Akbarbener uncle...

@afanrid mengatakan...

Memberi itu memang banar membahagiakan, ada rasa kepuasan dalam diri.

btw saya ada award nih cek di http://afanrida.com/uneg-uneg/liebster-award/
silahkan ikut meramaikan ya ..... thanks :)