Minggu, 01 Maret 2015

Mindset

Assalamu'alaikum

Hai, apa kabar temans semua? Baik dan sehat aja kan? Alhamdullillah Pu baik saja.

Ada satu hal dalam pikiran Pu saat ini. Tentang mindset. Mindset atau bahasa Indonesianya adalah ketetapan pikiran. Bagaimana kita bisa menset mindset anak agar bisa sesuai dengan seharusnya. Misal soal belajar. Bagaimana membuat mindset anak tentang belajar itu menjadi positif. Pu bilang positif dengan mindset dari diri mereka sendiri. Karena pada dasarnya manusia itu tak mau diatur mindsetnya oleh orang lain tapi orang-orang tertentu bisa turut membantu pembentukan mindset, misal orang tua.

Orang tua memberikan pengarahan bukan agar anak mengikuti mindset orang tua tapi bagaimana anak mampu membentuk mindset nya sendiri. Jadi misal dalam hal belajar, belajar tak perlu dipaksa. Agak sulit ketika bicara soal kurikulum. Kurikulum kan punya semacam tujuan pembelajaran gitu ya. Anak didik diharapkan bisa mencapai tujuan pembelajaran. Tapi tanpa menciptakan mindset ke anak.

Manusia menyerap informasi dan ilmu dengan cara yang berbeda. Begitupun anak. Dalam hal ini saya lebih ke Umar. Umar bisa sejauh ini mengikuti pelajaran. Tapi ya itu menuju ke bisa dan menguasai itu belum. Umar hanya menjadi pengikut tanpa dia benar-benar paham mau jadi apa ilmu itu. Misal soal-soal penjumlahan dan pengurangan yang bersusun dan ada pinjem meminjam. Itu perlu lama dan latihan terus menerus. Awal Umar belajar tidak mengerti dan cenderung bosan, merasa tidak bisa, dsb. Posisi tersebut harus dihantam dengan latihan tapi dalam mindset anak ada rasa belajar itu kok bosen, cape. Sedangkan nonton ikan-ikan, alat berat, dan film di laptop itu menyenangkan.

Jadi ada dua hal. Latihan terus-menerus dan membentuk mindset bahwa untuk bisa itu ya dengan latihan. Jangan ada bosen. Kalo bosan ya istirahat, main, tapi nanti dilanjutkan lagi. Dan itu semua memasukkannya ke anak kelas satu SD, ga mudah :)

Pengaruh mindset ini luar biasa sebenarnya meskipun awalnya ga mudah memasukkan ke otak manusia. Tapi ketika sudah tetap dan menjadi mindset maka manusia bisa melangkah di dunia dengan aman. Mindset ini tentu berbeda dengan hati nurani. Beda dengan jiwa. Dalam hal ini hati nurani dan jiwa cenderung sesuatu yang sudah punya ketetapan sendiri seperti apanya. Hati nurani menggerakkan semuanya. Ya mindset ya jiwa. 

Seseorang yang mudah dipengaruhi mindsetnya perlu melihat ke dalam hati nurani dan jiwanya. Apakah mindset tersebut baik bagi hati nurani dan jiwa. Misal seseorang dikomentari temannya, "Kok suamimu ga pernah memberi hadiah sih ke kamu. Itu penting loh." Nah ketika mindset orang ditelan bulat-bulat tanpa ada hati nurani bicara maka bisa aja dia langsung marah ke suaminya, akhirnya situasi pernikahan memburuk setelah itu terjadi perceraian. Gawat kan. Itulah, manusia harus punya mindset yang tersambung dengan hati nurani. Atur diri agar selalu menjaga agar mindset, hati nurani dan jiwa kita sehat selalu.

Mindset positif yang harusnya selalu kita sampaikan ke orang lain. Hingga orang lain pun akan menjadi positif. Yup, ini terkait dengan fungsi komunikasi antar manusia yang terkadang menjadi pengirim pesan, kadang menjadi penerima pesan. Hanya kirim mindset positif dan menerima hanya mindset positif.

Mudah-mudahan dengan begini hidup kita jadi lebih baik. Ok.

Selamat pagi semua. Semoga weekendnya menyenangkan. :)

Wassalam
Pu


4 komentar:

Lidya Fitrian mengatakan...

selamat malam. Selalu berfikiran positif ya

Ninda mengatakan...

semangat terus ya kak

Will Meazza mengatakan...

Lama tak kunjung ke blog Anda, gmn kabarnya gan?? Semoga sukses ya?? :)

DIJA mengatakan...

Assalamualaikum Tante...
Dija datang menjenguk tante.
semoga Tante Pu sehat sehat terus yaaa