Selasa, 25 Februari 2014

Genggaman Tanganmu


Linda
Hup, kuletakkan bokongku di kursi pesawat. Sekian lama aku menghindari tugas yang mengharuskan aku ke suatu tempat dengan pesawat terbang, tapi kali ini aku tak bisa. Dan untuk tugas ini aku harus berangkat sendiri. Huh, si Roy mendadak harus terbang ke kota lain, padahal sebelumnya Roy diberangkatkan bersamaku.

Aku sedang mencari-cari safety belt, yang sedikit kududuki, dengan tanganku meraih-raihnya dan tiba-tiba kamu datang.

"Permisi," katamu.

"Silakan," kataku.

Dan kamu pun duduk di kursi sebelahku. Kamu menarik napasmu kemudian menghembuskanya.

Kamu mencari-cari safety belt. Ah, mengapa sama denganku tadi. Safety belt itu memang mudah untuk terselip di dudukan. Aku memperhatikan kamu, entah mengapa. Kamu sepertinya gelisah. Kamu terlihat kebingungan. Aku memilih diam saja. Kupejamkan mataku. Tidur.

Ricky

Kamu sedang sibuk dengan safety belt-mu ketika aku menegurmu pelan.

"Permisi,"kataku pelan.

Kamu mempersilakan aku duduk di sebelahmu. Kebetulan kamu duduk di sebelah kursiku. Ah, aku menenangkan diri sebentar setelah pantatku menyentuh kursi. Ugh, aku sibuk mencari-cari safety belt.

Sebentar lagi pesawat ini terbang. Apa yang harus kulakukan? Aku benci bos menyuruhku ke Manado. Sebenarnya aku suka Manado dan belum pernah ke Manado, kulinernya enak-enak dan terutama lautnya. Jadi aku pasrah saja ketika aku harus terbang ke Manado.

Aku harus menegur kamu sebelum pesawat ini take off. Harus.

"Hai," tegurku.

Ternyata kamu tidur. Duuh, bagaimana ini?

Aku mengulet dan sengaja menyenggol bahumu. Kamu terbangun.

Linda

Kubuka mataku.

"Sudah mau take-off ya?"tanyaku.

"Iya, maaf ya tadi kesenggol,"katamu.

"Tuh, sudah terdengar suara pilot. Pesawat ini akan segera take off,"kataku.

"Iya,"katamu.

Dan tak kuduga tanganmu menggenggam tanganku. Erat. Aku merasa lega. Aku sudah khawatir dari tadi dan tak tahu harus berbuat apa. Tapi genggamanmu menenangkan. Genggamanmu memberi aku kekuatan. Genggamanmu...

Dan ketika pesawat akhirnya take-off, aku tak percaya. Ini semua bisa kujalani.

Ricky

"Sudah mau take-off ya?"tanyamu.

"Iya, maaf ya tadi kesenggol,"kataku.

Aku memberanikan diri menggenggam tanganmu. Dan anehnya, kamu tak menepis genggamanku. Tanganmu dingin. Tanganku juga. Dan selama di perjalanan genggaman tangan kita tak terlepas. "Ini benar-benar aneh," pikirku. Tapi aku menikmatinya. Aku diam. Dan kamu diam. Tapi tangan kita tak terlepas.

Linda

Aku memilih tidur kembali. Tanganmu tak melepas tanganku dari genggaman.

Ricky

Kamu tidur. Tapi aku tak bisa tidur.

Shiit, aku ingin ke kamar kecil. Biarlah kutahan saja. Ooooh, sungguh menyiksa.

Linda

Aku terbangun saat pesawat akan mendarat. Kamu membangunkanku. Kamu mencolek bahuku. Tentu dengan tanganmu yang satu lagi.

"Hai, sudah mau landing," katamu.


Ricky

Pesawat sudah landing. Syukurlah. Kamu melepaskan genggamanku, aku pun spontan melepaskan juga. Perasaanku lega sekali.

"Terimakasih ya,"kataku.

"Untuk apa?" tanyamu.

Setelah aku mengucapkan sesuatu, dan kamu pun mengucapkan sesuatu, aku buru-buru pergi karena hendak ke toilet. 


Linda

Saat pesawat landing kamu mengucapkan terimakasih.

"Untuk apa?" tanyaku.

"Untuk genggamanmu, aku menderita phobia terbang. Sehingga aku terus menggenggam tanganmu selama penerbangan tadi. Maaf sudah mengganggumu," katamu.

"Tidak apa, aku juga menderita penyakit yang sama,"kataku.

"Aku turun duluan ya, tunggu aku di pintu keluar ya,"pintanya.


479 kata

Ditulis untuk MFF.

bersambung ke genggaman-tanganmu-2

*selamat malam kamis ya temans :)

http://puteriamirillis.blogspot.com/p/daftar-isi.html

32 komentar:

  1. Revisi kata "Silahkan"
    Seharusnya "Silakan" :)

    BalasHapus
  2. satu genggaman tangan yang memberi rasa nyaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bagi orang phobia terbang yg penting rasa nyaman ketika terbang Joe.

      Hapus
  3. huwaa, nice story :D
    ada lanjutannya nih?

    saya kok jadi ngebayangin kalo saya di pesawat itu ya? :))

    BalasHapus
  4. Lucuk gaya ceritanya Mba Pu.
    Btw masih malam rabo iniih. Hahaha..

    BalasHapus
  5. entah kenapa jadi ingat sebuah cerita dgn teknis yg sama

    BalasHapus
  6. @Destiany Prawidyasari mmh, sebenarnya ini flash fiction bisa aja sih ada sambungannya.Ngebayangin di peswat itu, wah kamu dramatis sekali :)

    BalasHapus
  7. @danirachmat.com oyaya, kenapa mikirnya udah malam kamis yah..hihi..

    BalasHapus
  8. Sweet...aku juga takut kalo naik pesawat, tapi temen terbangnya bapak2 terus, coba kalo ketemu Ricky ini yaa ^^

    BalasHapus
  9. Temen ku ada yg phobia terbang, suatu ketika dia harus dinas sendiri, trs dia cerita sewaktu dipesawat, dia minta tlg org sebelahnya pegangan sm dia. Orang disebelahnya bapak2 gitu..

    Pas dia cerita dikantor, seruangan pd ngetawain dia hahahaha abis lucu sih dia ceritanyaa :D

    BalasHapus
  10. rasanya berat ya kalau harus bepergian punya phobia seperti itu

    BalasHapus
  11. @Yeye Sama dong ya dengan yang di cerita ye :)

    BalasHapus
  12. Bagus ceritanya, Mbak.. Tapi jadi penasaran nih gimana kelanjutannya, agak-agak nanggung. Hihihi.. :p

    Iya ya, kalo phobia terbang itu menyiksa banget, apalagi kalo ngga bisa tidur.

    BalasHapus
  13. pada bagian ini :

    "Sudah mau take-off ya?"tanyamu.

    "Iya, maaf ya tadi kesenggol,"kataku.

    Aku memberanikan diri menggenggam tanganmu. Dan anehnya, kamu tak menepis genggamanku. Tanganmu dingin. Tanganku juga. Dan selama di perjalanan genggaman tangan kita tak terlepas. "Ini benar-benar aneh," pikirku. Tapi aku menikmatinya. Aku diam. Dan dia diam. Tapi tangan kita tak terlepas.

    ----

    agak ambigu. ada aku, kamu, dia, dan kita. mungkin kata dia diganti kali yah dengan kamu :)

    BalasHapus
  14. hampir aja bikin FF dengan tema yg sama fobia terbang, hehe. Suka dengan bermain sudut pandangnya. Keren :)

    BalasHapus
  15. phobia-nya samaan, jangan-jangan jodoh, mihihi :))
    manis banget kakak, saya sampai tersipu bacanya.

    BalasHapus
  16. saya baca fiksi ini, dengan pelan-pelan sekali. sepertinya masih harus berusaha keras saat membaca mana bagia Ricky, mana bagian Linda. mungkin lebih enak kalau tidak dibuat bergantian terlalu sering. :)

    BalasHapus
  17. Putri, ini cerita sederhana yang manis dan nggak neko-neko buatku. Tapi pengulangan informasi melalui sudut pandang masing-masing tokoh rasanya mubazir.Masih bisa diefektifkan kok.. :)

    Salam.

    BalasHapus
  18. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  19. @puteriamirillis

    Iya mas Attar, ajarkan kita-kita dong.

    Btw, kisahnya manis Putri...

    BalasHapus
  20. Akhirnya nemu FF yang manis di prompt fobia ini... XD Yang lain seram-seram atau ganjil... TvT)

    BalasHapus
  21. menurutku akan lebih asik kalau pergantian tokoh yang bercerita tidak usah dikasih keterangan itu Linda ini Ricky. bisa dibedakan aja misalnya yang satu italic.

    dan... tidak mengulang lagi apa yang barusan diceritakan. setidaknya tidak mengulang full, sedikit saja sekedar overlap. atau langsung dilanjutkan adegan berikutnya saja.

    oh by the way, aku juga punya cerita tentang genggaman tangan saat take off hehe... http://pavilliun.wordpress.com/2013/03/22/terbang/

    BalasHapus

Thank you For your coming ^^