Bagian 1 Genggaman Tanganmu
Ricky
Selepas menunaikan hajatku untuk buang air kecil, aku mencarimu di pintu keluar. Pikiranku mengira-ngira, apakah kamu akan menungguku atau tidak. Bandara Sam Ratulangi siang itu ramai. Yah, ini kan waktu liburan sekolah. Pantas saja. Manado merupakan pilihan wisata yang menarik pula rupanya. Aku terus berjalan ke arah pintu keluar bandara. Dimana kamu? Hah, bahkan namamu saja aku tak tahu. Bandara terlihat geliatnya. Troli-troli berjejer. Calo-calo taksi berteriak-teriak memanggil penumpang.
"Mas ingin naik taksi ke hotel?" Tanya seorang calo taksi dengan logat Manado ketika aku keluar pintu bandara.
"Hmm, saya sedang menunggu teman Pak."
"Baek, tidak apa." Ujar calo taksi sambil berlalu untuk menawarkan taksi ke orang lain.
Kepalaku celingak-celinguk mencarimu. Aku memutuskan untuk duduk di kursi. Aku baru saja akan memasang head-set ketika aku merasakan ada yang menepuk punggungku. Ternyata itu kamu. Dan tiba-tiba entah mengapa aku merasa lega.
"Hai." Panggilmu.
"Hai." Ujarku sambil tersenyum.
"Aku beli donat nih, kamu mau?" Kamu menyodorkan kotak donat.
Aku mengambil donat coklat satu. Biarlah, aku lapar. Maklum kami tidak mendapatkan makanan dari maskapai tadi.
"Bagaimana kalau kita makan siang di restoran khas Manado itu?" Tanyaku.
"Ayolah, aku juga lapar, sekalian aku menunggu penjemputku." Jawabmu.
***
"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" Tanyaku lagi sambil berjalan ke arah restoran.
"Oya, ya. Kita belum kenalan. Perkenalkan, aku Linda."Ucapmu sambil menyodorkan tangan.
"Aku Ricky."Aku pun menyodorkan tangan dan kita bersalaman.
Restoran tidak ramai siang itu, mungkin karena sudah melewati jam makan siang. Tampak beberapa orang saja. Mungkin kondisinya sama dengan kita yang kelaparan setelah menempuh perjalanan. Kita duduk di meja dekat jendela.
"Hmm, aku pesan nasi ayam rica, lapar banget nih. Kamu mau pesan apa?"Tanyaku.
"Aku bubur manado saja, kenyang juga makan 3 donat tadi." Katamu.
Pelayan datang mencatat pesanan kita.
"Ada urusan apa ke Manado, atau memang kamu orang Manado."Tanyamu.
Aku tak tahu, semenjak kapan bicara dengan orang baru dikenal dengan sapaan aku dan kamu. Biasanya tidak seperti ini. "Kamu sok akrab,ah."Kataku tentu saja dalam hati.
"Urusan pekerjaan, kamu sendiri?"
"Sama, huh, padahal aku selalu menghindar jika ditugaskan ke daerah yang harus ditempuh pesawat."Katamu.
"Oya, tadi ketika di pesawat, kamu mengatakan kalau kamu juga fobia terbang?"Tanyaku.
"Ya, aku memang penderita fobia terbang. Kamu sendiri sejak kapan menderita fobia terbang?" Tanyamu.
Pelayan datang membawa pesanan kita. Hmm, aku sangat lapar. "Aku makan dulu ya."Ucapku dalam hati.
Linda
"Aku...
bersambung... ke genggaman-tanganmu-3
*hihi...maafkan namanya juga saya emak-emak. Saya harus nyetrika dulu nih. Saya mau mulai sedikit insaf untuk segera menyetrika tumpukan baju-baju. Insya Allah segera disambung di hari Selasa ya.
Very glad that you read my ordinary write:)
http://puteriamirillis.blogspot.com/p/daftar-isi.html
Minggu, 02 Maret 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Other Post
- Nikmat Allah Yang Mana Lagi Yang Kau Dustakan
- Read Aloud Challange untuk Gen Alpha
- Beberes Barang
- Bismillah, Mulai Lagi Ah.
- (Bukan) Oh Mama Oh Papa
- Foto-Foto Bareng Dosen dan Teman-Teman Magister Hukum Kenegaraan UI
- Pemeriksaan Setempat
- Ternyata Cinta....
- Endorsement for Abi Sabila
- Pengalaman Pertama Ditugasi Mama Ke Pasar Tradisional
10 komentar:
Jadi penasaran nih Mba Pu. Bakalan jadi cerbung kah?
Terinspirasi dari yg komen di bagian 1, coba dilanjut dan...
Tapi jangan lama2 nyambungnya ya. Pegel nungguinnya hihihiiii
Mbak Puuuut.. Aku juga mau loh donatnyah.. *salah fokus*
Iss gemes lah. Aku harap Linda dan Ricky ini happy ending yah. Hihihi..
makin penasaran kelanjutannya gimana .....
@Lusiana T siyaaap mba lusi...
@Beby Rischka semoga ada endingnya...hihi
@dian_ryan eh,,,baiknya gimana..?
Ya ampuuuun...
ini kenapa lagi enak enak baca malah diganggu sama setrikaan?
Londri kiloan atuh laaaah...hihihi...
Ga perlu, tumpuk aja baju itu, kemarin lg insaaap biii...
Posting Komentar