Senin, 02 Mei 2011

Samudera Harapan

Hmm... ini judulnya rasanya agak-agak berlebihan ya,,,samudera harapan,,,harapan yang seluas samudera,,
Samudera dengan lautan luas,,diantara benua...yup samudera adalah sebutan bagi lautan yang membatasi dua benua...bukankah begitu???maklum saya agak-agak lupa pelajaran IPS...
Saya sedang asyik membaca Moga Bunda Disayang Allah karangan Tere Liye, novel yang benar-benar menguras habis harapan demi harapan...membacanya membuat harapan kita membumbung tinggi, bahkan saya berharap agar novel ini tak berujung sampai aku menemukan ada jalan belajar bagi Melati...
Melati??? ya Melati...tokoh sentral novel ini, novel yang mengangkat kisah nyata Hellen Keller. Harapan bunda teramat besar untuk kesembuhan melati yang buta dan tuli...ya buta dan tuli dengan begitu dunia seakan terputus darinya.
Sebuah novel yang lambat dalam alur cerita di awal,,,dimana ditampilkan setting rumah melati bergantian dengan setting rumah ibu-ibu gendut dimana Karang tinggal. Awalnya aku tak paham..bagaimana alur ini???tapi di pertengahan cerita aku paham. Bahwa Karang adalah seorang pencinta anak-anak yang merintis taman bacaan bagi anak-anak namun seketika kejadian itu meruntuhkan semuanya, pengadilan itu, tenggelamnya anak-anak didiknya di kapal yang membawa mereka bermain di gelombang laut, hingga 18 anak meninggal dunia di hadapannya..setelah berayun-ayun di gelombang yang meninggi,,,terapung awalnya lalu meninggal. Dan itu semua menjadikannya lari dari dunia, terancam perasaan bersalah. 
Balik lagi ke Melati yang seorang gadis kecil, periang, menggemaskan, berambut ikal, namun semua runtuh setelah Keluarga Tuan HK (ayahanda Melati) berlibur di sebuah pulau dan kejadian mengenaskan yang menyebabkan Melati buta dan tuli perlahan terjadi dan membawa kesedihan mendalam bagi Tuan HK sekeluarga.
Dan Karanglah yang akhirnya menjadi guru bagi Melati...Karang yang akhirnya sadar akan dunia, setelah sebelumnya dia hanya menjadi seorang yang Sarkas, pemabuk, dan menghabiskan waktunya hanya untuk tidur di siang hari dan ke bar di malam hari.

Karang yang awalnya tak mau memenuhi permintaan Bunda (ibunda Melati) untuk dapat memberikan pembelajaran baru untuk Melati, yang ditangannya anak-anak seketika tersihir pada waktu dulu, namun Karang yang enggan awalnya, ternyata menemukan kesadaran setelah melihat Melati...merasakan...dan akhirnya memutuskan untuk dapat mendidiknya..walau itu butuh waktu lama...

Ketika Melati berlatih menggunakan sendok dan garpu selama seminggu, ketika Melati berlatih untuk dapat duduk di kursi, atau ketika Melati belajar agar tak melempar benda apapun yang dapat diraihnya...sebuah pembelajaran yang aku tak berbayang...seorang anak yang hidup dalam gelap dan tanpa suara...ia hanya bisa merasakan sentuhan..namun awalnya Melati tak suka sentuhan..ia tak paham apa itu???

Sungguh sebuah novel yang membuat terharu,,,membuatku tak mau pergi...membuatku ingin melihat sampai nanti Melati dengan segala keterbatasannya tumbuh berkembang,,sebagaimana Hellen Keller yang akhirnya tumbuh berkembang menjadi manusia yang diperhitungkan di muka bumi...menjadi mahasiswi buta tuli pertama yang bisa kuliah dengan predikat cumlaud...

Lalu bagaimana dengan kita...???
sudahkah kita memahami,,bagaimana kita yang normal ini...apa yang sudah kita lakukan....????

Nb. ini buku dari Pakdhe Cholik (lagi).


ShoutMix chat widget

2 komentar:

Mama Kinan mengatakan...

Wah membaca postingan mbak putri tentang buku dan buku lagi membuat saya, berpikir ya allah apa yang sudah saya lakukan??? apakah waktu saya banyak terbuang sia sia???
semoga tidak ya Allah,

imelda mengatakan...

Intinya mungkin Tuhan selalu memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri, mengembangkan diri, dan tidak putus asa ya. Ceritanya bagus, tapi pasti membuat menangis ya?

EM