Sabtu, 15 Oktober 2011

(Fiksi) Cinta - bagian 2

Pendaratan sebelumnya cinta

Menggapai angin dengan kesejukannya yang membuat hawa lelah sirna, biar bagaimana ia adalah karunia yang indah dari Sang Maha, lalu mengapa masih saja nikmat itu kita dustakan.


Angin pun menyembur dengan semilirnya yang damai, rambut hitam itu melambai ditiup angin sore pantai, hujan sudah pergi sejak tadi kala gerimisnya pun akhirnya pergi dan Cinta masih tetap dengan dingin yang tetap ingin ia rasakan.

"Cinta lihat disini ada kura-kura berwarna biru", teriak Luvi kala itu.

Cinta yang saat itu sedang merangkai bunga putih di tepi sungai menoleh, kura-kura? berwarna biru? adakah?

"Ah, aku tahu Luvi hanya ingin menjebaknya", pikir Cinta sambil terus saja merangkai bunga.

Luvi cuma ingin memecah konsentrasi Cinta, supaya rangkaian bunga ditinggalkan dan segera menemaninya berkejar-kejaran di tepi sungai sambil sesekali menyiram air sungai ke rambut Cinta. Seperti beberapa hari yang lalu ketika itu cinta ikut saja main-main air di sungai bareng Luvi, dan Luvi menyirami cinta dengan air sungai. Uh, cinta kan sebal.

"Nggak ah, Aku disini saja", kata Cinta.

"Ah, Cinta begitu", kata Luvi sambil beranjak pergi. Pulang.
"Ih, kok ngambek sih", teriak Cinta sambil mengambil bunganya kemudian sedikit berlari mengejar Luvi.
"Biarin, weeee", jawab Luvi sambil melewek.

Cinta membayangkan itu semua sampai-sampai ia ketiduran. Lelah sekali sepertinya ia saat itu. Cinta telah menangis semalaman hingga pagi, siang dan sore ini. Tentu saja ia lelah. Apa sebenarnya yang ia tangiskan? Seorang Luvi? Ataukah rasa yang tercurah saat itu. Aneh sungguh aneh Cinta. Tak peduli sefatamorgana apapun terlihat, namun ia terasa di hati.

Dalam mimpi Cinta terus merasakan cinta itu. Ia sesak dalam nada-nada yang tak terjangkau. Tangisannya tetap ada dalam mimpinya. Padahal Cinta tertidur di bawah pohon kelapa, dengan beralaskan tikar pandan, Cinta bersender di batang kelapa yang kokoh. Ia berharap dengan menyandarkan diri pada kekuatan batang pohon kelapa yang konon setiap bagian dari pohon itu bisa dimanfaatkan, maka ia akan bangkit. Ah, ada-ada saja Cinta, menggantungkan diri dan segala permasalahannya pada sepohon kelapa. Sungguh tak masuk akal.

Di mimpi itu terwujud kembali saat-saat ia bersama Luvi ketika mereka beranjak remaja, kelas 1 SMP. Saat itu mereka tersesat di hutan. Ya, Luvi dengan segala keinginannya akan petualangan penuh daya adrenalin tinggi. Bukannya mengajak teman yang sama-sama kuat malahan mengajak Cinta yang saat itu justru sedang asyik membaca buku di rumah pohon mereka.

Cinta saat itu beranjak ketiduran dan tiba-tiba dibangunkan dengan teriakan mengagetkan, "Cinta ke hutan yuk".

"Haaah", Cinta menjawab walaupun belum bangun dari tidurnya.



bersambung ke cinta bagian 3

Baca juga daftar isi



10 komentar:

Asop mengatakan...

Saya harus mbaca yang pertama dulu... Numpang ninggalin komentar aja ya Mbak... :D

Anonim mengatakan...

hmm,,, penasaran sama part 3... ditunggu sangat mbak, hehee

Lidya Fitrian mengatakan...

Luvi itu siapa,ah sepertinya harus baca part 1 dulu

Tarry Kitty mengatakan...

Halah, masih bersambung lagi hehe

Lyliana Thia mengatakan...

Aiih ternyata masih bersambung... ada apakah di hutan... ?

BlogS of Hariyanto mengatakan...

nice share story :)
ditunggu kelanjutannya

Kakaakin mengatakan...

Keren nih, ada rumah pohonnya :D
Jadi ingat film 'my heart' :)

ceritabudi mengatakan...

absen dan numpang tenar ya sobat...salam jumpa kembali

Una mengatakan...

"Aneh sungguh aneh Cinta. Tak peduli sefatamorgana apapun terlihat, namun ia terasa di hati."

*catet dulu* hihihi~

Pakde Cholik mengatakan...

Selamat pagi sahabat tercinta,
Saya datang lagi lagi untuk mengkokoh-kuatkan tali silaturahmi sambil menyerap ilmu yang bermanfaat disini.
Selain itu saya sampaikan kabar gembira bahwa sahabat mendapatkan tali asih
dari Komandan BlogCamp Group karena artikel sahabat terpilih salah satu sebagai pemenang
Book Review Contes.
Selamat yaa, silahkan cek pengumuman pemenang Book Review Contest di BlogCamp.
Salam hangat dari Surabaya