Rabu, 18 Januari 2012

Satpam Belajar Pembagian

“Bagaimana sih masa soal seperti ini saja tidak bisa?”, kata Papaku dengan nada marah.
Aku terdiam, menahan tangis.  Papa galak.

Malam itu adalah malam kelabu dalam hidupku. Pada malam itu aku belajar matematika tepatnya mengerjakan PR ditemani Papa. Ditemani? Pada awalnya memang Papa menemani aku mengerjakan PR pembagian itu tapi akhirnya Papa lebih tepat disebut sebagai satpam belajar pembagian bagiku. Apakah aku anak yang kejam menyebut Papa sebagai satpam belajar pembagian?

Ah, istilah itu tampaknya memang tepat.

PR itu hanya berisikan sekitar 5 soal. Semuanya tentang pembagian. Sebenarnya guruku sudah menjelaskannya di sekolah tadi pagi namun aku tak paham. Untuk bertanya pun aku takut. Akhirnya aku tidak bisa mengerjakan PR pembagian itu sendiri. Papa yang saat itu baru pulang dari kantor akhirnya ikut mengajariku, namun apa daya aku tak lekas mengerti penjelasan Papa, sehingga Papa dengan tubuh yang sudah capek menjadi kesal.

Entahlah, mengapa saat itu aku tak bisa mengerjakan soal pembagian tersebut. Padahal Papa sudah menjelaskan cara-cara mengerjakannya. Nada marah Papa memang tak serta merta munculnya, awal Papa menjelaskan dengan pelan-pelan. Lalu memberi soal padaku. Aku tak bisa mengerjakan. Namun entah mengapa aku pun tak bisa bertanya. Entah, apa karena aku sudah mengantuk saat itu. Jam memang sudah menunjukkan sekitar pukul 20.30 WIB. Dan puncak dari kekesalan Papa adalah ketika dia membanting pensil mekanikku yang berwarna pink itu sehingga isinya tercerai berai. Whoaaaa! Pensil itu kan bagus banget dan baru kubeli.

Soal pembagian itu harus dikerjakan dengan menuliskan cara mengerjakannya. Khas soal matematika bukan? Jika tidak dituliskan cara mengerjakannya maka jawaban yang benar pun tak bisa dianggap benar karena dianggap mencontek. Cara mengerjakan pembagian itu berupa coret-coretan ke bawah. Kamu semua paham kan yang kumaksud? Saat itu kurasa aku belum memahami benar cara-cara mengerjakan pembagian ini. Biasalah guru-guru mengajar di depan kelas secara klasikal. Tidak semua siswa siswi akan memahami. Tidak semua siswa siswi pula yang berani bertanya kepada guru. Termasuk aku!

Setelah kejadian malam kelabu dengan Satpam Belajar Pembagian ku yang tak lain adalah Papa ku itu bukan berarti aku bisa mengerjakan pembagian. Malam itu memang 5 soal di PR akhirnya bisa selesai. Tapi hanya sebatas selesai. Aku belum benar-benar memahaminya.

Mama mengatakan bahwa, “Matematika itu dikuasai jika kita sering berlatih Put!”.

Okelah, Aku akan sering berlatih matematika. Walaupun aku bukan pecinta matematika tapi aku kan ingin nilai matematika ku bagus. Jadilah aku berlatih dan berlatih terus dengan soal-soal. Walaupun kusadari dengan berlatih pun aku tak menjadi mahir matematika. Berlatih saja tak menjadi mahir apalagi tak berlatih bukan?

Esoknya ketika aku sekolah dan guruku memberikan soal pembagian ternyata aku bisa mengerjakan dengan lancar. Aku mengikuti cara-cara yang diajarkan Papa semalam. Ternyata meskipun aku takut, namun otakku menyimpan langkah-langkah pengerjaan itu. Emosiku yang bermain membuatku cepat memahami pembagian. Kusadari, aku memang harus belajar dengan emosi dan harus menyenangi matematika. Kalau aku tak konsen belajar akhirnya aku tak bisa dan Papa memarahiku karena semalam aku tak mau konsen belajar matematika. Maklum aku sudah mengantuk. Ah, Papa. Kutaku Papa capek, tapi tetap mau mengajari aku.

Sejak itu aku semangat berlatih matematika. Dengan semangat berlatih sebenarnya kita berlatih logika berpikir juga. Sehingga berpengaruh pada logika berpikir kita di kala dewasa. Meskipun saat ini bidangku adalah pada bidang hukum namun logika berpikir dengan matematika masih tetap berguna. Jika ingat ini aku jadi ingat Satpam Belajar Pembagianku, walaupun saat itu Papa galak tapi dengan galaknya Papa malam itu membuatku terpecut untuk semangat berlatih matematika. Terimakasih Papaku Sayang.

“Puteri Amirillis berpartisipasi dalam ‘Saweran Kecebong 3 Warna’ yang didalangi oleh Jeng Soes-Jeng Dewi-Jeng Nia”. Disponsori oleh : "Jeng Anggie, Desa Boneka, Kios108"




21 komentar:

Mak Cebong 3 mengatakan...

Hehehehe, kirain satpam beneran yang lagi belajar matematika, taunyaaa .... :-)

Bener Jeng Pu, segala sesuatu emang harus dilatih sesering mungkin. Wong udah berlatih ajah belom tentu jadi mahir, apalagi kalo kaga berlatih. Setujuuuu

Salam untuk Papa bukan Satpam yah *hihihi binun deh ekye mo nulis apa*

Thanks udah menyapu bersih semua kategori, Jeng :-)

puteriamirillis mengatakan...

@Mak Cebong 3 iya makasih ya jeng, nanti disalamin deh ama papa...

Della mengatakan...

Cieeeeeeeeeeee.. Pu, udah bisa pake komen yang ada reply di bawahnya. Aku juga mau dong, ajarin :D

Kampung Karya mengatakan...

Psps ysng tegas sepertinya

blogwalking pagi

Tarry Kitty mengatakan...

Kalao saya belajar mengaji sama Paklik,

Saya sampai keringetan saking takutnya :)

DewiFatma mengatakan...

Kalo aku dulu, diajarin akuntansi sama bokap, tapi nggak bisa-bisa. Eh, akhirnya malah kerja jadi akunting..hmm I love you, Pa..

Akhirnya komplit 3 kategori. Thank a lot ya Put... :)

Sudah dicatat sebagai pesertaa.. :D
Salam buat papa satmpam hihi...

Ridha Alsadi mengatakan...

mba Pu mmg hebat deh, dah ikut ketiga2nya aja :D
saya dulu ga pernah digalakin kalau urusan belajar, alhamdulillah tanpa digalakin, kami sadar dan rajin sendiri. mungkin karena dulu kehidupan kami lumayan sederhana, jadi sebagai anak kami tahu diri dan berusaha menjadi anak yang pintar dan membagakan orangtua.

ada award untukmu mba, silahkan mampir di rumah bangau yaa :D

umahnya fityanakifah mengatakan...

iya nih kirain belajar sama satpam beneran :)
sukses kontesnya ya

mak cebong 2 mengatakan...

wahhh trnyta gara2 belajar sm papa yg galaknya kayak satpam akhirnya jadi jago matematika yach...heheheh berarti papa hebat yachh...kadang memang kita baru mengerti klo digalakin....biasanya kan kalo gurunya killer, anak muridnya pd pinter2 hehehe....

mbak pu mksh atas partisipasinya.....sdh tercatat sbg peserta....mksh sdh ikutan 3 kategori....

Anonim mengatakan...

biar pun papa galak yang penting ada yang menemani, jarang2 loch masih ada ortu yang mau menemani saat belajar :)




hiakuherry

puteriamirillis mengatakan...

@Dellaudah kukasih linknya ya say...

puteriamirillis mengatakan...

@Kampung Karyabener, perlu sikap tegas...dalam mendidik anak.

puteriamirillis mengatakan...

@Tarry KittyHolichihi,,sama ya mbak..

puteriamirillis mengatakan...

@DewiFatmaiya sikap mereka sebenarnya untuk kebaikan kita juga ya un...alhamdullillah suda dicatat sbg peserta, mkc ya un..

puteriamirillis mengatakan...

@Ridha Alsadiiya ridha,makasih ya udah dikasih awardnya.

puteriamirillis mengatakan...

@umahnya fityanakifahternyata satpamnya papa ya mbak...

puteriamirillis mengatakan...

@mak cebong 2sama-sama ya mbak..http://Puteriamirillis.blogspot.com

puteriamirillis mengatakan...

@HEЯRYbener herry...

Lidya Fitrian mengatakan...

dulu aku ju

Lidya Fitrian mengatakan...

dulu aku juga kalau belajar sama bapak

Niar Ningrum mengatakan...

papa nya satpam, apah satpam jadi papa, halah...ngawur...
Sukses mbk udah sapu bersih kontes nya .. :)

Salam buat Papa 'Satpam' ^^