Alhamdullillah sejak Rabu 21 September 2011 rumah kami kedatangan Mbak Moh. Mbak Moh yang berasal dari Majalengka adalah asisten di rumah kami. Mungkin agak bagaimana ya jika disebut sebagai asisten rumah tangga, apalagi pembantu rumah tangga. Karena memang keberadaan mereka di rumah kami sangat berarti. Sebagai seorang ibu bekerja yang sejak Mei 2011 tidak memiliki seorang Saudara untuk bantu-bantu di rumah tentu saja suka kelabakan sendiri, tidak bisa memasak (karena akan diganggu anak-anak yang maunya ikutin ummi nya terus alias bantu-bantu ummi di dapur kadang udah pegang pisau dan sudah memindahkan bawang dan butir beras ke lantai) dan pekerjaan rumah yang menumpuk.
Keberadaan mbak Moh sebagai saudari di rumah kami benar-benar kusyukuri sebagai sebuah nikmat. Lebih ke sisi psikologis sesampainya di rumah sudah dalam keadaan rapi dan bersih. Baju-baju yang sudah dicuci dan disetrika, makanan yang sudah dihangatkan, ditambah ada kesempatan Saya untuk memasak karena anak-anak ada yang jagain (kalo Abinya terkadang juga sudah lelah euy).
Mbak Moh sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi My Soulmate (baca: suami saya), karena beliau adalah asisten di rumah tetangga rumah mertua sejak tahun 2004 (pulang balik pulang balik). Awalnya My Soulmate agak kaget karena rasanya pernah kenal, dan setelah diberitahu oleh Mbak Moh baru My Soulmate menyadari bahwa Mbak Moh adalah asisten dari tetangganya dulu. Awalnya My Soulmate merasa tidak enak dengan tetangganya tapi ternyata Mbak Moh sudah sejak April 2011 tidak bekerja di rumah tetangga tersebut, jadi untuk merasa tidak enak pun bagi kami sebenarnya tidak cukup alasan. Hanya saja mungkin Mbak Moh saja yang akan merasa tidak enak dengan mantan majikannya tersebut. Mbak Moh pulang dari rumah mantan majikannya itu karena sering sakit disana (tidurnya di loteng dan dekat dengan gudang, penuh debu).
Saya pikir juga sudah saatnya juga seorang asisten rumah tangga yang selama ini suka dianggap pekerjaan remeh mulai dianggap sebagai pekerjaan yang luar biasa toh ketika asisten kita ini pulang kitanya juga yang kelimpungan terutama bagi ibu yang bekerja seperti Saya. Setidaknya tempat tidurnya nyaman dengan ruangan yang layak, gaji yang wajar, pekerjaan yang juga wajar. Dan mereka juga diberi kesempatan untuk dapat mengeluarkan unek-uneknya. Setidaknya majikan harus ngeh akan hal ini dan memulai diajak berbicara tentang unek-unek si mbak.
Tidak menganggap mereka sebagai pembantu rumah tangga yang remeh juga penting dilakukan. Saya belajar hal ini dari kak Kiki istrinya kakak ipar Saya. Katanya jangan anggap asisten dan pembantu itu sebagai itu tapi anggap mereka sebagai Saudara kita. Sikap kita harus baik terhadap mereka. Dan dia memang membutikan itu dengan mengatakan langsung ke asistennya bahwa ia mengganggapnya sebagai saudara.
Terimakasih Mbak Moh sudah berkenan hadir di rumah kami dan memberikan yang terbaik bagi kami. Kami menganggapmu Saudari kami^^
Salam Pu...kawan^^
Baca juga daftar isi
dan artikel berikut ini:
prt
konseling dengan psikolog
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Other Post
- Nikmat Allah Yang Mana Lagi Yang Kau Dustakan
- Read Aloud Challange untuk Gen Alpha
- Ayam Tuturuga Manado
- Beberes Barang
- Bismillah, Mulai Lagi Ah.
- Foto-Foto Bareng Dosen dan Teman-Teman Magister Hukum Kenegaraan UI
- Pemeriksaan Setempat
- (Bukan) Oh Mama Oh Papa
- Ternyata Cinta....
- Endorsement for Abi Sabila
3 komentar:
semoga Mbak Noh betah ya mbak
bener banget mbak, apalagi mengingat perannya yang luar biasa membantu mengurus rumah. tapi dirumah saya tidak ada asisten mbak, soalnya ibu saya lebih suka mengurus rumah sendirian.
Iya mbak setuju, asisten rumah tangga harus dianggap spt saudara sendiri.. kalau mereka betah dgn kita, toh kita jg yg beruntung.. Simbiosis mutualisme ya mbak.. Hehe...
Posting Komentar