Minggu, 18 Desember 2011

Cintaku Di Mesjid Kampus


November 2003
“Hup!”
Dengan selangkah kaki dan loncatan bak kekuatan melompat kangguru paling hebat di Australia Aku pun sampai di peron Stasiun UI.  Kemudian Aku berjalan dengan langkah santai di peron hingga akhirnya Aku harus berbelok ke kanan melewati rel kereta api. Ketika berada di perlintasan kereta api maka Aku harus menengokkan kepala ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada kereta yang akan melintas sebab kereta Express bisa saja muncul tiba-tiba dengan kecepatan tinggi dan kebisingan yang cukup memekakkan telinga. Aku harus ekstra hati-hati. Setelah melewati rel kereta api maka Aku akan menemukan kios Koran dan majalah di pojokan stasiun yang ramai dikunjungi mahasiswa dan mahasiswi yang membutuhkan bacaan Koran dan majalah. Aku pun berbelok ke kiri dan menemui loket penjual karcis lalu segera berbelok ke kanan dan akan bertemu dengan pintu keluar masuk stasiun UI.

Aku pun melanjutkan perjalan menuju halte stasiun UI tempat menunggu bus kuning yang memang dioperasikan khusus oleh pihak kampus demi memudahkan perjalanan para mahasiswa. Sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi menunggu di sana. Aku tengok casio ku, jam menunjukkan pukul 07.30 WIB, pantas saja halte penuh dengan mahasiswa dan mahasiswi. Jadwal kuliah pagi memang pukul 08.00 WIB. Mahasiswa dan mahasiswi itu pastilah akan kuliah pagi atau ingin mengerjakan tugas terlebih dahulu sebelum jadwal kuliah. Biasanya mereka akan menuju lab kampus yang menyediakan computer ataupun akan menuju rental computer yang tersebar di berbagai tempat sekitar kampus. Pagi ini Aku tidak ada jadwal kuliah. Aku ada jadwal kuliah pada pukul 11.00 WIB. Aku sengaja datang pagi sebab Aku akan ke Mesjid UI terlebih dahulu yang lokasinya bersebelahan dengan Fakultas Hukum.
Bus kuning yang kunanti tiba. Mahasiswa maupun mahasiswi bersiap dengan tas atau map masing-masing menuju bus kuning. Bus kuning itu ada yang bertuliskan lurus yaitu bus kuning yang rutenya lurus melewati Fakultas Hukum, Kesehatan Masyarakat, MIPA, dst. Sedangkan yang satu lagi bertuliskan belok karena rutenya yang berbelok ke kanan melewati taman yang dihiasi sebuah bangunan berbentuk Makara lambang UI melewati Fakultas Psikologi, FISIP, FIB, Teknik, dst. Aku pun memilih bus lurus karena Aku akan menuju Fakultas Hukum tepatnya ke Mesjid UI. Agak sesak mahasiswa dan mahasiswi yang akan menaiki bus. Bus itu tak memiliki kursi, mungkin sengaja dirancang seperti itu agar lebih banyak menampung mahasiswa dan mahasiwi maupun dosen dan karyawan yang akan menumpanginya.
Aku berhasil menaiki bus kuning. Sengaja Aku memilih untuk tetap berdiri di dekat pintu setelah sampai di atas bus agar mudah untuk keluar bus ketika Aku harus turun. Fakultas Hukum tak begitu jauh jaraknya dari halte Stasiun UI namun pagi ini Aku sedikit malas untuk berjalan kaki sehingga Aku memutuskan untuk naik bus kuning.
“Hup!”
Aku pun turun dari bus kuning setelah sebelumnya mengucapkan, “Terimakasih Pak” kepada Pak supir. Sebuah kebiasaan yang memang kami tanamkan untuk menghargai jasa para supir bus kuning yang telah berdedikasi sekali demi kelancaran operasi bus kuning.
Setelah menginjakkan kaki dengan sempurna di jalan, Aku melangkah menuju mesjid UI. Saya memilih berhenti di Fakultas Hukum lalu berjalan memasuki areal fakultas kemudian belok ke ke kiri melewati jalan setapak menuju mesjid UI. Di jalan Aku bertemu dengan seorang kakak kelas, namanya Kak Linda. Kami pun saling berjabat tangan seperti biasa jika kami bertemu. Bisa menghapuskan dosa begitu disebut dalam sebuah hadist.
“Assalaamualaikum Kak”, sapaku.
“Waalaikumussalam Di”, jawabnya.
“Kuliah pagi Kak? “, tanyaku.
“Iya nih, ikutan kuliah perjanjian khusus, duluan ya Di, Kak Linda telat nih. Assalaamualaikum!”, jawabnya.
“Ya, kak. Waalaikumussalaam”, jawabku.
Aku pun terus melangkah menuju mesjid UI. Di taman sekitar mesjid UI masih banyak pohon-pohon yang besar. Pohon-pohon tersebut membuat suasana menjadi lebih adem dan rindang. Nyaman sekali. Jika sudah siang akan ada penjual somay dan minuman di jalan menuju pintu mesjid. Setelah memasuki pintu masjid aka nada penjual buku disana, namanya Sofyan. Sofyan menjual buku-buku Islam. Pelanggannya para mahasiswa dan mahasiswi, hal itu karena Sofyan suka sekali memberikan discount atas buku-buku yang dijualnya. Pada hari jumat biasanya akan lebih banyak lagi yang berjualan di sekitar mesjid UI. Ada yang jualan buku, pakaian muslim, peci, sajadah, dan lainnya.
Di dekat pintu masuk mesjid agak di pojokan terdapat sebuah kantin dengan cara berjualan bisa mengambil sendiri alias self service. Bagi para mahasiswa dan mahasiswi yang kantongnya pas-pas an seperti diriku tentu saja ini menguntungkan. Karena makanan dihitung dari apa saja yang kita makan bukan banyaknya. Kecuali jika berupa potongan tentu saja dihitung potongannya. Misal ayam, ati, atau ikan tentu dihitung potongannya. Namun untuk sayur dan lauk macam tempe orek maka banyaknya tak diperhatikan. Aku seringkali makan hanya dengan sayur dan tempe orek jika kondisi keuangan sedang tak baik. Maklum mahasiswi.
Aku terus melangkah lalu berbelok menuju tempat wudhu perempuan. Aku mau berwudhu. Penatnya suasana di kereta hingga bus kuning tadi membuatku ingin mendapatkan kesegaran dari air wudhu tentu saja akan kulanjutkan dengan sholat dhuha semampuku. Jika mau dua rakaat ya dua rakaat, namun jika mau lebih hingga 12 rakaat pun akan baik. Seolah membangun rumah di surga itu menurut sebuah hadist. Sholat dhuha juga merupakan sedekah diri kita. Sedekah bagian tubuh kita. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa tubuh kita juga ada sedekahnya yaitu dengan mengerjakan sholat dhuha 2 rokaat setiap pagi. Hal ini sudah biasa kulakukan sejak SMU sehingga Aku akan merasa ada yang kurang jika belum mengerjakan sholat dhuha.
Selesai berwudhu Aku pun menuju tempat sholat muslimah yang berada di lantai 2 mesjid ini. Masih sepi mesjid pagi ini. Aku melirik casio. Pukul 08.00 WIB. Sesampainya di lantai 2 Aku pun mengambil mukenahku. Mengenakannya lalu mengerjakan sholat dhuha. Betapa khusyuk kurasakan jika sholat di kala pagi seperti ini. Allahu Akbar.
***



Sementara di lantai bawah dari tempat sholat muslim yaitu tempat sholat bagi laki-laki. Ada seseorang yang diam-diam memperhatikan keberadaan Diana sejak dia baru datang tadi. Namanya Adi. Teman Diana di organisasi keislaman tingkat UI, SALAM. Adi adalah mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Teknik Kimia. Ia sedang menunggu Diana dan beberapa teman yang lain untuk rapat acara Kepompong Ramadhan. Sebuah acara rutin yang diadakan SALAM UI setiap tahunnya.
Adi pun membaca Al Quran. Sementara menunggu teman-temannya datang. Yang hadir memang baru Adi dan Diana. Kebetulan memang mereka adalah kordinator acara ini. Adi kordinator ikhwan dan Diana kordinator akhwat. Kemudian tampak 2 orang mahasiswi yang berjalan ke arah mesjid. Rani dan Ketty. Mereka juga akan mengikuti rapat Kepompong Ramadhan, diikuti oleh Dian seorang mahasiswa Fakultas Sastra menenteng sebuah tas menuju tempat wudhu laki-laki.
bersambung ke sini

click this...!

4 komentar:

Una mengatakan...

Eh ini cerpen atau terinspirasi dari kisah nyata? Lanjut ahhh~

Zoothera mengatakan...

Berasa lg touring UI hehehe..

puteriamirillis mengatakan...

@Untje van Wiebs:cerpen na...sedikit kisah nyata juga siih...

puteriamirillis mengatakan...

@Zoothera:iya nih lagi memompa ingatan mbak anis...