November 2003
“Hup!”
Dengan selangkah
kaki dan loncatan bak kekuatan melompat kangguru paling hebat di Australia Aku
pun sampai di peron Stasiun UI. Kemudian
Aku berjalan dengan langkah santai di peron hingga akhirnya Aku harus berbelok
ke kanan melewati rel kereta api. Ketika berada di perlintasan kereta api maka
Aku harus menengokkan kepala ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada
kereta yang akan melintas sebab kereta Express bisa saja muncul tiba-tiba
dengan kecepatan tinggi dan kebisingan yang cukup memekakkan telinga. Aku harus
ekstra hati-hati. Setelah melewati rel kereta api maka Aku akan menemukan kios
Koran dan majalah di pojokan stasiun yang ramai dikunjungi mahasiswa dan
mahasiswi yang membutuhkan bacaan Koran dan majalah. Aku pun berbelok ke kiri
dan menemui loket penjual karcis lalu segera berbelok ke kanan dan akan bertemu
dengan pintu keluar masuk stasiun UI.
Aku pun
melanjutkan perjalan menuju halte stasiun UI tempat menunggu bus kuning yang
memang dioperasikan khusus oleh pihak kampus demi memudahkan perjalanan para
mahasiswa. Sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi menunggu di sana. Aku tengok
casio ku, jam menunjukkan pukul 07.30 WIB, pantas saja halte penuh dengan
mahasiswa dan mahasiswi. Jadwal kuliah pagi memang pukul 08.00 WIB. Mahasiswa
dan mahasiswi itu pastilah akan kuliah pagi atau ingin mengerjakan tugas
terlebih dahulu sebelum jadwal kuliah. Biasanya mereka akan menuju lab kampus
yang menyediakan computer ataupun akan menuju rental computer yang tersebar di
berbagai tempat sekitar kampus. Pagi ini Aku tidak ada jadwal kuliah. Aku ada
jadwal kuliah pada pukul 11.00 WIB. Aku sengaja datang pagi sebab Aku akan ke
Mesjid UI terlebih dahulu yang lokasinya bersebelahan dengan Fakultas Hukum.
Bus kuning yang
kunanti tiba. Mahasiswa maupun mahasiswi bersiap dengan tas atau map
masing-masing menuju bus kuning. Bus kuning itu ada yang bertuliskan lurus
yaitu bus kuning yang rutenya lurus melewati Fakultas Hukum, Kesehatan
Masyarakat, MIPA, dst. Sedangkan yang satu lagi bertuliskan belok karena
rutenya yang berbelok ke kanan melewati taman yang dihiasi sebuah bangunan
berbentuk Makara lambang UI melewati Fakultas Psikologi, FISIP, FIB, Teknik,
dst. Aku pun memilih bus lurus karena Aku akan menuju Fakultas Hukum tepatnya
ke Mesjid UI. Agak sesak mahasiswa dan mahasiswi yang akan menaiki bus. Bus itu
tak memiliki kursi, mungkin sengaja dirancang seperti itu agar lebih banyak
menampung mahasiswa dan mahasiwi maupun dosen dan karyawan yang akan
menumpanginya.
Aku berhasil
menaiki bus kuning. Sengaja Aku memilih untuk tetap berdiri di dekat pintu
setelah sampai di atas bus agar mudah untuk keluar bus ketika Aku harus turun.
Fakultas Hukum tak begitu jauh jaraknya dari halte Stasiun UI namun pagi ini
Aku sedikit malas untuk berjalan kaki sehingga Aku memutuskan untuk naik bus
kuning.
“Hup!”
Aku pun turun
dari bus kuning setelah sebelumnya mengucapkan, “Terimakasih Pak” kepada Pak
supir. Sebuah kebiasaan yang memang kami tanamkan untuk menghargai jasa para
supir bus kuning yang telah berdedikasi sekali demi kelancaran operasi bus
kuning.
Setelah
menginjakkan kaki dengan sempurna di jalan, Aku melangkah menuju mesjid UI.
Saya memilih berhenti di Fakultas Hukum lalu berjalan memasuki areal fakultas
kemudian belok ke ke kiri melewati jalan setapak menuju mesjid UI. Di jalan Aku
bertemu dengan seorang kakak kelas, namanya Kak Linda. Kami pun saling berjabat
tangan seperti biasa jika kami bertemu. Bisa menghapuskan dosa begitu disebut
dalam sebuah hadist.
“Assalaamualaikum
Kak”, sapaku.
“Waalaikumussalam
Di”, jawabnya.
“Kuliah pagi
Kak? “, tanyaku.
“Iya nih, ikutan
kuliah perjanjian khusus, duluan ya Di, Kak Linda telat nih.
Assalaamualaikum!”, jawabnya.
“Ya, kak.
Waalaikumussalaam”, jawabku.
Aku pun terus
melangkah menuju mesjid UI. Di taman sekitar mesjid UI masih banyak pohon-pohon
yang besar. Pohon-pohon tersebut membuat suasana menjadi lebih adem dan
rindang. Nyaman sekali. Jika sudah siang akan ada penjual somay dan minuman di
jalan menuju pintu mesjid. Setelah memasuki pintu masjid aka nada penjual buku
disana, namanya Sofyan. Sofyan menjual buku-buku Islam. Pelanggannya para
mahasiswa dan mahasiswi, hal itu karena Sofyan suka sekali memberikan discount
atas buku-buku yang dijualnya. Pada hari jumat biasanya akan lebih banyak lagi
yang berjualan di sekitar mesjid UI. Ada yang jualan buku, pakaian muslim,
peci, sajadah, dan lainnya.
Di dekat pintu
masuk mesjid agak di pojokan terdapat sebuah kantin dengan cara berjualan bisa
mengambil sendiri alias self service. Bagi para mahasiswa dan mahasiswi yang
kantongnya pas-pas an seperti diriku tentu saja ini menguntungkan. Karena
makanan dihitung dari apa saja yang kita makan bukan banyaknya. Kecuali jika
berupa potongan tentu saja dihitung potongannya. Misal ayam, ati, atau ikan tentu
dihitung potongannya. Namun untuk sayur dan lauk macam tempe orek maka
banyaknya tak diperhatikan. Aku seringkali makan hanya dengan sayur dan tempe
orek jika kondisi keuangan sedang tak baik. Maklum mahasiswi.
Aku terus
melangkah lalu berbelok menuju tempat wudhu perempuan. Aku mau berwudhu.
Penatnya suasana di kereta hingga bus kuning tadi membuatku ingin mendapatkan
kesegaran dari air wudhu tentu saja akan kulanjutkan dengan sholat dhuha
semampuku. Jika mau dua rakaat ya dua rakaat, namun jika mau lebih hingga 12
rakaat pun akan baik. Seolah membangun rumah di surga itu menurut sebuah
hadist. Sholat dhuha juga merupakan sedekah diri kita. Sedekah bagian tubuh
kita. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa tubuh kita juga ada sedekahnya yaitu
dengan mengerjakan sholat dhuha 2 rokaat setiap pagi. Hal ini sudah biasa
kulakukan sejak SMU sehingga Aku akan merasa ada yang kurang jika belum
mengerjakan sholat dhuha.
Selesai berwudhu
Aku pun menuju tempat sholat muslimah yang berada di lantai 2 mesjid ini. Masih
sepi mesjid pagi ini. Aku melirik casio. Pukul 08.00 WIB. Sesampainya di lantai
2 Aku pun mengambil mukenahku. Mengenakannya lalu mengerjakan sholat dhuha.
Betapa khusyuk kurasakan jika sholat di kala pagi seperti ini. Allahu Akbar.
***
Adi pun membaca
Al Quran. Sementara menunggu teman-temannya datang. Yang hadir memang baru Adi
dan Diana. Kebetulan memang mereka adalah kordinator acara ini. Adi kordinator
ikhwan dan Diana kordinator akhwat. Kemudian tampak
2 orang mahasiswi yang berjalan ke arah mesjid. Rani dan Ketty. Mereka juga
akan mengikuti rapat Kepompong Ramadhan, diikuti oleh Dian seorang mahasiswa
Fakultas Sastra menenteng sebuah tas menuju tempat wudhu laki-laki.
bersambung ke sini
click this...!
4 komentar:
Eh ini cerpen atau terinspirasi dari kisah nyata? Lanjut ahhh~
Berasa lg touring UI hehehe..
@Untje van Wiebs:cerpen na...sedikit kisah nyata juga siih...
@Zoothera:iya nih lagi memompa ingatan mbak anis...
Posting Komentar