Assalaamu'alaikum
Apa kabar?
Read aloud merupakan hal yang pengen sekali diterapkan rutin ke Ibrahim dan Jamil, anak ketiga dan keempatku. Membaca nyaring. Sebenernya aku sangat yakin jika
read aloud ini baik untuk anak. Sudah diterapkan dulu ke Umar dan Azkiya. Setiap menjelang tidur selalu minta dibacakan cerita. Dan itu membuat mereka senang membaca, dan alhamdullillah bisa diarahkan untuk rutin membaca buku agama yang kami sebagai orang tua ingin mereka membacanya untuk pengetahuan dan bekal hidup mereka kelak, dan itu dilakukan rutin setiap habis sholat maghrib dan membaca Al Quran di waktu maghrib. Selain itu Azkiya juga suka membaca dan menulis. Ketika jaman pandemi kuikutin kursus
one day to write, hasilnya ada beberapa cerpen dan novel
indie yang dia hasilkan.
Ada sesuatu yang unik ketika
read aloud ini yang berarti membaca buku atau
e-book diterapkan pada Ibrahim dan Jamil yang notabene anak generasi alpha yang sejak mereka lahir di dunia tahun 2016 dan 2017 internet itu sudah 4.0. Mengutip dari berbagai sumber, Generasi Alpha atau Gen Alfa atau biasa disebut juga Gen Alfa, merupakan masyarakat kelahiran 2010 hingga 2025.
Baca selengkapnya di artikel "Apa Itu Gen Alpha dan Tahun Berapa Mereka Lahir?", https://tirto.id/gUeg.
Bawaannya sukanya menonton bukan membaca.Sehingga ketika dibacakan buku suka ga konsen, salah fokus penangkapan (atau ini karena ku belum memberikan penjelasan detil terkait bukunya ya?, sehingga apa yang kubacakan pengertiannya berbeda di pikiran mereka, atau ini sebenernya oke aja?). Ditambah mereka pun mengalami jaman covid ketika usia 2 dan 3 tahun. Masa-masa lebih sering di rumah dibandingkan main diluar, sehingga mau ga mau sering menjelajah internet, walo dilarang tapi bawaaannya sudah gitu aja, sesuai jamannya. Tapi jaman covid sih ga ada hubungannya ya, sepertinya ini soal cara menangkap pesan saja. Atau ini sebenernya hanya karena perbedaan manusia? penangkapan manusia satu dengan manusia lain akan isi buku wajar saja berbeda ya.
Hal yang harus ada untuk read aloud kemudian diaploud di sosial media adalah buku/e-book, kesiapan anaknya (penting anak untuk mau dan konsenterasi) karena jika anak ga mau dan konsenterasi read aloud-nya ga sukse, penting juga waktu kita sendri dan konsentrasi kita (jangan nyambi-nyambi), yang enak sih kalo ada yang merekam, sehingga kita bisa konsen ke
read aloud-nya. Itu juga penting sih ya, jangan hanya asal mau read aloud tapi kita ga siap akan faktor-faktor yang menyebabkan read aloud sukses.
Ada lagi permasalahan jika kita mau read aloud challange, ga hanya read aloud pribadi. Tentu harus dipersiapkan ketahan fisik dan mental anak untuk menjalani challange ya. Misal read aloud challenge yang pernah kuikuti adalah read aloud challange Darma Wanita Persatuan BPK RI yang mengadakan read aloud challange 21 hari. Nah kesiapan ortu, anak, dan lingkungan untuk 21 hari ke depan, walo boleh longkap hari sih, harus dipersiapkan. Minimal kita sebagai ortu berusaha relax. Platform medsosnya juga harus diperhatikan. Hashtag juga harus diperhatikan, batas waktu rekaman, syarat caption, dsb. Tapi yang pasti seru dan tantangan sih. Ada saat anak lagi sakit, tapi dia tetep semangat read aloud challenge meski agak lemes-lemes. Ada saat anak lagi ngantuk, ada saat anak lagi rewel, lagi marah2, dsb. Atau ada saat pengennya di kamar, atau ruang tamu, atau di luar. Belum lagi pesoalan baju yang dipake. Jangan sampe dikira panitia berulangkali rekaman di hari yang sama, hueuee.
Aku terkadang bertanya-tanya juga sama teman-teman yang sudah rutin read aloud bagaimana mengatasi permasalahan di atas. Merekam dan mengaplod di sosmed yang terkadang bikin ribet sih ya, kalo membacakan aja kan oke ajah, masalahnya anaknya seneng kalo di aplod di sosmed, namanya anak generasi alpha ya kan. Bagaimana membuat gen alpha tertarik membaca buku salah satunya adalah dengan merekam dan diaplod di sosmed. Hmm...unik juga kan ya.
Bagaimana dengan kamu? ada sesuatu yang unik ketika read aloud challenge untuk gen aplha?
http://puteriamirillis.blogspot.com/p/daftar-isi.html