Seribu jiwa memeluk awan
Dengan sendu ia melangkah sendiri...
Katanya suatu hari dikala hujan turun...
Awan disana kelabu...
Kelabu yang pekat ...
Hingga air itu jatuh mengaliri tanah yang harum.
Ia hanya seorang sepi...
Ia takut akan gulita...
Walaupun gulita itu telah menyelimuti untuk kesekian kali...
Katanya suatu hari di saat pelangi muncul...
Setelah hujan beranjak menuju polanya yang baru...
Kehidupan akan terang...
sinar keemasan yang ditunggu akan menghampiri...
Dalam pekat kehidupan ia pun berjalan...
Rinai bekas hujan tak menyurutkan langkah...
Pohon cemara dengan harum bak zat pembersih lantai...
Membersihkan hati dengan harumnya...
Sekian kali ia tenggelam, sekian kali pula ia yakin untuk timbul kembali...
(Puteriamirillis, Mei 2011)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Other Post
- Nikmat Allah Yang Mana Lagi Yang Kau Dustakan
- Read Aloud Challange untuk Gen Alpha
- Gunung Gamalama Ternate Meletus Vs. Teman Seperjuangan di Ternate
- (Bukan) Oh Mama Oh Papa
- Jilbab Putihku...
- Agar Tak Ada Lagi Kesendirian Di Dunia Ini
- Hujan-Hujanan, Ga Papa Kok, Asalkan....
- Tips Merawat Hobi Menjadi Rupiah : Canva Design Microblog
- The Fiction : No Heart (@break)
- Kegemaran Baru bikin Hampers Box Mukena Royale Premium
7 komentar:
Ketika pelangi datang hiudp kita penuh warna dan makna...
menunggu matahari terbit
Suka sama puisinya, semoga semangat yang tertulis bisa kita rasakan juga saat membacanya.
Salam.. .
Indahnya pelangi akan kita rasa
Bl ada rasa syukur dalam jiwa..(hehe.maaf.lg belajar ngepuisi)
Salam kenal..
jangan takut sama pekatnya kelabu
karena pasti ada satu titik yang bersinar
jangan takut sama pekatnya kelabu
karena pasti ada satu titik yang bersinar
gulita mendung berujung hujan,
ditambah riuhnya halilintar,
namun tak jadi halangan tuk gentar,
walau kadang bibir bergetar, berujar...
Pelangi pasti kudapati, esok, atau mungkin lusa...
tapi ku mohon agar tubuh tak ringkih
meski tertatih...
Posting Komentar