Ah, baru dua hari yang lalu aku diajakin barteran novel ama asop markosop si pecinta thriller tulen. Beda ama diriku yang baru-baru aja suka novel thriller dan sedang berusaha menghabiskan Libri di Luca (ini lebih ke fiksi fantasy sih) dan Digital Fortress. Rencananya Aku mau barterin dua novel itu (pilih salah satu ya sop), tapi Asop dah baca dua novel itu belum yaaa? Kalo udah tunggu ya sop, mbak pu baca dulu yang lain.
Membaca novel thriller itu menyenangkan karena iramanya cepat dan membuat kita berpikir cepat. Ga harus soal pembunuhan, soal teknologi dan fantasi-fantasinya juga termasuk dalam genre ini dan yang lebih utama cara penulisannya. Dan aku seneng banget baru nemu url http://free-online-novels.com dimana kita bisa download dengan mudah novel-novel beragam genre. Wasyiiikkk...
Kenapa ya saat ini lagi berusaha untuk bisa membaca nih, bukan selama ini ga pernah membaca sih, cuma kurang kusyuk aja. Sedang berusaha membuka pikiran mengenai sesuatu yang sifatnya limit (apa ini?), novel-novel thriller kan biasanya alurnya limit banget dalam arti ada sesuatu yang membuat kita memburu waktu pada satu masalah yang kita tak tahu kepastiannya ada dimana. Dan itu menyenangkan. Tapi yang aku heran mengapa ya profesi dalam sebuah novel thriller biasanya berkaitan dengan law, ataupun ahli sandi, atau detektif. Mungkin karena memang sifat dari profesi-profesi itu sejalan dengan nafas sebuah novel thriller. Aku sendiri ngiler pengen bisa membuat sebuah novel thriller. Keren abisnya! Walaupun kutahun membuat sebuah novel itu tak ada hubungannya sama sekali dengan yang namanya keren-kerenan. Yang ada adalah mencurahkan kemampuan. Cuma emang novel thriller (apalagi yang ada bumbu romance yang siip dan tak cengeng) itu emang keren.
Bahasa dalam sebuah novel thriller biasanya membuat pembaca terus berburu dengan apa yang akan terjadi selanjutnya mengenai tokoh maupun kejadian-kejadiannya. Kita dibuat tak sempat merasakan sesuatu yang pembaca sendiri yang menentukan namun ada perburuan dengan waktu dan itulah yang secara semena-mena kukatakan sebagai limit. Kau akan berucap dan biarkan pembaca mengikutimu tanpa tendensi dan protes tapi ia mengikuti alurmu dan itu mengasyikkan. Perlu sedikit pemikiran aneh dan sedikit gila, tak biasa dan membuat sedikit merinding. Darah pembaca dibuat merinding tapi beda dengan sebuah cerita misteri. Cobalah kau rasakan!
Bagaimana denganmu?
Click this!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Other Post
- Nikmat Allah Yang Mana Lagi Yang Kau Dustakan
- Amankanlah Keluarga Anda Dalam Berkendara
- Read Aloud Challange untuk Gen Alpha
- Hobi Terlarang..(belajar dari jerawat)
- Aku Ingin Menjadi Pendampingmu (Part 3)
- Logika Kejahatan
- Amaryllis Princess dan Kupi Kupu-Kupu
- Seumur Hidup Nge-Blog
- Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
- Indonesia Mengajar
19 komentar:
Yippi..jadi komentator pertama ya..he..he..iya mb..beneran..kalau baca novel thriller penasarannya luar biasa..sampai peluh dan keringat keluar semua..tiba2 aja punggung udah basah..he..he..
asyiknya baca novel thriller sukar ditebak
Waahh...itu karya siapa aza mba? pinjem donk...hehhe
aku ga suka... soalnya bisa kebwa mimpi heee... bisa bisa ntar ga bisa tidur
Yaaaay! Ayo Mbak, nanti Mbak Pu mau novel genre apa dari saya? Gak jauh2 dari fiksi-fantasi atau thriller-crime ya Mbak. :D
Dan saya belum mbaca sama sekali bukunya Dan Brown. Sama sekali belum! ^^ Alasannya simpel. Entah kenapa saya gak tertarik. Pertama, saya gak tertarik dengan ceritanya. Novel Dan Brown yang "The da vinci code" dan lanjutannya-entah-apa-judulnya menurut saya lebih pantas disebut genre misteri ketimbang thriller. :D
Nah, genre thriller yang saya sukai lebih ke arah thriller-crime. Kejahatan. Soalnya genre yang saya tahu dan "berani" baca hanya itu. Hahaha... :D
Awalnya saya dulu mbaca novelnya John Grisham dan J.D. Robb. Tapi kok rasanya alurnya terlalu datar, lambat, dan membosankan. :D Tenryata novel2 karya mereka berdua bukan favorit saya.
Di genre fantasi saya mulai dengan mbaca Harpot dan serial Darren Shan. Entah kenapa saya mulai malas mbaca Harpot yang ketujuh. Lalu saya mbaca habis serial Darren Shan yang vampir itu, dan saya baru menyadari bahwa jalan ceritanya konyol dan mengada-ada. ^^ Darren Shan gak jelek, hanya saja mengada-ada. :)
Nah, akhirnya saya lupa tepatnya sejak kapan saya suka banget ama novel thriller-crime. Saya emang mengkhususkan diri ke genre itu sejak saya mbaca novel "Sherlock Holmes" karya Sir Arthur Conan Doyle dan beberapa cerita "Hercule Poirot" karya Agatha Christie. Gaya penceritaan Sir Arthur yang unik membuat saya (dan pembaca umumnya) langsung menyenangi sifat eksentrik dan semena-mena Holmes. Gaya cerita novel jaman dulu mungkin memang seperti itu, karena gaya cerita yang hampir sama saya temukan juga di karya Agatha Christie. :)
Karya2 Jason Pinter, J.T. Ellison, George Schuman, John Connolly, Greg Iles, dan Jeffery Deaver adalah beberapa novelis thriller-crime yang saya ikuti. :) Banyak banget karya2 mereka yang belum saya miliki. Pengen! Tapi nunggu jatah dulu setiap bulannya. ^^
Tapi saya juga masih membaca novel genre thriller "biasa", seperti karya Dean Koontz dan Michael Crichton. Karya2 Pak Crichton itu luar biasa fenomenal saya rasa. Macam "Airframe" dan "Prey", itu luar biasa. Dan Mbak percaya apa nggak, saya mbaca "Prey" itu pas saya masih SMP. Bukunya ada sampe sekarang, udah menguning kertasnya, di rumah saya di Surabaya. :D
Alasan saya suka novel thriller sebenarnya simpel. Karena saya gak suka novel genre lain selain fiksi-fantasi dan thriller. Hahahaha... Mbaca novel thriller-crime itu enak karena kita juga harus mikir sedikit. Bukan untuk menebak pelakunya siapa (karena saya gak jago dalam hal begitu), tapi mikir untuk menebak jalan cerita, 'apakah pelakunya si orang itu', 'apakah korban selanjutnya si anu', atau 'apakah cara pembunuhan selanjutnya seperti ini?'.
Dan setelah Sherlock Holmes dan Hercule Poirot, saya merindukan sosok figur "superhero" yang jago dalam hal mencari pelaku alias "main detektif-detektif-an". Saya hampir menemukannya. Ada Lincoln Rhymes dari karya Jeffery Deaver dan Charlie Parker dari karya John Connolly. :)
Entah kenapa saya juga kurang suka mbaca novel buatan orang Indonesia. Menyedihkan, ya. Jangan tanya kenapa. Karya Dhoni Dirgantoro, Tere Liye, Clara Ng, Andrea Hirata, dan Dewi Lestari (hanya ini novelis Indonesia yang saya tahu), semua belum pernah saya baca! >.<"
Paling banter saya mbaca novel ringan "Shit Happens" karya Christian Simamora dan... saya lupa pengarang satunya siapa. Wanita, yang jelas. Novel ini ringan dan saya suka jalan ceritanya. :D
Oh ya, dan semua novel yang saya bicarakan di atas semuanya berbahasa indonesia. Gak ada yang berbahasa inggris. Haha.. :D
Oh ya Mbak, saya nanti mau yang Libri de Luca aja deh, setelah saya coba baca ringkasan ceritanya, itu termasuk kesukaan saya. ^^
saya cuma menyimak kan Asop aja deh bercerita tentang novel..
Habisnya kalau novel Thiller itu lebih gimana gitu.... :D
ikutan menyimak dari kejauhan ah..duduk manis gelar kursi dan sedia wedang hangat :)
Kalau Asop itu jangan ditanya lagi...sepeti dikasi novel, habis semua dibaca...sop...kirim satu ke Bali yach
saya suka novel apa aja,, apa lagi yang gratiss :-D
pinjem dong mb' :p
Penggemar Novel berkumpul nampaknya, :-D
Saya nyimak aja, karena ga begitu paham ttg novel, hehe...
waduh bacaannya kok beginiian ya, saya masih belum bisa mengunyah triller itu. Berat sekali otak tua saya ini
pasti kurang punya waktu baca novel karena banyakan blogging ya. kalo saya, sebenernya lebih seneng baca buku, bisa lebih santai.
aku jsutru ga bs baca tulisan lbh dr 30 pages wahahah
apalagi online
btw in paid review post? keren bs dlm bhs Indonesia
Hihihi aku belum pernah baca novel thriller @_@
Pasti udah ga paham duluan awalnya...
wah koleksinya mas Asop kayaknya lengkap tuh. boleh duk di pinjami...#gak dibalikin
wah tahunbaru mantab tu liburan di sana salam kenal ya
Digital Fortress belum sempet nonton euy -_-
Posting Komentar