Kebetulan saya dapet email dari milis Dokter tentang telur. Jadilah saya yang sedang berusaha diet/ mengatur pola makan merasa penting dengan artikel ini dan posting aja ah...
Pemerhati kesehatan
yang baik,
Artikel tentang manfaat telur sering dipublikasi di
mana-mana. Kalau kita cari dengan “google search”, kita akan mendapatkannya
banyak sekali artikel yang mendukung manfaat telur. Sebuah penelitian yang pernah
dipublikasi oleh Sekolah Kesehatan Publik HARVARD (Harvard School of Public
Health) pun seakan mengatakan bahwa seakan manfaat pola makan rendah lemak dan
rendah kolesterol hanyalah merupakan mitos belaka1). Tapi, pada
artikel yang sama yang dipublikasi oleh Havard SPH tersebut, mereka juga
buru-buru mengatakan bahwa tingginya kasus penderita payudara dan ‘usia
menopause dini’ yang terjadi bukanlah karena tingginya lemak atau kolesterol
tetapi karena daging merah, susu dan telur yang mereka konsumsi karena hewan
ternak tersebut mendapatkan asupan hormon pertumbuhan yang tinggi2)
sepanjang hidupnya.
Telur Mengandung Lemak yang Berbahaya untuk Tubuh
Oleh karena itu, mari kita memikirkannya lebih panjang. Soal
lemak lagi, misalnya. Kita memang memerlukan lemak untuk meneruskan
signal-signal saraf, membantu penyerapan vitamin dan berbagai keperluan lain.
Tetapi, kita tidak memerlukan sebesar yang banyak orang kira, dan sesungguhnya
kita hanya memerlukannya dalam jumlah yang sangat-sangat sedikit. Lemak sulit
dicerna dan hanya memperberat kerja liver dan organ tubuh yang lain. Kelebihan lemak hanya akan membuatnya
tersimpan dalam jaringan tubuh sehingga memperberat semua kinerja tubuh dan
tentu saja membuat penampilan menjadi sangat tidak baik.
Teori tentang Manfaat Telur dan ‘Publikasi tentang Mitos
Kolesterol oleh Uffe Ravnskov pada tahun 1991’3) menggegerkan banyak
praktisi kesehatan. Tetapi agaknya, karena banyak sekali data yang tidak
diungkap dan lepas dari penelitian lebih lanjut maka berita tentang hal itu
menjadi menurun dan tidak populer. Sekalipun badan Pengawasan Obat (FDA) di AS
sendiri membuat batasan asupan lemak yang begitu tinggi, orang-orang di negara
maju mulai mengerti tentang bahaya kolesterol dan berusaha keras
menghindarinya (tambahan: sekurangnya dalam pikiran).
Kalau
sebutir telur saja mengandung 5 gram lemak (seperti
disebutkan pada teori tentang manfaat lemak), betapa besar lemak yang
sudah
kita masukkan ke dalam tubuh dengan hanya mengkonsumsi 1 telur. Apalagi,
seperti disebutkan pula, bahwa 1,5 g di antaranya merupakan lemak jenuh,
lemak
yang sangat berbahaya bagi tubuh kita. Apalagi juga, kalau telur itu
digoreng atau digunakan sebagai bahan pembuat roti atau cake, minyak
goreng atau butter atau margarine yang dipanaskan itu akan menambah
akumulasi minyak
jenuh dan juga minyak trans yang sangat buruk bagi tubuh.
Telur Matang Tidak Bermanfaat
untuk Kesehatan Mata
Telur Mentah Mengandung Bakteri Salmonela
Disebutkan pada teori Manfaat Telur bahwa telur sangat
baik untuk kesehatan mata. Katanya, sebutir telur tiap hari dapat mencegah
terjadinya degenerasi makula (degenerasi pada retina membuat penderita tidak
bisa melihat sesuatu dengan tajam, yang biasanya terjadi karena
pengerasan arteri yang membawa nutrisi dan oksigen ke retina) dan dikatakan
pula bahwa ada penelitian yang menyebutkan bahwa orang yang makan sejumlah
telur tiap hari akan mengurangi resiko terjadinya kanker. Alasannya, sekalipun
tidak diragukan lagi bahwa kuning telur mengandung kolesterol buruk yang
tinggi, kuning telur juga mengandung dua zat karotenoid, terutama lutein dan
zexanthin, yang sangat berguna sebagai zat anti kanker, zat anti
penuaan dan terutama sangat baik untuk kesehatan mata, karena mengandung
anti-radikalbebas yang sangat banyak dan menjadi sumber vitamin A.
Tetapi, dua zat bermanfaat tadi akan hilang atau rusak
bila dipanaskan atau melalui proses pasteurisasi sehingga berbagai manfaatnya
untuk mata dan sebagai anti radikal bebas menjadi hilang. Padahal telur yang tidak
dimasak atau dipasteurisasi terlebih dahulu sangat berbahaya untuk kesehatan
kita terutama bila kondisi tubuh kita sedang kurang fit. Berita yang
dipublikasi oleh Sekolah Harvard pada tanggal 3 September 20106)
menyebutkan bahwa sebagian besar penduduk Amerika Serikat jauh lebih
berhati-hati mengkonsumi telur dan mengecek kemungkinan kontaminasi salmonela
pada stok telur mereka di rumah.
Bakteri salmonella di dalam telur akan berkembang
dengan cepat pada temperatur ruang. Orang yang terinfeksi bakteri salmonella
kebanyakan akan diare, muntah demam dan kram perut selama 12 hingga
72 jam dan terkadang bisa sampai 7 hari jika tidak mendapatkan perawatan yang
baik. Pada beberapa kasus juga menyebabkan kematian. Beberapa lagi juga
menyebabkan nyeri pada persendian, iritasi pada mata, sakit waktu kencing dst
yang dikenal dengan gejala Reiter, dan hal ini bisa berlangsung beberapa bulan
hingga beberapa tahun, serta terkadang menjadi arthritis kronis yang sulit
disembuhkan4).
Nah, mana yang kita pilih, telur mentah yang
mengandung karotenoid tetapi beresiko terinfeksi bakteri salmonella atau telur
matang yang sudah kehilangan karotenoid? Mengapa kita tidak memilih sumber
karotenoid yang lebih aman dan lebih baik, yaitu dari bayam, lobak hijau, sawi
hijau, selada romaine, zukini, jagung, kecambang brusels, paprika kuning, jeruk
peras, jeruk keprok dst5)?
Karotenoid hanya terdapat pada kuning telur padahal
justru kuning telurlah yang banyak mengandung kolesterol. 27% lemak yang ada
pada telur (utuh) adalah lemak jenuh yang mengandung kolesterol jahat (LDL)7) dan
semuanya ada pada kuning telur. Kolesterol
ini juga justru memperparah terjadinya kerusakan mata seperti katarak dan
degenerasi yang lain.
Telur
Mengandung Vitamin D?
Benar, kalau tidak dimasak.
Tetapi begitu dipanaskan, semuanya menjadi rusak. Sebuah pilihan yang sulit
antara resiko mengandung salmonela kalau tidak dipanaskan dengan baik dan
kehilangan vitamin D bila dipanaskan.
Mendapatkan vitamin D dari matahari secukupnya tentu merupakan pilihan
yang jauh lebih bijak ketimbang mengkonsumsi telur dan produk yang mengandung
telur.
Bagaimana
dengan Telur Organik ?
Telur organik tidak membuat telur
terbebas dari salmonella. Bahkan pada tahun 2009 di AS, pernah terjadi
penarikan telur organik coklat karena terkontaminasi organik8). Organik hanya membatasi bahwa induk ayamnya
tidak diberikan tambahan hormon pertumbuhan. Tetapi bagaimana dengan pakan
ternak, bagaimana dengan air di sekitarnya? Semua pestisida, polutan dari air,
racun dari lingkungan yang tidak bersih akan terakumulasi dalam jaringan tubuh
ayam ternak (sekalipun organik) dan akhirnya diteruskan ke dalam telur-telur
organik yang dijual bebas. Karena jarang manusia yang langsung keracunan telur,
maka kandungan polutan-polutan berbahaya di dalam telur itu lepas dari
pengawasan Badan Obat dan Makanan hampir di seluruh dunia. Bila kita rutin
mengkonsumsi telur atau mengkonsumsi produk yang mengandung telur maka secara
tidak langsung kita akan mengakumulasikan semua racun itu di dalam tubuh kita
dan racun itu tidak pernah hilang dengan pemanasan atau obat-obatan. Tetapi
sayangnya, begitu mereka menderita kanker, lumpuh, artritis dan berbagai
penyakit degenerasi yang lain, mereka juga tidak pernah tahu atau mengingat
bahwa itu terjadi akibat pola makan yang keliru yang mereka terapkan sebelumnya
dan, ironisnya, selama dalam pengobatan pun mereka tetap menambah asupan racun
ke dalam tubuh melalui pola makan yang keliru. Sungguh memprihatinkan!
Mengkonsumsi
telur dan produk telur juga meningkatkan resiko berbagai penyakit
seperti alergi, tekanan darah tinggi ,kanker, diabetes, arteroklorosis
serta juga mendukung terjadinya perusakan lingkungan yang sangat-sangat
besar.
Menghindari
telur dan produk yang mengandung telur merupakan tindakan yang sangat
bijak untuk tubuh kita sendiri, untuk kesehatan masyarakat maupun untuk
lingkungan dan perekonomian.
Semoga kita semua makin bisa jeli memilih mana yang pantas disebut makanan dan yang sesungguhnya bukan makanan kita..,
makin
bisa bertindak ramah lingkungan dengan memilih makanan yang tidak
mendukung terjadinya perusakan lingkungan yang demikian hebat
dan
tentu saja
selamat selalu bugar tanpa obat dan suplemen!
y ananta
-----------------------------------------------------
2) World Cancer
Research Fund, American Institute for Cancer Research. Food, Nutrition, Physical Activity,
and the Prevention of Cancer: a Global Perspective. Washington DC:
AICR, 2007.
3) lihat artikel tanggapan tentang itu di milis dokter dan milis segarbugarsepanjangmasa
pada tanggal 9 Desember 2011
5) Lutein and Zeaxanthin, http://www.thorne.com/altmedrev/.fulltext/10/2/128.pdf
7) U.S. Department of Agriculture,
Agricultural Research Service. 2007. USDA National Nutrient Database for
Standard Reference, Release 20. http://www.ars.usda.gov/ba/bhnrc/ndl
adf.ly
9 komentar:
Ya Allah..
harus mengurangi telur nih :s
haduh -_- gimana nih
hmm kebanyakan mkn telur ga baik..
kekurangan makan telur pun ga baik juga....
yang sedang'' sajaa dehhh biar balance..
nice info :)
Harus seimbang.
Kebanyakan ga baik, kurang juga ga baik :D
saya suka telur karena iya itu mengandung lemak, dan putih nya mengandung protein.
di imbangi dengan olahraga aja mbak :P
hmm..info lewat mbak Pu..di GAnya mbak diana, sudah ada pengumuman..semua yg ikut serta dapet buku beliau..segera melucncur kesana mbak...:)
btw..telur ayam kampung tetap yang lebih baik ya daripada ayam buras :)
Aaaa bingung ini.. >.<
Kata dokter nutrisi yang ngurusin dietku, telur baik buat diet tapi baca ini koq jadi ragu. *bingung*
yang terlalu berlebihan memang tidak baik ya
wah,,, dapat info baru nih ttg Bakteri salmonella ... tengyu mas udh share :d
nyari info2 dlu ttg tante salmonella ini, dy sejenis barang apa yah :D
keep blogging, ditunggu knjungan baliknya :d
Posting Komentar