Didi terdiam, memandang ke sisi jendela rumah sakit tempatnya dirawat. Mama dan Papa sedang berbicara dengan dokter.
Tatapannya kosong, irama jiwanya sepi. Seketika ia terisak.
Ruangan itu hanya berisi dua orang pasien. Perawat yang sedang memeriksa pasien yang satu lagi menjadi terkaget dengan isakan Didi. Perawat itu ada dua orang, perawat yang lebih senior memberi isyarat kepada perawat junior untuk mendekati didi.
"Ada apa mas Didi?", tanya perawat itu.
Didi masih belum menjawab pertanyaan perawat tersebut. Ia masih diam seribu bahasa. Lidahnya kelu.
"Cerita saja mas", perawat itu mencoba untuk mengakrabkan diri. Sebagai perawat junior ia sangat memegang teguh pendapat bahwa merawat orang sakit itu tak hanya merawat fisiknya namun juga jiwanya.
"Siapa kamu? apa pedulimu?", bentak Didi.
Si perawat terkaget dengan bentakan Didi barusan namun berusaha tetap tenang.
"Saya Dina mas, perawat junior di sini", kata Dina sambil mengulurkan tangannya.
"Ini ruangan apa?", tanya Didi.
"Mas Didi tadi siang mengalami kecelakaan, namun mas Didi diantarkan ke sini dalam keadaan pingsan. Orang tua mas Didi sedang di ruangan dokter.", Dina tidak melanjutkan dan tidak mengatakan bahwa tadi Didi datang dalam keadaan pingsan namun seketika terbangun dan teriak-teriak, lalu pingsan kembali. Tidak mengatakan pada Didi bahwa selain diperiksa di emergency, Didi juga diarahkan untuk diperiksa masalah kejiwaannya.
Didi menatap kembali keluar jendela.
"Tadi siang makhluk menyeramkan itu datang lagi", Didi berujar lirih.
"Siapa makhluk itu?", tanya Dina.
"Makhluk serba hitam, tinggi besar, mengejarku hingga ke pojok suatu kota yang juga menyeramkan. Dan itu tak hanya terjadi di mimpiku, bisa jadi tiba-tiba ia datang di sini", cerita Didi.
Dina menyimpan sedikit rasa takut. Namun sebagai perawat ia sadar, kejiwaan Didi sedang lemah.
"Kau takut dengan semua itu? Aku merasakan merinding dengan ceritamu.
"Aku takut, namun ia selalu datang. Aku takut Dina!", erang Didi, menangis.
Mama, Papa dengan seorang dokter pun memasuki ruangan tempat Didi dirawat. Dokter Iwan namanya.
"Sayang, bagaimana keadaanmu?", tanya Mama penuh kasih.
"Bad ma, aku takut. Makhluk menyeramkan itu datang lagi", kata Didi.
"Ya, sudah toh dia tak ada saat ini kan sayang?", tanya Papa.
"Siapa bilang Pa, itu dia sudah mau masuk dari tadi. Pa, Ma....tidaaaaakkk!!! Pergi kau makhluk menyeramkan!", teriak Didi.
"Mengapa kau datang lagi, mangapa??? apa salahku, haah!", erang Didi lagi.
Ruangan mendadak ramai. Ruangan itu bukan ruangan khusus pasien dengan masalah kejiwaan. Dokter memerintahkan perawat untuk memberikan obat suntik penenang untuk Didi. Dan memerintahkan untuk segera memindahkan Didi ke ruangan perawatan jiwa.
Makhluk menyeramkan itu berjalan dan berjalan ke arah Didi yang akhirnya pulas tertidur setelah disuntik obat penenang.
bersambung
Tatapannya kosong, irama jiwanya sepi. Seketika ia terisak.
Ruangan itu hanya berisi dua orang pasien. Perawat yang sedang memeriksa pasien yang satu lagi menjadi terkaget dengan isakan Didi. Perawat itu ada dua orang, perawat yang lebih senior memberi isyarat kepada perawat junior untuk mendekati didi.
"Ada apa mas Didi?", tanya perawat itu.
Didi masih belum menjawab pertanyaan perawat tersebut. Ia masih diam seribu bahasa. Lidahnya kelu.
"Cerita saja mas", perawat itu mencoba untuk mengakrabkan diri. Sebagai perawat junior ia sangat memegang teguh pendapat bahwa merawat orang sakit itu tak hanya merawat fisiknya namun juga jiwanya.
"Siapa kamu? apa pedulimu?", bentak Didi.
Si perawat terkaget dengan bentakan Didi barusan namun berusaha tetap tenang.
"Saya Dina mas, perawat junior di sini", kata Dina sambil mengulurkan tangannya.
"Ini ruangan apa?", tanya Didi.
"Mas Didi tadi siang mengalami kecelakaan, namun mas Didi diantarkan ke sini dalam keadaan pingsan. Orang tua mas Didi sedang di ruangan dokter.", Dina tidak melanjutkan dan tidak mengatakan bahwa tadi Didi datang dalam keadaan pingsan namun seketika terbangun dan teriak-teriak, lalu pingsan kembali. Tidak mengatakan pada Didi bahwa selain diperiksa di emergency, Didi juga diarahkan untuk diperiksa masalah kejiwaannya.
Didi menatap kembali keluar jendela.
"Tadi siang makhluk menyeramkan itu datang lagi", Didi berujar lirih.
"Siapa makhluk itu?", tanya Dina.
"Makhluk serba hitam, tinggi besar, mengejarku hingga ke pojok suatu kota yang juga menyeramkan. Dan itu tak hanya terjadi di mimpiku, bisa jadi tiba-tiba ia datang di sini", cerita Didi.
Dina menyimpan sedikit rasa takut. Namun sebagai perawat ia sadar, kejiwaan Didi sedang lemah.
"Kau takut dengan semua itu? Aku merasakan merinding dengan ceritamu.
"Aku takut, namun ia selalu datang. Aku takut Dina!", erang Didi, menangis.
Mama, Papa dengan seorang dokter pun memasuki ruangan tempat Didi dirawat. Dokter Iwan namanya.
"Sayang, bagaimana keadaanmu?", tanya Mama penuh kasih.
"Bad ma, aku takut. Makhluk menyeramkan itu datang lagi", kata Didi.
"Ya, sudah toh dia tak ada saat ini kan sayang?", tanya Papa.
"Siapa bilang Pa, itu dia sudah mau masuk dari tadi. Pa, Ma....tidaaaaakkk!!! Pergi kau makhluk menyeramkan!", teriak Didi.
"Mengapa kau datang lagi, mangapa??? apa salahku, haah!", erang Didi lagi.
Ruangan mendadak ramai. Ruangan itu bukan ruangan khusus pasien dengan masalah kejiwaan. Dokter memerintahkan perawat untuk memberikan obat suntik penenang untuk Didi. Dan memerintahkan untuk segera memindahkan Didi ke ruangan perawatan jiwa.
Makhluk menyeramkan itu berjalan dan berjalan ke arah Didi yang akhirnya pulas tertidur setelah disuntik obat penenang.
bersambung
14 komentar:
kunjungan gan .,.
bagi" motivasi
keberuntungan selalu menghampri kita
hanya saja kita yg trkdng tdk brfkir demikian.,.
si tunggu kunjungan baliknya gan.,
merinding, euy!
kasihan sekali Didi. selamat hari senin mbak :)
@Lidya - Mama Cal-Viniya kasihan ya mbak...:)
selamat hari senin juga mbak...
@Arif Zunaidi Riu Ajsyukurlah...*loh:P
@outbound malangtq gan dah mampir, insya Allah nanti ane mampir juga...
Bagaimana kabar DIdi ya sekarang :D
jadi yang berbadan item sapa yaa?
jadi yang berbadan item sapa yaa?
ikut tertidur, abis disuntik :(
Sampai separah itukah yang di alami didi. Kasian juga ya seseorang yang terkena penyakit kejiwaan. Bayangan hitam selalu datang menakutinya.
salam kenal yach .... numpang lewat ... nitip blog ane ,,,,
Salam kenal
Kok rada serem ya mbak ceritanya :P
penyakit otak ini emang merugikan penderitanya,,,
Posting Komentar