Harta kita sesungguhnya adalah harta yang sudah kita berikan untuk orang lain, harta yang sudah kita belanjakan, harta yang sudah kita makan.
Pada umumnya, kita menganggap bahwa harta yang disimpan adalah harta kita yang sesungguhnya. Kita berupaya untuk dapat menyimpan harta entah di Bank, dalam bentuk emas atau dengan membelikan barang. Padahal sebenarnya harta kita adalah segala perbuatan yang telah kita berikan ( baca : infaq/sedekah) untuk kebaikan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa di antara kalian yang harta ahli warisnya
lebih dia cintai dari hartanya (sendiri)?” Mereka (sahabat) menjawab: “Wahai
Rasulullah, tidak ada dari kita seorangpun kecuali hartanya lebih ia cintai.”
Nabi bersabda: “Sesungguhnya hartanya adalah yang ia telah berikan, sedangkan
harta ahli warisnya adalah yang dia akhirkan.” (HR. Al-Bukhari).
Dulu ketika saya masih gadis, saya masih menganggap
harta yang saya miliki itu bukan milik saya sendiri. Ada hak orang lain di
sana. Terkadang mama mengatakan,”Kenapa sih Put, kamu itu kok ngga beli baju
atau apa gitu untuk mempercantik diri
kan sudah punya duit sendiri”. Ya, saya lebih memilih untuk menyalurkan
uang yang saya miliki pada mereka yang membutuhkan daripada untuk membeli
kebutuhan saya sendiri. Saya hanya berpikir, ah masih banyak yang membutuhkan.
Bayangkan ya teman, setiap naik kendaraan umum dan ada pengamen atau pengemis
saya pasti akan memberikan uang minimal Rp500,00. Jika di masjid ada kotak amal,
saya pasti mengeluarkan uang minimal Rp1000,00. Jika teman ada yang mengajukan
proposal atau hanya ucapan lisan untuk mengirimkan uang ke rekening tertentu
saya pasti akan bersegera memenuhinya.
Sebenarnya ada satu alasan saya untuk memberi yaitu
ketenangan jiwa. Entah mengapa setelah selesai memberi maka saya akan merasakan
ketenangan yang luar biasa pada jiwa saya. Saya merasakan keberartian saya bagi
orang lain. Ya, sedekah adalah salah satu terapi jiwa. Dengan memberi maka
nilai diri saya bertambah bagi orang lain. Dengan memberi hubungan horizontal
kita dengan manusia lain akan terwujud sebagaimana yang kita tahu bahwa manusia
itu memiliki hubungan vertikal dengan Allah dan memiliki hubungan horizontal
dengan sesama manusia.
Pengertian memberi ini tak harus dengan harta karena
kita bisa memberikan hal-hal lain diluar materi seperti memberikan senyuman,
memberikan perhatian, dan juga dengan sholat dhuha. Ya, sholat dhuha pun
merupakan salah satu sedekah tubuh kita. Mudah bukan?
Ketenangan yang dirasakan ini tidak main-main karena
dengan hati yang tenang maka diri kita bisa bekerja dengan lebih baik, otak
kita bisa berpikir dengan lebih baik, bicara kita menjadi lebih teratur,
persoalan hidup akan lebih mudah ditangani. Coba bayangkan jika setiap hari
kita memberikan uang Rp100, relatif jumlah yang sedikit bukan? Namun kita
memberi dengan ikhlas dan penuh niat ketulusan dan dilakukan setiap hari maka
setiap hari pula kita merasakan ketenangan itu. Ibaratnya begini, jika setiap
harta adalah beban dan beban itu akan menjadi lebih ringan dengan memberi maka
hanya dengan memberi beban kita berkurang diganti dengan sesuatu yang ringan,
ringan di hati dan ringan di pikiran. Namun jika harta itu tidak diberikan pada
orang lain maka seberapapun mewahnya dan indahnya barang yang kita beli tetap
akan menimbulkan beban bagi diri kita. Beban itu tentu membuat tak nyaman dan
membuat hati menjadi penuh beban.
Ketidaknyamanan hanya akan membawa kita pada
kesulitan dalam hidup, bekerja menjadi malas karena beban berat, otak menjadi
lebih sulit berpikir karena beban berat, bicara menjadi lebih sulit karena
beban berat, persoalan hidup akan menjadi sulit ditangani dengan beban yang
berat. Simple ya sebenarnya, tapi kok masih ada ya orang yang tak suka memberi.
Suatu saat saya mencoba untuk a menjadi orang yang
pelit, tidak mau memberi apapun pada orang lain. Saya mencoba untuk mengubah
pandangan saya bahwa orang yang tidak memberi maka tidak dapat disalahkan toh
masing-masing kita punya kebutuhan sendiri-sendiri. Toh untuk zakat dan sedekah
sudah dilakukan hanya tidak mau memberi saja. Saya mencoba untuk bertahan pada
pendapat itu.
Tapi apa yang saya dapatkan, ternyata tak seindah
yang dibayangkan karena hati menjadi sempit, pikiran tak terbuka, intinya tidak
nyaman. Saya merasakan lain dan berbeda dengan keadaan disaat saya memberi.
Sejak saat itu tak ada lagi kamusnya dalam hidup
saya untuk tidak memberi dengan orang lain. Jika tidak ada uang minimal dengan
memberikan senyuman, menyediakan telinga untuk mendengarkan curhat teman,
saling berbagi kalimat inspiratif lewat sms, dan sebagainya.
Saya pun mengajarkan anak-anak untuk suka memberi.
Sedikit demi sedikit anak akan mengerti bahwa memberi itu membahagiakan.
Semoga kita bisa diberi kekuatan selalu untuk mudah memberi ya teman...
Wassalam
Pu
Baca juga daftar isi
5 komentar:
indah itu jika kita saling berbagi ^^
Tak cuma harta mbak Put, tapi juga ilmu itu wajib untuk dibagi dan ditularkan
@Hanna HM Zwaniya mbak...^^
@Lozz Akbarbener uncle...
Memberi itu memang banar membahagiakan, ada rasa kepuasan dalam diri.
btw saya ada award nih cek di http://afanrida.com/uneg-uneg/liebster-award/
silahkan ikut meramaikan ya ..... thanks :)
Posting Komentar