Assalaamu'alaikum Wr.Wb.
Hai apa kabar teman? Hari ini hari terakhir pu kerja sebelum libur lebaran. Alhamdullillah bulan ramadhan dijalani dengan baik, setidaknya target-target, walopun ga sempurna juga sih, bisa dikerjakan.
Bahagia karena mendapati hal-hal membahagiakan bagi pu pribadi. Ketika saya dan teman bisa bersama-sama menjalani ramadhan yang lebih baik dari tahun ke tahun. Semoga kita bisa selalu, setidaknya lebih baik 1 langkah, dari tahun ke tahun. Amiin.
Semalam Pu ngobrol ama suami.
Tiba-tiba dia ngomong, "Allah itu menciptakan kita ya Pu, kita ada karena Allah, Allah itu hebat banget ya Pu, kuasanya sangat luar biasa."
"Iya ya Darif, Allah sangat luar biasa. Dulu Pu juga pernah berpikir seperti ini." Dalam arti berpikir secara lebih mendalam, emosional.
"Surga itu kan nikmat banget ya pu, di sana terjadi hal-hal dan kejadian yang tak pernah dibayangkan oleh manusia sebelumnya."
"Iya, di surga itu mengalir di bawah kita sungai-sungai, buah bisa kita petik sesukanya, bahkan kita bisa beli apapun tanpa perlu bersusah payah."
"Tapi Arief ga terlalu interest dengan bidadari surga pu, mereka itu hanya makhluk yang tak pernah berjuang di dunia. Lebih luar biasa wanita dunia yang telah berjuang untuk dapat masuk surga."
"Mereka kan cantik darif..."
"Tapi siapapun yang masuk surga akan kembali muda kembali, semua cantik."
"Luar biasa, memasuki surga setelah perjuangan di dunia."
Ya, itulah, sepenggal obrolan yang bermakna. Meskipun makna dari obrolan itu bisa lebih dalam, karena tulisan tetap tulisan. Tulisan berbeda dengan lisan, dan tulisan berbeda dengan hati yang merasakan obrolan itu. Terkadang kalo mengobrolkan hal-hal tersebut perlu melibatkan hati dan perasaan kita. Melibatkan emosi kita, melibatkan pengalaman kita tentang kehidupan ini.
Pernah ga sih saking mengobrolkan hal-hal yang spiritual macam itu akhirnya kita hanya bisa berpikir, "Kok bisa ya, kenapa Allah harus menciptakan semua ini? awalnya bagaimana?, " ketika dulu aku pikir seperti itu akhirnya aku harus menghentikan segera semua pemikiran itu tertimpa oleh keyakinan kita sendiri. Pada dasarnya semua ini benar adanya. Pada dasarnya kita tidak bisa hidup sendiri. Pada dasarnya kita butuh Allah dalam hidup.
Coba bayangkan pernah ga sih berada pada kondisi terjepit antara kehidupan dan kematian. Misalnya terjebak di pesawat dalam kondisi hampa udara. Waktu aku mengalami hal itu dalam perjalanan ke Ternate dulu dalam kondisi hamil besar 7 bulan aku pun hanya bisa, tauk ga apa, menangis sambil diam di pojokan (emang duduk di pojok sih). Bayangkan suasana sekitar kalo diliat dari jendela sudah gelap, tak ada cahaya lampu, tandanya kan itu di laut Jawa. Saat itu aku hanya bisa pasrah, pasrah dengan apakah aku akan mati setelah kejadian itu, yah mungkin 5 menit lagi atao 10 menit lagi, hidih kebayang ga sih?
Kebayang Umar dan abinya di rumah, sedangkan aku dan baby dalam kandungan berpulang ke alam akhirat. Yah, walopun bisa dibilang insya Allah mati sahid, tetep aja ya kita tetap mengharapkan bisa melanjutkan hidup, bertemu dengan orang-orang tersayang.
Dan setelah itu semua terjadi, dalam arti akhirnya pesawat bisa kembali ke bandara Soeta dan menurunkan penumpang termasuk aku dan aku alhamdullillah bahagiaaaa sekali, lega rasanya, sampe ga mau balik lagi naik pesawat yang sebenarnya pesawat itu setelah diperbaiki akan kembali ke Ternate. Aku meng-cancel keberangkatanku, aku mempercepat cuti melahirkan.
Kalo inget-inget kejadian itu aku hanya bisa pasrah dan oke, manusia ga ada kuasa atas segala sesuatu. Yang menentukan segalanya Allah. Sehebat apapun pesawat dengan teknologinya yang kita tumpangi itu tetap saja memiliki kekurangan dan kelemahan.
Untuk itu, yuk, oke, aku harus menyadari bahwa kita membutuhkan Allah dalam hidup kita.
Tapi apakah kita mau masuk surga tanpa memboyong keluarga kita. Duh, kebayang ga sih, misal kita di surga tapi keluarga di neraka atau sebaliknya kita meraung2 kesakitan di neraka sedangkan keluarga kita di surga. Pu sih maunya kita bareng2 gitu masuk surga.
Kehidupan surga itu abadi, kekal, ga susah payah, bahkan kalo mau punya sesuatu yg kita idamkan mungkin tinggal ambil aja. Dan yang terutama bisa bertemua para Nabi dan Rasul dan jika kita benar-benar bisa bertemu dengan Allah. Dijamu dengan hidangan surga.
Subhanallah, indahnya...
Kebersamaan dengan keluarga yang tak hanya di dunia tapi juga di surga kelak. Beda kan ya kebersamaan di surga dengan kebersamaan di neraka. Di neraka mah boro-boro kebersamaan ngerasain api nya (naudzubillah min dzalik) udah ogah deh. Panassss....
Untuk itu yuk kita bina keluarga kita, bersama-sama ibadah, berjuang di dunia, walopun suliiiit....bener deh raih surga itu suliiiit...harus benar2 dan bersungguh-sungguh namun kita juga harus ingat bahwa inna ma'al usri yusro bahwa setelah kesulitan ada kemudahan.
Ehm...semoga deh. amiiin. Yuk kita sama-sama berusaha. :)
Wassalam
Pu
daftar-isi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Other Post
- Read Aloud Challange untuk Gen Alpha
- Nikmat Allah Yang Mana Lagi Yang Kau Dustakan
- Ayam Tuturuga Manado
- Beberes Barang
- Bismillah, Mulai Lagi Ah.
- (Bukan) Oh Mama Oh Papa
- Foto-Foto Bareng Dosen dan Teman-Teman Magister Hukum Kenegaraan UI
- Endorsement for Abi Sabila
- Pemeriksaan Setempat
- Serunya Main Sama Hewan di Dancow 4D Augmented Reality
9 komentar:
Bersih, gak ada peringatan malware-nya mbak :D
@Vina Ayuningtyasalhamdullillah, makasi ya vin :)
Kebersamaan di dunia dan akhirat memang dambaan. Sungguh indah jika bisa tetap bersama dunia akhirat.
semua diserahkan pada Allah ya mbak
aamiin :)
Permisi mba. Bsa mnta emailnya? Komentar aq d detik forum gak d bles :(
@rany: udah aku jawab di komen tapak tangan yaaa...
maaf detikku dah lama off lupa pasword...maaf ya jd baru diliat.
adem ngebacanya
dan met lebaran :)
hrs semangat utk meraih surga :)
Posting Komentar