Bersambung dari genggaman-tanganmu-6
Gerybaldi
"Papua memang surga bagi emas, setiap tanah di sini mengandung emas." Pak Supir mobil yang kusewa berbicara sambil tangannya terus menyetir.
"Karena itu banyak sekali manusia dari penjuru dunia lain terutama perusahaan asing terkenal itu yang ingin memborbardir habis emas di Timika ya Pak." Kataku.
Hening kemudian. Aku menikmati semilir angin dari luar jendela mobil yang kubiarkan saja terbuka. Kiri kanan jalan adalah pepohonan. Perjalanan dari pantai Harlem ke Jayapura memakan waktu sekitar 2 jam. Kru liputan masih asyik mendengkur di Hotel Aston, kelelahan setelah round-round syuting di Timika selama 3 hari.
Setelah menempuh hampir separoh perjalanan menuju pusat kota handphone-ku berbunyi. Hmm, Dinda.
"Ya, ampuun, kemana saja kamu Gery. Aku menelepon berkali-kali, sudah ratusan kali sepertinya, tapi telepon itu hanya menyambutku dengan nada tak berbalas. Huuh, aku khawatir tau." Dinda mengomel panjang lebar.
"Hei, maafkan aku sayang. Aku tadi ke pantai Harlem. Susah sinyal. Jadi teleponmu tidak masuk, ini baru saja sampai separoh jalan menuju Jayapura, sinyal kembali bagus. Ada apa sayang?"
"Papa bertanya kapan kamu ke Manado, katanya ada teman kuliahmu yang sedang ikut proyek perbaikan jalan di Manado."
"Oya, siapa ya? Oke, aku lusa ke Manado, besok ke Jakarta. Ada rapat dengan kru di kantor jadi aku menginap di kantor sebelum terbang ke Manado. Kamu sudah di Manado, Din? Pintu dan jendela rumah Cipinang aman terkunci kan? Aku khawatir akan maling. Apalagi era susah seperti sekarang."
"Ya, tentu saja. Aku sampai berkali-kali melihat kembali untuk meyakinkan semuanya. Bi Moh kusuru pulang kampung dulu selama kita di Manado."
"Oke sayang. Kita sekalian berbulan madu di Manado."
"Hahaha, itu bukan bulan madu, tapi pulang kampung."
"Hahaha, oke sayang. Udah dulu ya sayang. Muaah."
"Mmmuaaah."
Nada putus terdengar dari handphoneku. Hmm, siapa ya temanku itu. Proyek perbaikan jalan di Manado. Sarjana Teknik Sipil. Apakah dia itu Ricky??? Hei sudah lama aku tak berjumpa dengan Ricky. Tapi aku tak punya no handphonenya. Nomor handphone ku juga sempat berganti. Sosial media. Hmm. Mengapa tak terpikirkan. Ah, nanti saja di hotel aku lihat.
Bersambung
http://puteriamirillis.blogspot.com/p/daftar-isi.html
Senin, 31 Maret 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Other Post
- Nikmat Allah Yang Mana Lagi Yang Kau Dustakan
- Read Aloud Challange untuk Gen Alpha
- Gunung Gamalama Ternate Meletus Vs. Teman Seperjuangan di Ternate
- (Bukan) Oh Mama Oh Papa
- Agar Tak Ada Lagi Kesendirian Di Dunia Ini
- Jilbab Putihku...
- The Fiction : No Heart (@break)
- Kegemaran Baru bikin Hampers Box Mukena Royale Premium
- Hujan-Hujanan, Ga Papa Kok, Asalkan....
- Cool and Smart = Konsisten
4 komentar:
Papua surga emas.. Kayaknya di Papua ini banyak kali harta karunnya ya, Mbak Pu. Seinget ku waktu SMP dulu di atlas, Papua ada banyak mengandung berlian juga.. Andai orang pribumi yang ngolah dan nghasilinnya, pasti banyak yang kebantu ekonominya..
Hihihi.. Pake mmmuaaah-mmmuuuaaah deh ah :p
Iya bbeib, itu beneran kata driver waktu aku ke jayapura. Hehe mmuah
penasaraaaan sama kelanjutannyaaa... ^^
@Desi ditunggu aja deeh...:)
Posting Komentar