Jumat, 06 Mei 2016

Alergi Tetap Berprestasi

Assalaamu'alaikum

Hai temans semua ketemu lagi dengan Pu. Setelah kemarin Pu posting artikel ini yang di akhir pembahasan ada tentang alergi. Nah kali ini Pu mau khusus bahas soal alergi. Sebelumnya kita lihat dulu video berikut ya.



Hmm...anak adalah berkah bagi orangtua. Namun ada kalanya anak terkena alergi. Alerginya bisa macam-macam diantaranya :


1. Gangguan pernafasan seperti batuk pilek yang sering dan terus menerus, mengi (nafas berbunyi), asma.
2. Gangguan kulit seperti ruam kulit dan eksim.
3. Gangguan pencernaan seperti diare, muntah, sembelit.

Umar anakku yang pertama pernah terkena ruam-ruam di kulitnya. Saat itu aku sudah kepikiran bahwa ia kena alergi. Tapi ternyata setelah aku melakukan konsultasi di Kalcare dan www.cekalergi.com belum tentu saat itu anakku terkena alergi. Karena alergi ditentukan oleh beberapa faktor. Alergi juga berlangsung berulang, tidak berhenti. Bisa jadi Umar saat itu ruam kulit bukan karena alergi tapi karena faktor lain.

Ada dua faktor yang menyebabkan alergi muncul yaitu :

Faktor Genetik Apabila ayah, ibu, atau ayah dan ibu memiliki alaergi maka bakat itu bisa menurun ke anak. Apabila ayah ibu keduanya memiliki alergi maka potensi anak terkena alergi semakin besar.


Faktor Lingkungan. Misalnya udara, makanan, hewan, polusi, serbuk tanaman, obat-obatan, dll.
Dua faktor itu harus ada. Jika tak ada salah satunya maka tidak bisa disebut alergi. Kalo saya pribadi ada alergi di kulit semacam eksim kalo kulit kena bahan detergen yang kandungannya keras. Ibu saya juga begitu. Oleh karena itu kejadian Umar kulitnya ruam-ruam bisa disebut alergi ketika ada faktor lingkungan yang mendukung. Saya menduga faktor hewan, semacam tungau yang menyebabkan Umar kulitnya ruam-ruam. Tapi sampai saat ini belum kambuh lagi penyakitnya bisa jadi karena faktor lingkungannya tak ada. Jadi ya alerginya enggak muncul.

Sebenarnya alergi ini bisa dicegah dan dikurangi dengan cara ketika hamil dijaga benar lingkungan kita, no asap rokok. Apabila kita sebagai orangtua ada bakat alergi upayakan ketika hamil ya dijaga. Jaga kesehatan ibu dan janin. Sesudah bayi lahir maka berilah anak ASI ekslusif untuk menguatkan daya tahan tubuh anak. Seperti yang kita tahu bahwa alergi sangat ditentukan oleh daya tahan tubuh.

Langkah yang bisa ditempuh:
  1. Cek Risiko : bakat
  2. Cek Gejala : misal kulit ruam, batuk pilek, asma, dll
  3. Cek penyebab/alergen : apakah makanan, debu, hewan, dll
Nah, bagaimana jika dua faktor sudah ada yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan, apakah alergi bisa dicegah? Jawabnya...bisa. Faktor genetik tentu tidak bisa diubah. Nah yang bisa kita upayakan adalah faktor lingkungan. Hindari faktor-faktor alergen.


Bunda-bunda sekarang tidak perlu cemas jika anaknya ternyata alergi susu sapi. Morinaga yang sejak 2015 mengembangkan Moricare+Prodiges dimana kombinasi antara nutrisi dan stimulasi diupayakan untuk membuat anak mengembangkan multiple inteligence.


Begitupun dengan anak bunda yang berisiko tinggi terkena alergi morinaga memberikan alternatif susu pertumbuhan Morinaga Protein Hidrolisat Parsial (P-HP) berbahan dasar protein susu sapi  dengan rantai protein yang lebih pendek dan mudah dicerna sehingga dapat membantu mengurangi resiko alergi. Atau anak bunda yang alerginya muncul setelah minum susu sapi sehingga tidak bisa minum susu sapi ada alternatif susu pertumbuhan Morinaga Soya berbahan isolat protein kedelai.





             World Allergy Week merupakan program tahunan inisiasi World Allergy Organization (WAO) dalam rangka meningkatkan pemahaman mengenai alergi dan penyakit lainnya yang terkait, serta menggagas pelatihan dan sumber daya untuk melakukan diagnosa dan tindakan pencegahan. Berkaitan dengan World Allergy Week, Kalbe Nutritionals melalui brand Morinaga, menggagas Morinaga Allergy Week lewat KAMPANYE SEMUA DARI INGIN TAU, yang terdiri dari 3 langkah: TAU-CEGAH & ATASI-SEBAR.
             Kali ini, di bawah tema: ALERGI TETAP BERPRESTASI, Morinaga Ingin  mengajak para orangtua untuk meningkatkan kesadaran pentingnya mendapatkan informasi alergi secara benar agar bisa mendukung Si Kecil yang alergi, untuk tetap berprestasi.
             Inisiatif yang dilakukan Morinaga pada tahun ini adalah dengan memberi kesempatan kepada para orangtua untuk berkonsultasi kepada para pakar atau dokter anak ahli alergi dalam bentuk:
·       Coaching Clinic di KALCare Jakarta
·       Live chat dengan dokter di www.cekalergi.com/AllergyWeek
·       Hospital Parenting Seminar
·       Radio Talkshow di beberapa kota
Sehingga dengan TAU mengenai  informasi alergi yang tepat, orangtua diharapkan dapat menCEGAH dan mengATASI alergi sejak dini. Selain itu Morinaga mengajak para orangtua untuk ikut berbagi (SEBAR) pengalaman tentang bagaimana mendukung Si Kecil yang alergi, tetap berprestasi melalui lomba Cerita Celoteh Cita-cita Si Kecil.

KAMPANYE SEMUA DARI INGIN TAU - LANGKAH 1: TAU
             Morinaga sadar bahwa langkah pertama bagi Bunda untuk mencegah dan mengatasi alergi anak adalah dengan terlebih dulu mengenali alergi Si kecil. Dukungan Morinaga untuk menjawab tantangan langkah pertama ini adalah dengan merilis microsite: www.cekalergi.com dimana setiap orangtua ataupun calon orangtua, bisa mengetahui risiko Si Kecil menderita alergi. Sistem ini juga didukung dengan muatan saran, rujukan serta informasi mengenai nutrisi untuk anak alergi.

KAMPANYE SEMUA DARI INGIN TAU - LANGKAH 2A: CEGAH
             Pada dasarnya, alergi dapat diatasi, dan Bunda bisa mencegah anak mewarisi bakat alerginya. Morinaga dari masa ke masa, secara konsisten melakukan edukasi mengenai alergi mulai dari pemahaman, pencegahan dan solusinya, agar Si Kecil yang menderita alergi, bisa tetap tumbuh secara optimal. Rangkaian kegiatan edukasi “Pastikan Alergi Tidak Menghambat Potensi Si Kecil” untuk para orangtua yang berjalan sejak tahun 2012 lalu hingga kini, merupakan seminar nasional sebagai bentuk dukungan Morinaga kepada Bunda ataupun calon Bunda, agar bisa memahami fakta mengenai alergi dan membantu mengatasi alergi Si Kecil.
Secara umum, CEGAH sebagai langkah kedua, terdiri dari 4 kunci utama:
1.     Pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pertama sangat membantu perkembangan sistem kekebalan tubuh dan metabolisme Si Kecil.
2.     Hindari paparan rokok selama hamil dan menyusui.
3.     Menunda pemberian telur, ikan, susu sapi, dan alergen lainnya dalam menu makan Si Kecil, merupakan cara yang baik untuk mencegah alergi.
4.     Pemberian susu formula Protein terhidrolisat Parsial (P-HP) untuk bayi-bayi yang tidak bisa mendapatkan ASI.
KAMPANYE SEMUA DARI INGIN TAU - LANGKAH 2B: ATASI
             ATASI untuk bayi dan anak yang mendapatkan susu formula dan ternyata alergi terhadap protein susu sapi adalah dengan menghindari protein susu sapi yang utuh dan sebagai penggantinya, bisa diberikan formula hidrolisat penuh, formula asam amino atau formula isolat protein kedelai (soya). Kunjungi website www.cekalergi.com untuk informasi dan kebutuhan nutrisi anak alergi.
KAMPANYE SEMUA DARI INGIN TAU - LANGKAH 3: SEBAR
             SEBAR sebagai langkah terakhir, menjadi salah satu langkah terpenting dalam menyebarluaskan informasi yang tepat khususnya mengenai alergi pada Si Kecil, agar sedini mungkin dapat dilakukan pencegahan dan penanganan yang tepat. Harapannya, bagi yang sudah memahami tahapan KAMPANYE SEMUA DARI INGIN TAU ini, bisa membantu menyebarkan informasi mengenai langkah awal dalam mengatasi alergi.

TENTANG ALERGI
            
RISIKO ALERGI PADA ANAK
             Penyakit alergi seperti asma, rhinitis alergi, alergi makanan, dermatitis atopik serta alergi protein susu sapi  merupakan merupakan alergi tipe atopi yang paling banyak diderita. Faktor risiko dari perkembangan alergi dapat berasal dari faktor genetik keluarga yakni keluarga dengan riwayat positif atopi. Jika kedua orang tua tidak memiliki alergi maka risiko alergi yang diturunkan, hanya sebesar 5 sampai 15%. Jika dalam keluarga memiliki satu saudara kandung yang positif alergi, maka risiko alergi yang diturunkan sekitar 25 sampai 30%. Sementara itu, jika salah satu orang tua memiliki alergi maka risiko alergi yang diturunkan sebesar 20 sampai 40% dan jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi maka risiko alergi yang diturunkan sebesar 40-60%. Akan tetapi, risiko tersebut meningkat hingga 80 % bila kedua orangtua menderita alergi yang sama.

PENGARUH PENGENALAN MAKANAN PADAT PADA BAYI
             Lalu bagaimana dengan pengenalan makanan padat pada bayi? Waktu pengenalan makanan padat yang tidak tepat, berpengaruh terhadap perkembangan penyakit alergi. Pengenalan makanan padat secara dini sebelum usia 3-4 bulan dapat menjadi faktor risiko alergi. Jadi kapankah pengenalan makanan padat yang tepat bagi bayi? Pada kelompok berisiko alergi, penelitian menunjukkan bahwa pengenalan makanan padat pada usia 4-6 bulan dapat menurunkan kejadian alergi. Jadi, rekomendasi upaya pencegahan alergi adalah pemberian ASI eksklusif dan pengenalan makanan padat pada usia 6 bulan.
             Secara umum, tindakan pencegahan alergi harus dilakukan sejak usia dini agar tumbuh kembang anak tidak terganggu. Poin  penting yang harus ditekankan adalah bahwa pencegahan primer alergi merupakan tindakan yang paling penting. Pencegahan penyakit alergi seperti asma, rinitis alergi, alergi makanan dan dermatitis atopik, menjadikan tumbuh kembang anak lebih optimal. Tindakan preventif ini mencakup tidak adanya restriksi diet selama masa kehamilan serta setelah melahirkan, dengan pemberian ASI eksklusif selama minimal 6 bulan dan tidak ada restriksi diet. Jika pemberian ASI tidak dimungkinkan, maka dapat diberikan susu formula hidrolisat.

TATA LAKSANA ALERGI SUSU SAPI
1. Nutrisi
1.1. Prinsip utama terapi untuk alergi susu sapi adalah menghindari (complete avoidance) segala bentuk produk susu sapi tetapi harus memberikan nutrisi yang seimbang dan sesuai untuk tumbuh kembang bayi/anak.
1.2. Bayi dengan ASI eksklusif yang alergi susu sapi, ibu dapat melanjutkan pemberian ASI dengan menghindari protein susu sapi dan produk turunannya pada makanan sehari-hari. ASI tetap merupakan pilihan terbaik pada bayi dengan alergi susu sapi. Suplementasi kalsium perlu dipertimbangkan pada ibu menyusui yang membatasi protein susu sapi dan produk turunannya
1.3. Bayi yang mengonsumsi susu formula:
1.3.1. Pilihan utama susu formula pada bayi dengan alergi susu sapi adalah susu hipoalergenik. Susu hipoalergenik adalah susu yang tidak menimbulkan reaksi alergi pada 90% bayi/ anak dengan diagnosis alergi susu sapi bila dilakukan uji klinis dengan interval kepercayaan 95%. Susu tersebut mempunyai peptida dengan berat molekul < 1500 kDa. Susu yang memenuhi kriteria tersebut ialah susu terhidrolisat ekstensif dan susu formula asam amino. Sedangkan susu terhidrolisat parsial tidak termasuk dalam kelompok ini dan bukan merupakan pilihan untuk terapi alergi susu sapi.
1.3.2. Formula susu terhidrolisat ekstensif merupakan susu yang dianjurkan pada alergi susu sapi dengan gejala klinis ringan atau sedang. Apabila anak dengan alergi susu sapi dengan gejala klinis ringan atau sedang tidak mengalami perbaikan dengan susu terhidrolisat ekstensif, maka dapat diganti menjadi formula asam amino. Pada anak dengan alergi susu sapi dengan gejala klinis berat dianjurkan untuk mengonsum formula asam amino.
1.3.3. Eliminasi diet menggunakan formula susu terhidrolisat ekstensif atau formula asam amino diberikan sampai usia bayi 9 atau 12 bulan, atau paling tidak selama 6 bulan. Setelah itu uji provokasi diulang kembali, bila gejala tidak timbul kembali berarti anak sudah toleran dan susu sapi dapat dicoba diberikan kembali. Bila gejala timbul kembali maka eliminasi diet dilanjutkan kembali selama 6 bulan dan seterusnya
1.4. Apabila susu formula terhidrolisat ekstensif tidak tersedia atau terdapat kendala biaya, maka sebagai alternatif bayi dapat diberikan susu formula yang mengandung isolat protein kedelai dengan penjelasan kepada orang tua kemungkinan adanya reaksi silang alergi terhadap protein kedelai pada bayi. Secara keseluruhan angka kejadian alergi protein kedelai pada bayi berkisar 10-20% dengan proporsi 25% pada bayi dibawah 6 bulan dan 5% pada bayi diatas 6 bulan. Mengenai efek samping, dari beberapa kajian ilmiah terkini menyatakan bahwa tidak terdapat bukti yang kuat bahwa susu formula dengan isolat protein kedelai memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan, metabolisme tulang, sistem reproduksi, sistem imun, maupun fungsi neurologi pada anak
1.5. Pada bayi dengan alergi susu sapi, pemberian makanan padat perlu menghindari adanya protein susu sapi dalam bubur susu atau biskuit bayi.
1.6. Susu mamalia lain selain sapi bukan merupakan alternatif karena berisiko terjadinya reaksi silang. Selain itu, susu kambing, susu domba dan sebagainya tidak boleh diberikan pada bayi di bawah usia 1 tahun kecuali telah dibuat menjadi susu formula bayi. Saat ini belum tersedia susu formula berbahan dasar susu mamalia selain sapi di Indonesia. Selain itu perlu diingat pula adanya risiko terjadinya reaksi silang.






3 komentar:

Keke Naima mengatakan...

Alergi gak boleh jadi alasan untuk menghambat prestasi, ya :)

Ila Rizky mengatakan...

Aku punya alergi debu dan dingin, mb pu. Bikin sesak napas trus asmanya kambuh. Tapi udah jarang skrg. Asal bawa tisu kemana-mana buat jaga2 klo pas di luar ruangan kena asap dan debu beterbangan yg bikin batuk.

Yati Rachmat mengatakan...

Halo,Pu, bunda kemana aja ya selama ini, koq gak pernah jalan-jalan ke blognya Pu yang sarat pengetahuan ini. Postingannya bagus-bagus, Pu.