sambungan dari no heart 5
"Tapi Bim...kamu tadi seketika mengajakku ke rumah ini sebelum aku sempat makan enak di restoran itu. Huuh!", kata Sinta menyindir.
"Tenang Sin, kamu kaya ga tau aku aja. Sebentar lagi makanan dari restoran itu datang kok. Aku tadi udah pesen suruh antar kemari, hehehe....", jawab Bimo.
"Ah, dasaaaaar, kamu!", kata Sinta kembali melempar bantal di kursi tamu.
Tiin..tiiin...
"Nah, itu dia. Delivery order has coming, kata Bimo sambil menyeringai lucu.
Seketika dengan terburu-buru Bimo melangkah ke halaman depan menuju pintu pagar. Saking terburu-burunya ia lupa bahwa ada turunan menuju kebun sebelum langkah kaki tepat ke pintu pagar. Dan ia terjatuh. Bapak pengantar order sampai tersenyum. Sinta??? jangan ditanya, dia sudah semakin sakit perut saja dari tadi. Menyaksikan Bimo yang gelagapan sejak awal tadi hingga jatuh saat ini. Dasar Bimo.
Ketika Bimo kembali membawa bungkusan makanan, Sinta justru menumpang untuk sholat dzuhur. Teringat waktu sudah menunjukkan pukul 13.00.
"Ah, untung aja Aku selalu membawa mukenah kecil di tas nya sehingga tak pusing jika ada keadaan tak terduga seperti ini. Sinta sangsi Bimo punya mukenah. Atau mungkin ada punya ibunya. Tapi bisa jadi lemari ibunya dikunci", pikir Sinta.
Bimo menunjukkan Sinta ruangan sholat. Keren juga rumah Bimo ini, ada ruangan sholat khusus berikut tempat wudhunya. Dan dia malu sendiri ternyata di ruangan itu tersedia mukenah, sarung dan sajadah berikut Al Quran dan buku-buku agama di sebuah lemari kecil berlaci yang diletakkan di sudut ruangan. Ruangan sholat itu letaknya bersebelahan dengan ruang tamu. Ideal sekali untuk sebuah rumah. Dia tak hanya seorang yang ahli di bidang kontruksi untuk perkantoran, tapi rumahnya sendiri juga ia kerjakan dengan baik sehingga tampak apik sekali. Sejurus ia berwudhu. Segar terasa ketika air menyentuh tangannya, mukanya hingga lengkap seluruh rukun wudhu ia kerjakan. Kemudian ia sholat.
Setelah selesai memindahkan makanan dari bungkusan ke piring dan mangkok Bimo segera menuju kamarnya. Sholat Dzuhur.
Usai sholat dilihatnya Sinta sudah duduk sambil membaca majalah wanita yang dibelinya di kios koran dan majalah tadi di tengah jalan menuju rumahnya.
"Yuk Sin. Makan!", ajak Bimo. Sinta berdiri dan melangkah tanpa ada basa-basi lagi, emang sudah lapar sih!
Sejenak mereka asyik dengan makan siang masing-masing. Bimo dengan gelayutan pikirannya dan Sinta pun dengan gelayutan pikirannya.
Diam-diam Sinta sebenarnya sedang mengingat kembali kisah awal persahabatan mereka. Ketika itu secara tak sengaja Bimo menabrak Sinta yang sedang membawa setumpuk buku di perpustakaan pusat kampus kuning. Bimo anak teknik dan Sinta anak sastra, wajar mereka pertama kali bertemu di perpustakaan pusat. Keduanya memang hobi membaca sehingga seringkali mereka mengunjungi perpustakaan pusat. Sinta sering melihat Bimo di pojok ruangan. Saat itu Sinta masih mahasiswa baru. Ia sering mengambil buku banyak-banyak untuk dibaca, kalap dengan buku-buku yang bagus-bagus. Hingga suatu hari ketika ia sedang berjalan dengan membawa setumpuk buku tak sengaja matanya melirik ke rak buku dan menemukan novel impiannya ada di tumpukan. Dan bodohnya ia tak melihat ke depan hingga akhirnya ia menubruk dada seorang laki-laki dan seketika buku-buku di tangannya terjatuh begitu saja ke lantai. Oh, Tuhan.
Laki-laki itu membantunya mengambil buku yang terjatuh di lantai dan ikutan menaruh di atas sebuah meja yang terletak di pojokan baca dengan sofa yang empuk. Laki-laki itu mungkin karena merasa bersalah atau memang karena tertarik untuk menjalin pertemanan akhirnya memperkenalkan diri dan ternyata namanya Bimo. Ia mengatakan bahwa ia sudah sering melihatku di perpustakaan ini. Tapi tak pernah berani mengajak berkenalan. Hingga insiden buku jatuh itu muncul. Yang ternyata itulah awal yang manis dari persahabatan mereka. Ya, mereka bersahabat dengan manis hingga saat ini. Entahlah. Tak ada yang memulai akan kemungkinan hubungan yang lebih jauh.
"Hush, makan kok bengong. Hayooo...mikirin aku yaaa???", ledek Bimo.
Sinta gelagapan. "Enggak kok, Aku mikirin buku", jawab Sinta.
"Eh, ngomong-ngomong Aku ada buku bagus niiih. Nanti Aku pinjemin deh, tapi kamu habisin dulu semua makanan ini yaa!", kata Bimo.
"Siaaap, Bos!", kata Sinta.
Bimo melangkah ke pojok perpustakaan miliknya di sudut ruangan. Sinta pun melanjutkan lamunannya. Ia masih bingung dengan maksudnya Bimo tadi. Menemani ibunya??? mengapa Aku. Ah, mungkin karena cuma aku satu-satunya sahabatnya yang baik, tidak sombong dan bisa diandalkan. Paling-paling ia ada kerjaan dan harus keluar kota sedangkan ibunya mau main kemari.
"Nih dia bukunya, keren. Kamu harus baca!", kata Bimo meyakinkan.
Sinta menerima buku yang diberikan Bimo. Dalam hati ia berucap, "Aku sedang tak konsen membaca, hatiku sedang penuh pertanyaan atas sikapmu, Bim!".
Bersambung ke mbak Ketty.
click this!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Other Post
- Nikmat Allah Yang Mana Lagi Yang Kau Dustakan
- Amankanlah Keluarga Anda Dalam Berkendara
- Hobi Terlarang..(belajar dari jerawat)
- Read Aloud Challange untuk Gen Alpha
- Aku Ingin Menjadi Pendampingmu (Part 3)
- Amaryllis Princess dan Kupi Kupu-Kupu
- Seumur Hidup Nge-Blog
- Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
- Indonesia Mengajar
- Woro-woro Kuis “Poetry Hujan”
17 komentar:
thanks mbak Pu.."dan hatiku pun sedang bingung untuk menjelaskannya padamu, Sintaku " hihihi
aih~
ketinggalan no heart
wah ada lagi yang baru :))
aiihhh ... kreatif bener2 ya emak2 esmud ini :D mengiri saya hehehe ... pintar2 menulisnya
lanjoootttt!!!
paling seru nih klo bikin ceritanya berantai...
makin penasaran aku mba...... keren! ga sabar nunggu lanjutannya....
Nyari cerita sebelumnya dan sambil nunggu cerita selanjutnya...
Sambung menyambung menjadi satu
huaaaa ini apa mbak? seruu sekali bersambung bersambung gituuu <3
Ya mungkin benar kata pepatah Wanita sering menyembunyikan perasaan dalam hatinya yang terdalam...
meski ketinggaan cerita masih boleh mengikuti kan Mba...
Cerita eftafet nih.. kaya lomba lari aja ^^
penasaran mudah2an sambungannya tidak terlalu lama,tadisempat agak lupa cerita sebelumnya. itu bimo mau nembak sinta ya? :)
Tembak aja mas BImo, jangan lwat lagu, tapi pakai puisi
he.. he..
ke mba Ketty ah :)
pantesan mbak Ketty lama belum update.. ternyata sedang cari wangsit untuk bikin sambungannya to.. serial yang unik ini mbak Pu.. :D
kyaaa.. baca drama satu babak, gak tau awalnya masih gantung ujungnya. kayaknya emang kisah sita dan bimo ini kudu dibaca di sebelumnya dan di blognya mbak ketty deh
Hmm hmm, berkat buku sebuah hubungan antara dua manusia bermula. :)
inilah lnjutannya mba Pu..maaf jk tll lm. http://getoekgoreng.blogspot.com/2012/01/no-heart-7.html
Posting Komentar