Senin, 18 Juni 2012

Dream #1


Chapter 1
Langkah kakinya cepat mengejar bus yang beranjak menjauh...
Hup, kakinya mencapai bibir pintu bus. Untung ga jatuh. 
“Ayo neng cepat ada polisi di depan!”, teriak kondektur.
“Iya pak”, hup dengan satu hentakkan kedua kakinya benar-benar berada di dalam bus saat ini.
Huh, dengan cepat Dee melangkah masuk ke dalam. Sudah penuh sesak orang disana. Keringat penumpang bercampur dengan bau asap rokok. 

Ah, salahnya sendiri meniatkan diri naik bus non AC yang penuh penumpang itu. Supaya hemat. Tapi akhirnya seperti ini yang didapat. Baju kantor Dee jadi berubah harumnya, tadi pagi masih berbau harum molto sekarang sudah berubah menjadi wangi keringat dan debu.
Hm, apa yang harus dilakukan dengan baju ini. Mana Aku ga bawa parfum. Salahku juga jadi orang terlalu tomboy dan tak suka memakai parfum. Entah apa anggapan orang-orang di kantor nantinya. Mungkin mereka akan berpikir, nih cewek mendingan ke pasar aja daripada kerja di kantor. Lebih pantes.
Deru bus melaju kencang. Aku tetap berdiri, sepertinya tak ada yang mau bertukar tempat denganku. Lihatlah orang-orang itu, ada yang sedang tertidur, ada yang sedang membaca, ada yang sedang main hape, ada yang sedang mendengarkan lagu dengan headset di kepala sambil kepalanya bergoyang-goyang pula.
Tiba-tiba pengamen pun menaiki bus, dan genjreng-genjereng mulai menyanyikan lagu.
serapuh kelopak sang mawar
yang disapa badai
terselimutkan gontai
saat aku menahan sendiri
diterpa terluka oleh senja
semoga sang mawar dijaga
matahari pagi bermahkotakan embun
saat engkau ada di sini
dan pekatku berakhir sudah
reff:akhirnya ku menemukanmu
saat ku berpeluk dengan waktu
beruntung aku menemukanmu
jangan pernah berhenti memilikiku
hingga ujung waktu
setenang hamparan samudera
kicauan burung camar
takkan berhenti bernyanyi
saat aku berkhayal denganmu
dan janji pun terakhir sudah
reff2:jika kau menjadi istriku nanti
pahami aku saat menangis
saat kau menjadi istriku nanti
jangan pernah berhenti memilikiku
hingga ujung waktu
Lumayanlah lagu itu membuatku sedikit menikmati suasana bus ini. Aku pun memberikan uang seribuan kepada pengamen tersebut. Dan segera bersiap untuk turun. Tosari pak!
Hup, aku pun turun.
Melangkah kaki ke jembatan penyeberangan yang berisik dengan bunyi langkah kaki orang-orang yang berangkat bekerja, sama seperti diriku. Langkah mereka terburu-buru. Seolah khawatir akan telat tiba di kantor. Aku pun memburu waktu. Huf 15 menit lagi menuju pukul 08.00 WIB setelah itu mesin absent akan mencatat kita sebagai pegawai yang telat masuk kantor. 
Aku sedikit mempercepat langkahku dan akhirnya harus berlari ketika didapati waktu menunjukkan 5 menit menuju pukul 08.00 WIB. Tidaaak! Aku harus absen. Terbayang wajah killer pak Roni jika mengetahui aku telat. Apalagi aku anak baru.
Cepat kumelangkah ke dalam lift menuju lantai 3 tempat dimana Terengah-engah aku ketika sampai di mesin absen, waktu saat itu menunjukkan 3 menit lagi menjelang pukul 08.00 WIB. Huf akhirnya aku bisa lega ketika jariku terdeteksi oleh si mesin absent. Dan menyatakan bahwa aku sudah absent. Hadir!
Langkahku ku pun berubah menjadi pelan, dan itu kulakukan ketika pak Roni tiba-tiba ada di depanku.
“Pagi pak”, kataku.
“Pagi Dee, bagaimana kerjaan dari klien kemarin sore sudah kamu tangani Dee?”, Tanya pak Roni.
“Belum pak”, jawabku dan aku sedikit menyesal menjawab seperti itu.
Aku pun berlalu setelah sebelumnya mengucapkan permisi pada pak Roni.  Di ruangan sudah ada Si centil Sisi di meja kerjanya, apalagi yang dilakukan selain berdandan.  Di sudut Rizal sedang sibuk mengerjakan sesuatu, mumpung ruangan masih kosong entah pada kemana ya senior-senior itu mungkin sedang sarapan di kantin atau memang sedang ada sidang pagi. Tinggalah kami para junior baru yang berjumlah 3 orang Aku, sisi dan Rizal tertinggal di kantor ini.
Junior baru, ya itulah istilahnya untuk para fresh graduate seperti kami ini. Sebuah istilah yang membuatku sebal terus terang. Memangnya dikira kami apaan? Kami yang muda-muda ini juga bisa melakukan yang lebih baik dari kalian jika kami diberi kesempatan. Tapi ini apa, sudah 2 bulan kami disini belum juga kami diberi kesempatan. Sungguh membosankan. Pekerjaan kami hanyalah menerima tamu daan calon klien, menerima kasus mereka dan mencatatnya di buku besar. Sambil menunggu ruangan kosong ini. Memang sih kami diminta juga untuk mengarsip dan menyiapkan bahan-bahan sidang para senior tapi ya hanya sebatas itukah?
Mereka ga tau perjuangan kami di kampus perjuangan, bagaimana kami harus berkejaran dengan dosen, ikut menangani kasus di LBH kampus, hingga ikutan memantau persidangan. Bukankah semuanya itu sudah lebih dari cukup untuk membuat kami memiliki cukup pengalaman. Fresh graduate bukan berarti tak punya kemampuan bukan?
“Hai Dee, ngapain bengong aja disitu? Sini aja, kita gossip”, ajak Sisi.
“eh, nggak sis, gue ga bengong kok. Cuma bosen aja ama suasana kerja kaya gini, kerja di lawfirm Cuma jadi administrasi”, jawab Dee sambil melangkah ke tempat Sisi.
“Ah, iya lama-lama gue juga bisa gila nih”, jawab Sisi.
“Iya, tapi kita harus bagaimana ya? Mau diomongin ke pak Roni kira-kira nanti salah ga ya?”, kata Dee.
“Salah!”, jawab Rizal tiba-tiba ngasal.
“Ah, lo aja yang penakut kali Zal”, jawab Dee.
“Nggak lah, gue mah ga takut tapi ini kan soal kredibilitas kita sebagai karyawan baru Dee, ga pantes ah belom apa-apa udah nuntut macam-macam”, kata Rizal.
“Iya juga sih ya Zal, lagian di kantor ini ga ada tenaga administrasi, mungkin memang junior baru yang ditugasi hal-hal administrasi”, kata Sisi.
“Ya, bener juga sih lo semua, tapi gue masih penasaran banget pengen diijinin ikutan sidang. Paling enggak lihat keadaan dahulu kan”, Dee berujar.
“Tapi sampai kapan semua ini?”, gerutu Dee.
“Kalo katanya mas Adi sih bisa sampai setahun”, jawab Rizal.
“Haaah, yang bener aja”, Dee kaget.
“Tapi tergantung juga sih, semua ga bisa dijadwalkan”, jawab Rizal lagi.
“ah, kalo gue sih yang penting gue enjoy aja”, kata sisi sambil menyemprotkan parfum.
Dan ruangan pun mewangi seketika membuat Rizal dan Dee menjauh dari Sisi karena wangi parfum nya menyengat ketika pertama kali disemprot.
Mereka pun kembali ke rutinitas masing-masing. Dee dengan kerjaannya menyusun kasus-kasus klien dan menjabarkannya beserta berkas-berkas yang sudah ada sebagai administrasi awal, Sisi membuat resume hasil-hasil sidang setiap harinya dan Rizal mengolah data awal untuk menjadi bahan bagi senior untuk sidang.
Pekerjaan mereka sebenarnya mengasyikkan dan tidak terlalu administrasi sekali sebenarnya tapi karena hanya dilakukan di kantor membuat mereka cukup bosan, mereka ingin keluar kantor. 
Sejenak ruangan itu sepi  senyap. Hingga saat pak Roni masuk ke ruangan. Dan menanyakan ini itu.
“Bagaimana dengan tugas kalian? Ada kesulitan?”, Tanya pak Roni yang biasanya akan kami jawab hanya dengan senyuman kecuali jika memang ada hal-hal yang harus kami tanyakan. Tapi untuk kali ini kami merasa tak ada pertanyaan yang harus diajukan.
Pak Roni pun meninggalkan ruangan staf dan segera menuju ruangannya.
***
Di ruangannya Pak Roni terkesiap dengan email yang dikirimkan oleh seorang calon klien kepadanya. Email itu mengabarkan bahwa calon kliennya itu akan ke kantor sore ini dan akan membicarakan sebuah kasus penting. Kasus pembunuhan berantai terhadap sebuah keluarga kaya raya yaitu keluarga Richard yang tinggal di daerah Menteng. Kepala keluarga yaitu Bapak Richard meninggal karena racun seketika ketika ia sedang memparkir mobil ke rumahnya, istri Bapak Richard ditembak oleh seseorang ketika ia baru keluar dari sebuah salon di daerah Blok M, anak pertama Bapak Richard mati diracun obat yang dituang ke minumannya di kantin kampusnya di daerah Depok, sedangkan anak kedua Bapak Richard ditembak ketika ia baru keluar dari sekolahnya suatu siang yang terik.  Hanya itu kabar yang baru ia dengar dari seorang calon kliennya itu. Calon kliennya itu adalah orang kepercayaan Bapak Richard di perusahaan miliknya yang sudah beromset dan memiliki keuntungan trilyunan rupiah itu. 
Seketika Pak Roni sibuk memikirkan emailnya itu. Benarkah email itu? Ataukah itu hanya SPAM. Akhir-akhir ini memang banyak sekali email-email SPAM masuk ke emailnya. Entahlah apakah memang kondisi dunia maya sedang kacau saat ini sehingga mudah sekali email SPAM yang masuk ke inbox emailnya. Email SPAM yang lalu biasanya hanya mengirimkan kasus sesuatu hal yang kadang sangat bombastis dan tidak masuk akal. Ia tak mau ditipu lagi dengan email SPAM, yang lalu ia sudah menyiapkan banyak hal sebagai bahan pembicaraan dengan calon klien namun calon klien tak pernah datang di tempat yang dijanjikan. Terkadang malahan ia sudah menyiapkan tempat di sebuah rumah makan mewah, namun apa dikata itu hanya bualan belaka. Dan akhirnya ia harus menghabiskan uang sekian ratus ribu rupiah membayar hidangan dan tempat di sebuah rumah makan mewah hanya untuk sebuah kebohongan. 
Untuk pertemuan dengan calon klien kali ini ia tidak akan mempersiapkan apapun sebelum semua jelas. Kebetulan juga calon kliennya tak meminta harus di suatu tempat yang istimewa, cukup di kantornya saja. Jadilah ia hanya perlu menunggu calon klien di kantor saja.
***
Sementara di ruangan staf yang saat itu mulai ramai kembali dengan junior dan senior yang lebih lama masa kerja di kantor itu menjadikan suasana menjadi riuh rendah. Ada yang diskusi tentang hasil sidang, sedang mengetik dengan mesin ketik manual yang bunyinya ctek, ctek itu. Ada yang sedang mengetik surat-surat bahan sidang di depan computer, ada yang membalas email klien, membaca buku peraturan, sampai ada yang sedang menonton film-film sidang dari luar negeri hanya untuk mempelajari cara-cara yang tepat menghadapi hakim di sidang esok hari.  Kasus yang mereka hadapi sehari-hari memang beragam, mulai dari kasusnya seorang pejabat yang dituduh sebagai koruptor di perkebunan milik Negara, kasus cerai sepasang artis, kasus yang berhubungan dengan hak cipta, kasus ganti rugi yang dihadapi oleh sebuah perusahaan yang mencapai milyaran rupiah, dll. Semua itu membuat suasana ruangan riuh rendah. Seru sekali keliahatannya. Si Japri, seorang office boy di kantor hukum itu sampai geleng-geleng kepala setiap hari melihat suasana yang seperti itu setiap hari dari pagi hingga malam hari bahkan terkadang ada yang hingga pagi menjelang kembali.
“Dasar orang-orang edan”, katanya di dalam hati tentunya.
Senior-senior yang sedang diskusi seru sekali.
“Kira-kira bagaimana tanggapannya jika hakim akan mengatakan bahwa ganti rugi PT. Maha Karya, Tbk akan sebesar 30 Milyar rupiah, kita kan mengharapkan ganti rugi itu ditekan seminimal mungkin, pling enggak 10 milyar lumayan kan berkurang 20 milyaran rupiah”, kata Pak Joni.
“Iya pak, sepertinya penuntut umum sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk melawan kita esok hari”, jawab Mas Boy.
“Makanya kita harus terus maju, jangan gampang menyerah jika ditekan. Yang utama adalah kekuatan hukum kita jangan sampai salah”, jawab Pak Hari.
“Yah, dari segala aspek memang sebenarnya ini masalah kesepakatan dengan pihak yang diganti rugi pak, apakah mereka mau bekerja sama. Tapi yah, siapa juga yang mau mengalah jika urusannya sudah mennyangkut uang.
Di sudut Dee pusing dengan omongan senior-seniornya yang kadang ga jelas itu. Sementara di mejanya menumpuk berkas-berkas yang harus ia telaah. 

7 komentar:

HP Yitno mengatakan...

Wah sebuah kisah yang berbau detektif nih kayaknya. Tapi emang kalau fresh graduate itu biasanya training dulu sampai 6 bulan sih.

Alaika Abdullah mengatakan...

wow... cerita misteri nih kayaknya... ditunggu lanjutannya mba Pu. :)

Artineke A. Muhir mengatakan...

Apa khabar Pu? Ada jambore lho di BlogCamp :)

Outbound di malang mengatakan...

salam gan ...
menghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
di tunggu kunjungan balik.nya gan !

Asop mengatakan...

Yeaaaah, enjoy aja! :D

Herien Kriestia mengatakan...

wah seru nih cerita ttg fresh graduate-nya mi, ditunggu lanjutannya ya mi :)

Outbound di malang mengatakan...

salam gan ...
menghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
di tunggu kunjungan balik.nya gan !