Kamis, 05 Juli 2012

Dream #2


Bersambung dari  Chapter 1
Chapter 2
Pak Roni tertegun di ruangannya. Kasus pembunuhan keluarga dengan tersangka yang tak jelas, sungguh rumit. Kantor hukum  Roni Sujiwa & Partners belum pernah mendapatkan kasus pembunuhan, ini yang pertama.  Jika memang benar calon kliennya akan datang nanti sore maka apa yang harus kuperbuat? Siapa yang akan kutugasi untuk hal ini. Terus terang aku agak sanksi dengan junior dan senior di kantor ini. Mereka belum berpengalaman dalam kasus pembunuhan.  Itu terus yang selalu ada dalam pikiran Pak Roni sesiangan itu.
Tok tok
 “Permisi Pak”
“Silahkan “
Setelah pintu dibuka sosok Dee pun masuk.
“Ya ada apa Dee?”

“Ini pak, mau menyerahkan tugas saya. Saya sudah merangkum seluruh kasus-kasus klien per minggu ini pak. Ada banyak kasus yang harus ditangani pak. Berkasnya ini sudah saya satukan dengan kasusnya”, kata Dee.
“Oke, hmm. Sebentar saya baca dulu. Oya Dee, Saya mau menanyakan beberapa hal. Di kampus dulu apa program kekhususan kamu?”, Tanya Pak Roni.
“Pidana Pak”, jawab Dee tegas.
“Apa judul skripsi kamu dulu?”, Tanya Pak Roni.
“Tinjauan Pidana Kasus Pembunuhan Pejabat A di Kabupaten X Pak”, jawab Dee.
“Hey mengapa kamu menggunakan A dan X untuk menggantikan nama pejabat dan nama kabupaten Dee?”, Tanya Pak Roni.
“Ya, gapapa pak. Untuk menjaga diri saja, insting seorang Sarjana Hukum Pidana Pak”, jawab Dee tanpa bermaksud mempromosikan diri.
“Oh, begitu. Baiklah. Kamu boleh kembali ke ruanganmu”, jawab Pak Roni sambil tersenyum.
“Baik Pak”, kata Dee.
Dee pun kembali ke ruangan staf.
Setelah Dee menutup pintu Pak Roni kembali dalam pergulatan pemikirannya sendiri.
Pikiran Pak Roni seperti menemukan titik cerah meski ia sendiri belum paham benar titik cerahnya ada di sebelah mana. 
Tapi jawaban Dee tadi cukup cerdas dan unik. Ia menggantikan nama pejabat dan nama kabupaten tadi di depan aku bosnya. Memangnya dia tidak percaya sama aku. Pikiran-pikiran itu terus menggelayuti pemikirannya.  Tapi di sisi lain Aku merasakan insting besar seorang pengacara di pemikiran anak itu. Ya, memang sudah seharusnya seorang pengacara itu harus cermat dan berpikir panjang akan suatu hal yang ia tangani. Jangan sampai kita justru melakukan kesalahan fatal atas suatu kasus karena pemikiran kita tak panjang memikirkan akibat-akibat yang mungkin akan ditimbulkan.
Dan aku melihat itu pada pemikiran Dee, dengan segala keunikan pemikiran yang ia ucapkan tadi. Ini cocok sepertinya dengan kegalauan perasaanku dari siang tadi. Aku bingung menentukan siapa yang pas untuk masuk dalam tim kasus pembunuhan ini jika memang si calon klien akan datang nanti sore.
***
Dee berjalan menuju ruang staf. Ia memikirkan pertanyaan Pak Roni tadi. Mengapa ia bertanya seperti itu. Apakah jawabanku tadi salah. Bagaimana jika memang salah, bisa gawat nih. Mengapa Aku menjawab judul skripsiku dengan seperti itu tadi. Kesannya aku kan jadi seolah tak mempercayai Pak Roni. Ah, bos muda itu pasti sekarang sedang kesal sekali denganku. Dee menyibakkan rambut lurusnya. Dee melangkah ke toilet wanita.
Ia menyisir rambutnya. Seringkali jika sedang galau ia akan menyisir rambutnya yang lurus sebahu itu. Cantik sebenarnya Dee. Ia tatap wajahnya dalam-dalam di cermin. Apakah aku harus berdandan cantik agar bisa menarik perhatian bos? Ah, that’s not my mine anymore. Tapi masalahnya kantor ini kok sepertinya tak menerima karyawan wanita dengan dandanan biasa-biasa saja seperti diriku. Tapi akhirnya Dee berpikir tak selamanya seorang wanita ketika bekerja hanya dinilai dari penampilannya. Seharusnya kan dari otak dan pemikiran juga dong, walaupun non sense penampilan akan dinilai juga tapi bukan berarti penampilan kita harus mewah layaknya selebritis kantor bukan? Toh, aku sendiri tidak berantakan amat, aku tetap masih rapi dan layak disebut sebagai karyawan sebuah kantor pengacara. 
Setelah merasa cukup yakin akan penampilannya. Dee keluar dari toilet. Berjalan menuju ruangannya. Menghempas tubuhnya begitu saja di bangku meja kerjanya. Pandangannya sekilas mengarah ke meja tergeletak diatasnya Novel karya Agatha Christie sebuah novel pembunuhan di suatu kota. Entah mengapa sejak percakapan dengan Pak Roni tadi perasaannya menjadi tak enak, deg-deg an dan tak menentu. Ia membutuhkan sebuah ruang untuk melepaskan semuanya yang mengganjal pikirannya. Dee pun hanyut dalam bacaannya. Sesekali juga ia menulis di blog pribadi miliknya. Ia suka begitu curhat di blog pribadi tentang segala permasalahannya sehari-hari dan curhatan kali ini adalah tentang si bos.
***
Sementara waktu cepat berlalu. Sore jam 16.00 WIB pun tiba. Dan benar adanya ketika seorang satpam mengabarkan bahwa ada tamu seorang laki-laki. Tamu laki-laki itu datang sendirian saja. Ia membawa sebuah koper berisikan berkas-berkas sepertinya.
Ketika tamu itu sudah sampai di ruangan Pak Roni. Mereka bersalaman dan dipersilahkan duduk oleh Pak Roni. Pembicaraan pun dimulai.
“Ya,  perkenalkan nama saya Budiman Setiadi Pak. Saya adalah orang kepercayaan Bapak Alm. Richard Herlambang, pemilik mayoritas saham di perusahaan minyak dan gas PT. Minyak dan Gas, Tbk”.
“Anda yang mengirimkan email-email itu ke inbox saya?”, Tanya Pak Roni.
“Ya, Pak”, jawabnya.
“Baiklah coba anda ceritakan posisi kasusnya bagaimana?”, lanjut Pak Roni.
“Ini adalah sebuah kejadian penting dari perusahaan kami pak. PT. Minyak dan Gas,Tbk saat ini sudah memiliki omset trilyunan rupiah. Saingan kami sungguh banyak, dan itulah yang justru membuat kami terus termotivasi untuk semakin meningkatkan kemajuan perusahaan kami. Bapak Richard sangat tekun membimbing kami para karyawan untuk senantiasa mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja. Bapak selalu menjanjikan kami akan diberi tunjangan yang sepadan dengan kemajuan perusahaan dan itu terbukti ketika perusahaan kami mencapai puncaknya di tahun ini. Perusahaan memiliki omset yang meningkat tajam di tahun ini. Hal itu sebaliknya justru membuat jajaran pimpinan menjadi gonjang ganjing. Ada banyak yang berkeinginan untuk menguasai perusahaan itu. Dan sebagai seorang Direktur PT. Minyak dan Gas serta sebagai seorang yang sudah lama bekerja dengan Pak Richard saya tahu betul bagaimana partner-partner kerja Pak Richard baik di kursi komisaris maupun di jajaran operasional”, Budiman memberikan penjelasan.
“Apakah selama ini Pak Richard memiliki musuh?”, selidik Pak Roni.
“Hmm, setahu saya tidak. Tapi saya tidak tahu jika ada musuh dalam selimut”, jawab Budiman.
“Kejadiannya sudah berapa lama? Kapan tanggal beliau meninggal dunia?”, Tanya Pak Roni.
“Baru seminggu yang lalu pak Roni, Saya segera diperintahkan jajaran komisaris untuk mengusut kasus ini. Karena ada kecurigaan yang kental bahwa ini ada hubungannya dengan bisnis. Namun yang jadi pertanyaan mengapa 3 anggota keluarga Richard yang lain yaitu istri Pak Richard dan dua orang anaknya juga ikutan menjadi korban. Ini aneh dan butuh penyelidikan lebih lanjut. Kami sudah melaporkan ke polisi dan polisi sudah menemukan beberapa alibi. Ini kasus yang rumit sebenarnya karena selain menyelidiki kasus pembunuhan keluarga Richard kami juga ingin mengetahui apa motif dibalik semua ini, apakah ada kaitannya dengan kemajuan perusahaan yang begitu cepat dan ada yang ingin menggeser kursi pimpinan dalam hal ini Pak Richard selaku pemegang saham mayoritas. Sejak adanya berita pembunuhan ini indeks saham Minyak dan Gas mengalami penurunan dan itu tentu tak baik bagi perusahaan kami. Kami khawatir ini ada kasak kusuk dari berbagai pihak yang ingin menjatuhkan perusahaan kami. Banyak pihak ingin menjatuhkan perusahaan kami, terutama perusahaan-perusahaan yang memiliki utang ke perusahaan kami. Sebenarnya kami mau menuntut hal itu tapi kami masih menunggu hingga saat yang ditentukan. Kaitannya dengan kasus pembunuhan keluarga Richard, jika berdasarkan hasil penyelidikan ada kaitannya dengan aktivitas perusahaan maka kami akan segera mempersiapkan penuntutan kami terhadap perusahaan yang berutang pada Minyak dan Gas”, ujar Budiman.
“Baiklah Pak Budiman, akan saya pelajari dahulu berkas-berkas ini. Sudah ada laporan dari polisi pak?”, Tanya Pak Roni.
“Belum pak, karena polisi sendiri masih menyelidiki di lapangan. Pembunuhnya sungguh lihai, agak sulit polisi membaca sidik jari mereka. Sepertinya membutuhkan alat yang lebih canggih”, kata Budiman.
“Oke kalau begitu, setidaknya kita berusaha mengantisipasi semuanya ya Pak Budiman karena sepertinya kasus ini sangat membawa pengaruh besar atas kelangsungan perusahaan anda”, kata Pak Roni.
“Ya, saya berharap agar kerjasama ini membawa hasil yang memuaskan ya Pak Roni”, jawab Budiman sambil menjabat erat tangan Pak Roni.
Dan Budiman pun keluar ruangan diiringi Pak Roni menuju mobilnya yang sudah menunggu di lobbi gedung. Segera ia memasuki mobil begitu sampai di depan mobil. Dan setelah ia memasuki mobil, kendaraan roda empat itu pun melaju dengan kencangnya.
Tinggal Pak Roni terdiam mematung, dan segera kembali ke ruangan kerjanya. Pria 40 tahunan itu kelihatannya sedang membutuhkan istirahat sejenak. Ia pun meminta OB yang kebetulan sedang lewat untuk membuatkan kopi jahe hitam. Sebuah minuman yang biasanya akan ia minta jika sedang merasakan penat.
Setibanya di ruangan kerjanya Pak Roni menyandarkan punggungnya ke kursi dan mulai membaca berkas-berkas yang tadi dibawa Pak Budiman.  Tapi akhirnya ia tersadar. Ia belum sholat Asar.
***
Di ruangannya Dee masih asyik membaca novel Agatha Christie sampai ga sadar kalau jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Yah, memang biasanya juga dia pulang dari kantor pukul 18.30 WIB sih, jadi tak ada masalah sebenarnya. Hanya saja mengapa sore itu ia merasa harus segera pulang. Selain karena khawatir bertemu lagi dengan Pak Roni (karena kejadian siang tadi ia berharap tak bertemu dengan Pak Roni sore ini) menghilangkan perasaan khawatirnya. Namun kalau sudah jam segini waduh, mana belum sholat Asar.
Cepat-cepat ia menuju musholla dan sialnya di tengah jalan menuju musholla ia bertemu dengan Pak Roni. Pak Roni sejenak bicara padanya.
“Nanti jangan pulang dulu Dee, Saya mau mengumpulkan beberapa orang, diantaranya kamu”, kata Pak Roni.
“Baik Pak”, jawab Dee.
Dalam hati Dee berpikir, syukurlah Aku ga bersiap pulang jam 5 tadi. Tapi mau ada apa ya? Ada hubungannyakah dengan pertanyaan Pak Roni tadi siang.
Dee masuk ke tempat wudhu dan langsung masuk musholla. Sholat Asar.
Selesai sholat ia berdoa agar dimudahkan jika memang ada tugas penting untuknya yang akan diberikan oleh Pak Roni. Bukankah itu yang ia harapkan selama dua bulan ini. Ya Allah berilah yang terbaik bagiku dalam bekerja dan menjalankan amanah ini. Amiiin.
Segera ia merapikan mukenahnya seketika selesai berdoa. Dan melangkah cepat dengan pasti menuju ruangan kantor. Menaruh mukenah di tas dan mengambil buku dan alat tulis menuju ruangan Pak Roni.
Really! Dia tak mengetahui apa yang akan terjadi dan apa yang akan dibicarakan oleh Pak Roni. Berita baikkah atau berita buruk. Tapi ia tak mau berperasangka buruk, bukankah setiap kejadian itu aka nada hikmah yang terpendam. Ya, ia merasa menjadi semakin meningkat spiritualnya dalam sebulanan ini, di saat semua semangat bekerja itu datang. Ia sadar itu penting untuk pertahanan dirinya. Dan ia tahu itu adalah hal yang terbaik untuk dilakukan saat ini.

5 komentar:

Lidya Fitrian mengatakan...

Allhamdulillah kabarku baik mbak, apa kabar juga? waktu pensi gak dateng ya? aku cuma lihat mama mertua sama suaminya mbak puteir aja :)

Jus Kulit Manggis mengatakan...

berbagi Kata Kata Motivasi
Senyumlah, tinggalkan sedihmu. Bahagialah, lupakan takutmu. Sakit yg kamu rasa, tak setara dengan bahagia yg akan kamu dapat.
Air mata tak selalu menunjukkan kesedihan, terkadang karena kita tertawa bahagia bersama sahabat terbaik kita.
semoga beramanfaat, salam kenal dan di terima :D

Outbound Training Malang mengatakan...

salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
Pikiran yang positiv dan tindakan yang positiv akan membawamu pada hasil yang positiv.,.
ditunggu kunjungan baliknya gan .,.

Outbound Training Malang mengatakan...

salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
Pikiran yang positiv dan tindakan yang positiv akan membawamu pada hasil yang positiv.,.
ditunggu kunjungan baliknya gan .,.

n_endra mengatakan...

Ni Put, bagus nih, dilanjutkan ya,
cuma, kenapa Pak Budiman milih lawfirm nya Pak Roni, secara mereka perusahaan besar yang pastinya mampu mbayar banyak untuk lawfirm yang lebih mumpuni.
Memang apa kelebihannya lawfirm ini? Secara di awal ga ada detail lawfirm nya, malah dibilangin belum pernah menangani kasus pembunuhan.
Secara logika harusnya Pak Budiman nyari lawfirm yang lebih meyakinkan.
Jadi harus ada alasan logis untuk pilihan Pak Budiman supaya ketika memasukkan Dee ke dalam kasus tsb, jadi lebih logis lagi.
ok, selamat menulis, dan aku akan tekun untuk membaca.
salam,
Ummi Syifa