Rabu, 19 Maret 2014
Senja Ini
Senja ini aku ingin bertutur dengan diriku sendiri. Tak ada siapapun di sini. Ya, aku sendiri. Pantai berpasir putih dengan tekstur yang kasar seperti suka memanjakan diriku dengan hangatnya yang meresap hingga rongga kulitku yang terdalam.
Aku tak tahu kenapa aku tiba-tiba berada di tempat sepi seperti ini. Matahari dengan sinar oranye keemasan semakin mendekati titik terbenamnya. Sebagaimana titik 360 derajat pada sebuah busur. Hahaha, aneh sekali jika aku memikirkan busur. Sebab yang aku tahu sebuah panah yang dilemparkan oleh busur telah membuat mati banyak sekali burung dan hewan di dunia ini. Aku tahu darimana, jangan salah, aku melihat camar jatuh di pinggir pantai ini beberapa hari yang lalu terkena busur entah milik siapa. Mungkin milik pengunjung pantai ini.
Pantai ini sebenarnya indah dengan pasir putih. Pantai ini kalau aku tidak salah disebut sebagai Pantai Harlem oleh masyarakat sekitar. Pantai ini terletak di Papua. Pantai perawan ini memiliki kolam air tawar di seberang sana. Aneh memang, di dekat pantai yang hanya dipisahkan dengan pasir putih terdapat kolam air tawar.
Oya, aku sebenarnya sedih. Aku masih ada di tepi pantai ini. Aku ingin ada yang menolongku. Tapi mengapa tidak ada yang datang ke pantai ini. Memang untuk menuju pantai ini harus menyebrang dengan speed boat. Dan ini sudah sore. Aku tak tahu, mungkin aku bisa mati malam ini jika tidak ada yang menyelamatkanku.
Aku semakin kehabisan nafas. Aku berusaha sekuat tenaga dan raga untuk bertahan. Kuhirup udara, uuh, uuh,,uuh. Berat sekali rasanya. Pantai masih sepi, biasanya Pak Alex datang sore begini. Di saat aku berenang-renang dengan riang di lautan.
Namun, apa itu. Cahaya hitam di kejauhan. Semakin lama semakin dekat, semakin dekat, dan semakin dekat. Ternyata sekawanan burung camar. Oh, indah sekali. Dan mereka mendekat ke arahku.
Ooh, tidaaaaaak. Aku belum mau mati konyol. Biarlah aku mati di pinggir pantai ini tapi jangan karena dikeroyok kawanan camar.
Detak denyut nadiku mendadak bertambah cepat. Ooh, aku lebih baik mati saja sekaraaaaaang!!!
Namun....tiba-tiba, ah, tubuhku terpelanting mendekati bibir pantai. Ternyata kawanan camar itu dengan kakinya yang sedang mengaduk-aduk pasir, membuatku ikut terpelanting.
Ya, aku harus move on. Aku harus mengarahkan tubuhku sendiri yang sudah semakin dekat dengan air asin lautan Harlem. Oh, air, mendekatlah. Oh, air. Dan ternyata. Ombak tiba-tiba datang, dan sepertinya ombak terakhir di senja ini. Ombak yang mengarah ke pantai.
Hup, byuuur, aku terbawa ombak ke tengah pantai. Huh, satu setengah hari di pinggir pantai membuatku kehausan. Kuhirup air asin sebanyak-banyaknya. Untuk membuat tubuhku segar kembali. Ya, aku hanya bintang di lautan yang mungkin merupakan bintang yang dititipkan Tuhan di muka bumi.
untuk Monday Flash Fiction
http://puteriamirillis.blogspot.com/p/daftar-isi.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Other Post
- Nikmat Allah Yang Mana Lagi Yang Kau Dustakan
- Read Aloud Challange untuk Gen Alpha
- Gunung Gamalama Ternate Meletus Vs. Teman Seperjuangan di Ternate
- (Bukan) Oh Mama Oh Papa
- Jilbab Putihku...
- Agar Tak Ada Lagi Kesendirian Di Dunia Ini
- Hujan-Hujanan, Ga Papa Kok, Asalkan....
- Tips Merawat Hobi Menjadi Rupiah : Canva Design Microblog
- The Fiction : No Heart (@break)
- Kegemaran Baru bikin Hampers Box Mukena Royale Premium
34 komentar:
aih ternyata bintang, terkecoh :)
Bintang laut tepatnya fi.
Lah.. Kirain orang bunuh diri :p
aura romantisnya kerasa pas pertama kali baca, sampai akhir ternyata...... kisah binatang :)
pengen nyemplung liat picnya... :)
bintang yang indah pastinya :)
bagus ceritanya, awalnya kirain beneran bukan fiction loh hahaha
bukannya minum air laut malah membuat semakin haus hehe...
Assalaamu'alaikum wr.wb, mbak Puteri...
Monolog bintang laut sangat mengasyikkan ya. Hati kita bisa menjadi bintang laut setelah kita berfikir apa yang mungkin difikirkannya setelah berlama-lama di daratan pantai yang sepi.
Awalnya ingatkan mbak Puteri berwisata beitu jauh di Papua...hehehe. Cuma khayalan aja ya. Salut. 4 jempol. Hebat imajinasinya.
Salam manis dari Sarikei, Sarawak. :D
SITI FATIMAH AHMAD
Ternyata si bintang laut *ah jadi ngebayangin main pasir di pantai :)
awalnya nebak kura-kura... eh ternyata bintang laut :D
Bintang lautnya pengen move on juga, ya? :D
Ngga kok beib, bintang laut aja:)
@Bunda Kanaya hehe,sama kanaya ya mbak?
@Lidya - Mama Cal-Vin iya mbak Lidya,indah.
@Mila Said hahahahaha,tapi emang aku pernah ke pantai Harlem mil.
@Joe Ismail tapi bintang laut mah justru suka air asin.
@webctfatimah Waalaikumsalam bunda.
Puteri pernah bun ke pantai harlem ini. Yah ditambahkan dengan imajinasi jadinya seperti ini bun.:) terimakasih apresiasi ya Bunda.
@liannyhendrawati aku juga jadi pengen:)
@jampang tadinya emang pengen kura-kura, tapi tergantikan oleh si bintang laut.
@aul cooper iya, move on untuk mempertahankan hidupnya.
Eh, iya ya ada aura romantis ya...
tatapan mataku langsung jatuh ke pantai dan benda yg ada di pantai mba..itu menarik sekali..angle yang pas :)
Pantainya pasti sangat indah sampai-sampai si bintang pengen nangkring di situ. Keren. ^^
Untung bintang lautnya gak jadi dimakan camar ya?
Oalaahhh.. ternyata bintang laut... kirain manusia hahaha
bintang lautnya kok bisa terdampar ya?
agak nggak nyambung ya antara tema 'move on' dengan ceritanya? :)
Indah bgt mbak.
@Catatan Kecilku iya camar ga suka kayanya ya...
@the others hehe...iya mbak.
@ketty husnia seperti teerabaikan gitu ya mbak...
@attarsandhismind eh, ini ga bisa dibilang kalo bintang laut ya move on dg keinginannya menghindari kematiannya sendiri. Move on nya hewan tentu beda dengan manusia sih.
aku pikir paus. #eh
Posting Komentar