Dulu ketika masih kuliah Aku suka aja bantu-bantu mama masak di dapur tapi ya itu tadi hanya sekedar bantu-bantu, belum kepikiran kalau suatu saat Aku juga harus bisa memasak masakan ini untuk keluargaku. Aku tak habis mengerti mengapa hasil tumisanku tidak seenak buatan Mama, rasanya ada yang beda aja. Begitupun jika masak nasi goreng padahal bumbunya sudah sama, tapi entah karena cara masaknya ada yang beda dikit entah dimananya rasanya kok beda ya? Hingga masakan yang pede kumasak adalah sayur bening karena tinggal cemplung-cemplung saja.
Tapi ya tetep seperti mengaduk rendang untuk dikeringkan Aku seringkali sudah mengerjakannya, saat itu Aku tak mengerti mengapa memasak belum mendarah daging (emang sekarang udah?), dalam arti Aku masih berpikir bahwa Aku hanya membantu mama bukan sedang memasak. Hal ini tentu saja membuat image tentang memasak bagiku menjadi jauh. Memasak seperti sebuah hal yang luar biasa. Tak bisa sembarang dilakukan dan harus hati-hati. Celakanya kadang rasa ke PD an muncul sehingga tak jarang salah masukin bumbu.
Aku juga masih ingat saat itu Aku seringkali bantu mama bikin kue dan pudding. Kue-kue kering nan enak (yang seringkali Aku makan adonannya :P). Sampai saat ini Aku belum berani bikin kue sendiri, selain belum punya ovennya juga tak PD karena pernah gagal bikin pancake. Ga mekar gitu, ga bagus. Dan pernah pula bikin kue cubit yang gagal juga, enak sih tapi ga bagus hasilnya. Akhirnya balik lagi ke andalanku pudding susu dan tapai goreng keju.
Setelah berumahtangga terus terang Aku baru sadar ini loh memasak ternyata tak semudah yang dibayangkan. Kalau dulu Aku mudah saja mau makan tiap hari pake tumisanku atau beningku dengan telor dadar bawang kesukaanku tiap hari bagiku tak masalah. Begitupun dengan Sup yang seger menurutku itu. Tapi setelah menikah kan harus menyesuaikan dengan selera Suami. Suami tak suka ikan dan udang jadi masakan untuk dia tentu saja tak memiliki bahan ikan dan udang. Biasanya daging, ayam, cumi, atau telur. Telur pun tak mau setiap hari karena kolesterolnya tinggi.
Keberanian memasakku lumayan baik setelah menikah, walaupun ketika masih tinggal dengan Mama agak mengandalkan juga karena biasanya ikutan masakan ama Mama. Ketika pindah rumah baru mulai benar-benar memasak (walau sekali-kali ada nitip ama Mama juga). Tapi kepindahan rumah setidaknya membuat tanggung jawab sepenuhnya ke Aku.
Yang pasti sih masak itu jamak bagi seorang perempuan walaupun dia wanita karir sekalipun. Mungkin ada saat kita tak bisa masak seperti jika tak ada asisten rumah tangga dan anak-anak masih ngeintil (widih susah kalo kaya gini, serem kecipratan minyak aja). Kalau anak-anak tidur kan lebih milih mengerjakan yang lain seperti mencuci dan menyetrika atau istirahat. Ini sih lebih ke kekuranganku aja, mungkin ada sahabat yang bisa. Tapi yang jelas yuk sama-sama bangga jadi perempuan, apalagi kalu bisa masak. Mau ah!
Salam Persahabatan Untukmu.^^
Baca juga daftar isi
8 komentar:
kalo aku masak jarang ngikutin resep..soale biasanya rasanya suka ngga pas....jd suka aku lebihin/kurangin takarannya...
tp aku juga jarang masak...soale skrang ini msh ada yg masak...tinggal makan aja hihihi.....
nah naker itu yg aku msh blm ngerti mbak
Aku suka masak sekarang mb Pu...
Terpaksa...
Tapi setelah 'terjun' di dalamnya, sekarang aku menikmati aktivitas di dapur itu..
Nah, karna newbie, jd sama ky mb Pu, intip resep di internet. Hanya sj krn resep yg kuintip biasanya berbahan dan berbumbu ala Indonesia yg kadang di sini gk ada, jadinya main seadanya dan ditambah feeling itu tadi,, Hihi...
salut ama semua orang yang bisa dan pinter masak. karena masak itu gak gampang. gua gak pernah bisa masak lho. hahahaha.
ini aja udah kemajuan, bisa masak mie instant. tadinya gak bisa... :P
Kalau wanita tidak bisa atau tidak mau masak, apa kata duniaaaaa?
Semua wanita tentu bisa masak asal mau belajar dan berlatih. Masak itu kan " Ilmu katon" tho nduk.
Jika wanita bilang " Saya tidak bisa masak" maka itu adalah alasan belaka untuk menutupi keengganannya masuk dapur atau memang malas karena takut rambutnya sangit.
Masaklah untuk suami dan anak-anak ternyata dengan niat untuk ibadah agar hasilnya barokah. Insya Allah.
Salam hangat dari Surabaya
Keknya banyak orang yang mau nggak mau mesti bisa masak setelah berkeluarga ya, Mbak. Ada sepupu jauh saya malahan sekarang buka usaha katering, padahal pas mau menikah dulu gak pandai memasak :D
Kalau Vania suka bantuin di dapur juga, tapi cuma boleh kocok telur pake sendok aja, Tante.. Hehe..
Ohya, makasih ide puding wortelnya ya Tante Puteri.. Mudah2an Bunda bisa bikinnya.. Hihihi...
sempay lihat2 NCC tapi belum pernah praktek
Posting Komentar