Bersambung dari Genggaman Tanganmu (2)
Linda
Aku memasukkan kartu yang berfungsi sebagai kunci di tempatnya. Pintu kamar di lantai 2 Swissbel Hotel Maleosan kubuka pelan-pelan. Kumasukkan lagi kartu yang berfungsi sebagai kunci di tempatnya begitu aku sampai di ruangan. Ruanganpun menjadi terang. Aku melepas wedges abu-abu dan menaruhnya di dekat pintu kamar. Aku membuka jendela dan melihat view kota Manado. Aku merapihkan barang-barang bawaanku. Hanya menaruh koper di tempatnya, lalu mengeluarkan peralatan mandi dan make-up.
Telepon genggamku berbunyi. Kamu menelepon.
"Ya, kenapa Rik."
"Kamu sudah ditelpon ibu Lidya? Beliau bilang kita ditunggu Pak Gubernur, sore ini di kantor."
"Ya, sudah. Pak Roni masih menunggu di bawah, setengah jam lagi kita ketemuan di lobby."
"Ok."
Klik. Sambungan telepon terputus.
Ternyata kamu itu teman satu tim denganku pada proyek perbaikan jalan di Manado akibat terjangan banjir dua pekan yang lalu. Antara lain ruas jalan Manado-Tomohon, Airmadidi-Tondano, Manado-Tumpuaan, Tomohon-Kawangkoan serta jalan Ring Road. Kamu adalah seorang ahli infrastruktur jalan, sedangkan aku adalah "tukang hitung" infrastruktur jalan. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melibatkan perusahaan tempat kamu bekerja dan perusahaan tempatku bekerja dalam proyek ini.
Kita sama-sama kaget tadi, sewaktu kita masih di restoran Manado di Bandara Sam Ratulangi. Kita sama-sama ditelpon oleh supir Pemprov, Pak Roni. Awalnya aku yang ditelpon. Aku keluar menemui Pak Roni, setengah menit kemudian kamu juga menghampiri karena ternyata Pak Roni juga menelepon kamu setelah meneleponku. Kita sama-sama kaget. Kok?
Ah, sudahlah. Aku harus cepat-cepat mandi dan berganti baju. Tidak enak kalau Pak Ronny sampai harus menunggu lama di mobilnya. Bisa-bisa dia sebal.
Lima menit aku mandi, tiga menit berpakaian, dua menit sholat Asar (perbedaan waktu antara Jakarta dan Manado satu jam sehingga waktu sholat Asar lebih cepat satu jam), dan lima menit dandan. Jangan protes ya. Dandanku lebih lama dari sholatku.
Selesai semua. Aku menuju lobby. Kamu telah menunggu di sofa yang tersedia di lobby.
"Sudah lama Rik?" Tanyaku basa-basi.
"Belum, hanya lima menit." Katamu.
Dalam hati aku senyum-senyum. Lima menit dibilang tidak lama, bahkan aku dandan selama 5 menit!
Kamu berdiri dan berjalan keluar lobby hotel. Suasana liburan masih terasa. Eh, bukan, ini awal tahun. Ini bukan suasana liburan. Orang-orang ini menginap di hotel pasti karena banjir, bukan karena liburan. Begitupun dengan suasana ramai di bandara tadi, pasti karena orang-orang itu baru kembali sehabis mengungsi di kota lain. Hmm. Banjir bandang yang menimpa Manado memang terlihat begitu parahnya. Aku seram melihatnya di televisi, dan tak kusangka aku dikirim oleh bos ke Manado.
"Bagaimana kejadian ketika banjir pak Roni?" Tanyaku setelah duduk di kursi belakang Innova milik Pemprov ini.
"Hujan saat itu lebat sekali mbak, air laut juga sedang pasang saat itu. Bangunan-bangunan banyak sekali di kota Manado ini, tidak memperhatikan resapan air." Kata Pak Roni dengan aksen Manado yang kental.
"Bapak sudah lama tinggal di Manado?"Kali ini kamu bertanya.
"Ya, sejak bekerja di Pemprov saja. Lima Tahun. Hutan dan sungai-sungai kecil di sekitar Manado sudah menghilang. Biasanya Manado tidak seperti ini." Kata Pak Roni.
Hmm, aku merenung. Kerakusan para pemegang tampuk bisnis sudah masuk kota Manado. Begitulah jika uang dan kekuasaan sudah disalahgunakan. Alam yang akan menjawab dengan berbagai musibah yang datang.
Ricky
Sepertinya ini bukan masalah kecil. Bukan hanya permasalahan ada jalanan rusak akibat banjir. Tapi juga kerusakan otak manusia-manusia rakus peraup uang yang tak pernah puas.
bersambung...genggaman-tanganmu-4
*Ini sudah pagi temans. Tadi saya ngetik jam 03.30, sekarang sudah jam 05.00. Saya harus siap-siap :)
very glad that you read my ordinary writes...
http://puteriamirillis.blogspot.com/p/daftar-isi.html
Selasa, 04 Maret 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Other Post
- Nikmat Allah Yang Mana Lagi Yang Kau Dustakan
- Read Aloud Challange untuk Gen Alpha
- Gunung Gamalama Ternate Meletus Vs. Teman Seperjuangan di Ternate
- (Bukan) Oh Mama Oh Papa
- Agar Tak Ada Lagi Kesendirian Di Dunia Ini
- Jilbab Putihku...
- The Fiction : No Heart (@break)
- Kegemaran Baru bikin Hampers Box Mukena Royale Premium
- Hujan-Hujanan, Ga Papa Kok, Asalkan....
- Cool and Smart = Konsisten
8 komentar:
oh..........spt nyata...
lalu berikutnya gimana mba kelanjutannya *nodong* :)
Trus trus? Gimanah? Inih gimanah kelanjutannya? *penasaran beuuud*
bikin penasaran aja nih
Fiksi kok mbak:)
@dian_ryan bentar ya masih dipikir-pikir dulu,hihihihi..
@Beby Rischka iya iya beb...semacam melatih kesabaran..hihihi...
@Lidya - Mama Cal-Vin ditunggu ya mbak lidya.
Posting Komentar