Jika Saya mengingat saat-saat itu sering membuat menangis. Sebuah persiapan pernikahan yang hanya 3 bulan dengan orang yang walaupun Saya sudah tahu dia, tapi Saya tidak mengenalnya secara personal. Kami dikenalkan oleh teman yang merupakan guru mengaji kami masing-masing. Perkenalan yang hanya sebatas biodata pada awalnya. Pertemuan yang hanya berjalan sekitar 3 bulan sejak awal pertemuan hingga akad nikah...(ini sudah termasuk lama, karena guru mengajinya suami hanya 2 minggu saja prosesnya, how amazing). Semata meniatkan menikah hanya untuk ibadah. Dengan keyakinan yang kuat atas hasil istikharah kami berdua. Tentu saja dengan melibatkan pertimbangan kedua orangtua yang mengatakan, tidak masalah.
Alhamdullillah masalah keuangan bukan merupakan halangan bagi kami dalam mempersiapkan pernikahan. Persiapan teknis lebih merupakan masalah. Sejujurnya mungkin ini bukan masalah yang dianggap penting, tapi kami ingin menerapkannya. Yaitu penerapan hijab dalam resepsi pernikahan kami. Ya hijab berupa pemisahan tamu laki-laki dan perempuan. Mengenai hal ini lebih supaya tidak terjadi sentuhan ketika tamu-tamu mengambil makanan maupun bersalaman dengan pengantin apalagi lokasi pernikahan itu di mesjid.
Ternyata keluarga kurang setuju dengan cara ini. Memang diakui cara ini belum lazim dalam acara pernikahan. Keluarga khawatir akan terjadi kebingungan. Misal, suami istri yang terpisah akan kebingungan mencari pasangannya ketika akan pulang. Walaupun sebenarnya bisa saling berkomunikasi melalui sms tetap saja menyulitkan, terutama untuk para tamu yang tidak membawa HP.
Selain itu adalah masalah baju pernikahan, tarian, musik. Tapi kami juga tidak terlalu memaksakan. Tarian tetap ada, khas tradisional minang, begitupun dengan musik talempong khas minang. Mengenai pakaian tetap dengan adat minang dengan tetap memakai jilbab bagi Saya.
Tapi ah...itu semua bukan masalah berarti yang lebih membuat dag dig dug adalah konsep kami untuk menikah segera. Biasanya di keluarga kami masing-masing yang beradat minang harus ada musyawarah dengan keluarga besar dahulu sebelum memutuskan menikah dengan seseorang. Tidak ujug2 menikah padahal baru saja kenal. Tapi kami kan maunya cepat saja. Tidak perlu terlalu lama khawatir malah tidak baik hasilnya. Tentu saja hal ini membuat kami harus ekstra menjelaskan kepada keluarga besar masing-masing. Saya saja sampai ditanya macam-macam oleh keluarga. Alhamdullillah kami sama-sama dari minang sehingga lebih mudah prosesnya penerimaannya.
Alhamdullillah semua bisa dijalani dengan baik, meski penuh tangisan dan suka duka...^^
Baca Juga:
peringatan yang suci
awal bertemu
bagaimana jika pasangan kita meninggal
percikan thats all by tami ferrasta
blog quiz story pudding for wedding
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Other Post
- Nikmat Allah Yang Mana Lagi Yang Kau Dustakan
- Read Aloud Challange untuk Gen Alpha
- Ayam Tuturuga Manado
- Beberes Barang
- Bismillah, Mulai Lagi Ah.
- (Bukan) Oh Mama Oh Papa
- Foto-Foto Bareng Dosen dan Teman-Teman Magister Hukum Kenegaraan UI
- Pemeriksaan Setempat
- Ternyata Cinta....
- Endorsement for Abi Sabila
13 komentar:
Kita sering terperangkap pada persiapan seremonial pernikahan daripada persiapan secara mental dan spiritual... Padahal kehidupan yang sesungguhnya itu baru saja dimulai setelah ijab kabul pernikahan itu dilaksanakan..
Di negara kita yang sangat kental adat budaya, diperlukan sikap arif bijaksana dalam menghadapinya. Harus ada jalan tengah yang diambil untuk pelaksanaan seremonial tersebut. Intinya, bagaimana caranya agar idealisme kita tidak hilang dan tradisi leluhur kita dapat tetap terjaga.. Memaksakan kehendak satu pihak atas yang lain, sesungguhnya menciderai kesaklaran pernikahan itu sendiri...
Semoga keluarga bahagia yang sudah Putri bangun bersama suami, senantiasa diberkahi oleh Allah SWT.. :)
Subhanalloh...hebat sekali Pu, selalu kagum pada mereka2 yg bisa menikah dg cara seperti ini...
Semoga bahagia selalu ya Pu ;)
Luar Biasa. dengan cara seperti itu. masa pacaran menjadi lebih panjang... yang pasti setelah menikah... (Masa perkenalan terus dengan pasangan tapi menarik) Subhanallah
Assalamualaikum
selamat menyambut hari raya Aidil Fitri, minal a'din wal faaizin.
c'est la vie!
kalo saya persiapan pernikahannya cuma sebulan bun....lebih singkat lagi yach hehehe.....
mau ikut kontesnya ahh...mudah2an dapat ide utk menuliskannya
wah perihal menikah. tak terasa insyaAllah saya sebulan lagi nih menuju hari H
hehe..malah jadi curhat ya :P
taqabbalahhu minna wa minkum. mohon maaf lahir bathin ya :)
kita memang sering terjebak dengan persiapaan pernikahan yang melibatkan banyak pihak terutama orang tua, apa yang kita inginkan sering bertolak belakang dengan keinginan mereka
namun banyak pelajaran yg dapat diambil dari persiapan itu, dan tak jarang kita lebih mengenal karakter pasangan akan seperti apa dia saat menjadi kepala keluarga
minal aidin wal faidzin
mohon maaf lahir dan batin putri :D
Catatan yang menggugah.
Menyentuh....
Mohon maaf lahir dan batin mbk))))
Catatan yang menggugah.
Menyentuh....
Mohon maaf lahir dan batin mbk))))
Dalam keluarga saya belum pernah menerapkan konsep hijab. Semoga kelak jika tiba giliran saya, mereka mau memahami cara tersebut :D
walaupun cepat, Allhamdulillah semua berjalan dengan lancar ya mbak
Memulai dengan kehidupan baru emang gak mudah , apalagi belum lama kenal. Tapi kalau saya pribadi itu lebih baik...dari pada pacaran lama tapi tak berjodoh ( pengalaman pribadi ).
Yang penting niat kita karna Allah...katanya kalau orang baik maka jodohnya baik pula, jadi meskipun kenalnya baru sebentar tapi pacarannya lebih lama dan halal di mata Allah.
Sy persiapan hanya 3 pekanan. Dan teman saya malah ada yang lebih singkat lagi: 3 hari! Tidak kenal, tiba-tiba datang ke rumah, melamar, dan hebatnya tidak ditolak keluarga. Langsung menikah.
Posting Komentar